fallin' star © snowypon
fairy tail belong to hiro mashima
warning: canon, ooc, typo[s], filler arc, etc.
Natsu pernah berharap pada bintang jatuh—tapi, itu sudah lama sekali. Tepatnya, itu terjadi ketika ia pernah bertanya pada Igneel tentang benda bercahaya yang dilihatnya melesat di ujung horison bumi malam. Mungkin meteor, komet, atau serpihan debu dari angkasa nan luas? Apapun itu sudah tak penting baginya. Ia meninggalkan semua harapan pada bintang jatuh saat permintaan satu-satunya itu tidak terkabulkan oleh sang bintang.
"—Aku ingin selalu bersama Tou-san..."
Bocah kecil yang bertekad kuat menjadi hebat itu mengepalkan tangannya erat sambil menutup mata seiring cahaya tersebut menyongsong ke barat, ia tersenyum, dan berbalik dengan membawa cengiran pada sosok naga yang menunggu di belakangnya.
Spontan raut naga tersebut berubah, dan berakhir dengan dengusan pelan nafas dari hidungnya.
Natsu memacu langkahnya di lembah miring tersebut, ambang matanya menyiratkan rasa cemas yang meledak, disusul gigi yang bergemeretak kencang—tak bisa dipungkiri bahwa ia benar-benar di ujung tebing kekhawatirannya sekarang. Langit bersinar melontarkan satu persatu anak bintang yang meluncur di atas mega-mega hitam dan suara melengking dari gesekan kilat dari anak-anak bintang... Mata ebony itu yang tak bisa berbohong—sekalipun bumi seindah ini, ia sama sekali tak bisa menunjukkan rasa takjub sedikitpun.
Tujuh belas tahun jelas berbeda dengan sekarang, ia bukanlah bocah kecil yang beriming-iming harapannya terkabulkan oleh satu bintang jatuh. Bahkan jika ia mau, ia bisa memohon pada beribu anak bintang yang jatuh itu sekarang, masalahnya... apa yang ini bisa terkabul?
"LUCY!"
Ia terjatuh, berguling-guling di tanah terjal seketika permohonan itu sukses diikrarkannnya pada salah satu bintang—sekalipun dibilang berapa kali, ia pasti takkan mampu... tangannya takkan sempat menggapai sosok bintang yang dikejarnya. Ia sama saja dengan siluet anak bodoh yang memohon pengabulan yang nyata, tak berbeda dengan dulu.
"—Ini dunia sihir. Tak ada yang tidak bisa kau lakukan, Natsu."
Andai ia berpikir lebih cepat, sebenarnya bintang sudah mengabulkan permohonanmu sejak lama—Igneel selalu ada dimanapun dan kapanpun bersama-sama dengan Natsu dalam wujud yang berupa-rupa dalam serikat, sebagai Gray yang dalam menjadi pesaingnya, sebagai Erza yang selalu memberinya hukuman, sebagai...
Lucy yang menjadi hal yang paling berarti dalam hidupnya.
Serpihan cairan menerabas pipi, menepis segala keraguan. Segera ia bergegas bangun dan berlari kembali dengan kakinya yang rapuh. Sang bintang telah menungguinya di sana sampai-sampai menangis, kini tak peduli berapa kali pun ia roboh, ia akan berlari terus menjadi bocah tujuh belas tahun lalu yang percaya akan bintang jatuh.
fin
lebih enak baca fic ini sambil dengerin lagu tenohira-nya hero juga ya... ^^
