.

.

.

Bad Enough, a BTS FanFiction

Disclaimer : BTS © God, Story © Faychimen

Genre : Romance, Hurt/Comfort

Warning : Newbie, Typo(s), OOC, AU, Yaoi, BL, NSFW, Rated M

Teacher! Jimin / Student! Yoongi

.

.

.

Baru saja Yoongi akan mengiyakan kemauan Jimin yang sebelumnya lebih terdengar seperti perintah, tiba-tiba saja bel apartemen berbunyi dan membuat perhatian keduanya teralihkan kearah pintu depan apartemen.

"Jin-hyung?!"

Oh tidak, mereka berdua hampir saja melupakan kunjungan Seokjin malam ini.

.

Bagaimana bisa Jimin melupakan kunjungan Seokjin hari ini, ia tengah hanyut dalam emosi dan nafsunya.

Jimin menyadari bahwa ia sungguh telah hilang akal. Akal sehatnya berusaha mencerna apa yang sudah ia lakukan dan apa yang tengah ia lakukan pada murid didiknya sendiri.

Bulir keringat membasari pelipis Jimin, dengan sigap ia melepaskan tali yang mengikat pergelangan tangan Yoongi, kemudian membawa tubuh mungil tersebut diatas ranjang.

"A-apa yang?" Yoongi tak habis pikir apa yang akan dilakukan Jimin setelah ini. Kemungkinan terburuk selalu menghantam pikirannya. Bukannya menutupinya dengan pakaian, seonsaengnimnya justru membaringkannya diatas ranjang. Apa seonsaengnimnya tetap akan memperkosanya meski kakaknya mengunjunginya? Apa seonsaengnimnya benar benar gila?

"Kali ini jangan berontak. Yang harus kau lakukan hanya berbaring." Setelahnya Jimin menutupi tubuh telanjang Yoongi dengan balutan selimut, detik berikutnya sama sekali tak Yoongi perkirakan sebelumnya; Jimin mengecup dahi Yoongi singkat kemudian berlalu keluar dari ruang kamar.

.

"Yoongi sakit?" Seokjin meghernyitkan dahinya, "Tidak ada yang memberitahuku sebelumnya." Ia kemudian menyeruput secangkir kopi yang disuguhkan oleh Jimin.

"Y-Ya, begitulah." Jimin menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak terasa gatal sama sekali, "Seharian ini ia pergi keluar bersama temannya, mungkin ia kelelahan."

Kaimat yang selanjutnya keluar dari bibir Seokjin membuat Jimin merinding.

"Kalau begitu, aku harus melihat keadaannya."

Betapa tersiksanya Yoongi kini berada dibawah balutan selimut, tanpa busana. Jangan lupakan cockring yang masih terpasang kuat di penisnya dan juga vibrator yang masih menyala dengan getaran maksimal, benar-benar mengganggu. Ia membutuhkan pelepasan karena getaran benda dingin dalam holenya, namun cockring sialan itu masih terpsang dengan manis, menutup jalan keluar dan ia merasa begitu tersiksa. Rasanya tubuhnya ingin meledak saja, tak kuasa menerima kenikmatan dan kesakitan dalam saat bersaman.

Segera setelah Jimin keluar dari ruang kamar, Yoongi mengeluarkan vibrator dari holenya dan melepas cockring yang terpasang di penisnya. Detik berikutnya ia segera melakukan pelepasan dan membuat selimut Jimin basah karema cairannya. "Benda sialan." Desis Yoongi kemudian kembali membaringkan tubuhnya dan tenggelam dalam balutan selimut.

Yoongi terus membayangkan bahwa Jimin dan kakaknya mungkin tengah berbincang, dan mungkin kakaknya menanyakan dirinya- Bagaimana jika kakaknya mengetahui bahwa tubuh adiknya dipermainkan oleh guru bimbingan konseling yang diberi kepercayaan penuh itu?

Pertanya demi pertanyaan seputar Jimin dan dirinya terus mendesaknya, tanpa mendapatakan satupun jawaban. Ketika akhirnya Yoongi berusaha untuk memejamkan mata dan melupakan segalanya, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka.

Samar, namun Yoongi dapat mengetahui bawa sosok dibalik pintu tersebut yang tak lain adalah Jimin, bersama dengan Seokjin.

"Yoongi? Kau baik-baik saja?" Yoongi dapat merasakn kekhawatiran kakaknya. Terlebih ketika kakaknya berjalan mendekat dan mengelus surai Yoongi lembut. "Maaf aku baru datang selarut ini."

Yoongi berharap Seokjin segera pulang. Bukannya tidak merindukan Seokjin, justri ia ingin Seokjin berada disini lebih lama, namun ia takut jika Seokjin berada disini lebih lama, mungkin Seokjin akan menyadari sesuatu yang aneh dari adiknya- Dan kemungkinan lainnya seperti Seokjin menyingkap selimut yang membalut tubuh Yoongi, kemudian mendapatkan sosok Yoongi yang telanjang bulat dengan cockring dan vibrator pada tubuhnya. Tidak, Yoongi tak ingin hal tersebut terjadi.

"Umhh." Yoongi hanya bergumam tak jelas, takut jika ia mengucapkan sepatah kata- Justru malah berujung desahan.

Tangan Seokjin bergerak menyentuh dahi Yoongi, "Kau panas."

Yoongi memejamkan matanya. Karena siapa ia menjadi begini?

"Selertinya kau kelelahan. Jangan terlalu memaksakan diri. Aku akan segera pulang, aku tidak ingin mengganggumu. Setelah ini segeralah pulang." Jelas Seokjin kemudian mengecup dahi Yoongi, tepat seperti yang Jimin lakukan beberapa saat lalu. Sosok tinggi tersebut kemudian berdiri dan membalikkan badannya, melangkah menjauh.

Tidak, Yoongi sebenarnya tak ingin Seokjin pergi. Yoongi ingin Seokjin berada disini lebih lama, ia ingin menceritakan semuanya kepada Seokjin, ia ingin kembali kepada Seokjin. Meskipun ia tahu ia tidak akan bisa.

Seakan Seokjin membaca pikiran Yoongi, Seokjin menghentikan langkahnya, kemudian menoleh kearah Yoongi, "Jangan khawatir, aku akan datang lagi. Kau masih punya waktu bersamaku Yoongi-ah, setelah kau sembuh nanti."

.

Setelah kunjungan larut malam Seokjin, Jimin memasuki kamarnya dan melihat yoongi yang sedang bergelung di kasurnya dengan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Ia berjalan mendekat kearah Yoongi dan bedehem pelan untuk memberitahu Yoongi agar dia mau melepas selimutnya.

"Yoongi-ah." Jimin duduk di samping Yoongi dan menarik pelan selimut yang masih menempel di tubuh Yoongi.

"K-kenapa?" Yoongi membuka selimut bagian atasnya dan menolehkan secara perlahan kepalanya ke arah Jimin dengan ketakutan.

Karena Jimin yang sebenarnya masih tersulut emosi karena Yoongi telah membohonginya, ditambah nafsu karena ia mengingat bahwa Yoongi sekarang masih tak mengenakan bajunya, dapat dilihat pundak mulus Yoongi yang terekpos sempurna karena bagian atas selimut yang ia kenakan sudah tak menutupinya.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun Jimin menaiki kasurnya dan menindih Yoongi, terasa sangat jelas suhu ruangan yang mulai memanas karena Jimin yang masih terbakar hawa nafsu karena Yoongi.

"Apa yang akan kau lakukan lagi?" Yoongi menatap takut ke arah Jimin yang sekarang tangannya mulai menurunkan selimut yang sebelumnya menutupi tubuhnya.

Yoongi tak bisa berbuat apa-apa karna ia tau bahwa Jimin tak menerima penolakan sekecil apapun itu, Yoongi ingin sekali berontak namun ia takut Jimin akan melakukan perbuatan yang lebih kasar kepadanya.

Jimin mengelus surai halus yoongi dan mulai mendekatkan bibirnya ke depan bibir yoongi.

"Diam dan nikmatilah ini semua Yoongi, akan ku pastikan kau akan menyukainya." Jimin berbisik di depan bibir yoongi sebelum menempelkan bibirnya ke bibir manis Yoongi.

Tangan Jimin bergerak mulai melepaskan pakaian yang ia kenakan. Bibirnya mulai bergerak aktif menguasai bibir manis Yoongi hingga membuat Yoongi melenguh karena tak kuasa menahan kenikmatan yang Jimin berikan melalui bibirnya.

"Angh.." Yoongi meringis saat Jimin menggigit bibirnya kelaparan. Tangannya tanpa sadar mulai melingkari leher Jimin, menekan tengkuknya dan memperdalam ciuman panas mereka.

Merasa di beri lampu hijau, Jimin memasukan lidahnya ke mulut hangat nan manis Yoongi, mengabsen setiap isi yang ada pada mulut hangat murid kesayangannya itu. Tangannya bergerak membelai dada putih Yoongi, mencubit tonjolan berwarna pink yang sangat sensitif jika di sentuh membuat pemiliknya menggelinjang karena terangasang.

"Eummh.." Yoongi melenguh saat bibir Jimin terus mengulum dan menghisapnya bahkan sesekali ia menggigitnya, sungguh membuat Yoongi kewalahan karena tak bisa menyaimbangkan ciuman dari Jimin.

Setelah puas dengan bibir, Jimin mulai menurunkan ciuman ke dagu dan berakhir di leher Yoongi, ia melumatnya dengan gemas namun tanpa kekerasan sedikitpun seperti yang sebelumnya ia laukan, hingga akhirnya Yoongi mendongakan kepalanya memberi akses untuk Jimin menyesap lehernya.

"Aahhh Jimhh.." Yoongi mendesah sambil tangannya mengacak rambut Jimin yang berkeringat. Dadanya naik turun karena gugup ditambah dengan sentuhan yang memabukan yang Jimin berikan.

Jimin membuat banyak kissmark di setiap inci leher halus Yoongi hingga leher yang asalnya putih mulus sekarang berubah menjadi merah keunguan.

Jimin memposisikan kepalanya di depan dada Yoongi atau lebih tepatnya nipple sebelah kanan, Jimin menjulurkan lidahnya hingga menyentuh permukaan nipple Yoongi hingga Yoongi di buat seakan melayang karenanya. Jimin mulai mengecupnya dan menyesapnya dalam-dalam lidahnya memainkan nipple Yoongi yang semakin menegang itu sedangkan tangannya memanjakan nipple Yoongi yang sebelahnya lagi.

"Akhhh jim pelan-pelanhh.." Yoongi sedikit berteriak karena Jimin yang dengan gemasnya menggigit nipple Yoongi hingga memerah.

Jantungnya semakin berdebar saat Jimin mulai menurunkan tubuhnya dan menjilati area bawahnya mulai dari perut hingga juniornya yang semakin mengeras.

Jimin tersenyum puas karena melihat Yoongi yang sudah sangat megang, ia mengelus ujung junior Yoongi dengan jarinya membuat Yoongi menggelinjang di buatnya. Jimin memegang junior Yoongi dan mengarahkan mulutnya kedepan milik Yoongi, ia mulai memasukan junior Yoongi ke dalam mulutnya, menghisap secara pelan dan mengulumnya.

"Aahh Jimmhh sshh.." Yoongi meremas rambut Jimin yang sudah berantakan itu, Yoongi di buat gila karena mulut Jimin yang memanjakan miliknya dengan sangat halus dan ia sangat menikmatinya.

Jimin melebarkan paha Yoongi dengan mulutnya yang masih bergerak naik turun mengulum junior Yoongi. Ia meraba-raba manhole Yoongi, mengelusnya dengan gerakan yang lambat.

"Anghh Jiminhh..." Dua jari Jimin sudah berhasil masuk dalam manhole yoongi, tak lupa dengan lidahnya yang semakin gencar menghisap milik Yoongi.

"Aaahh ahhh Jimmhh wanna cum..." Yoongi menggelengkan kepalanya saat cairan kenikmatanya akan segera keluar.

Jimin terus menghisap dan terus menggerakan jarinya maju mundur hingga Yoongi benar-benar melepaskan cairan yang sedari tadi ia tahan, Jimin dengan senang hati menelannya namun sebagian ia tahan di mulut. Jimin melepaskan jarinya dari manhole Yoongi dan
Jimin menaikan tubuhnya kembali, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Yoongi.

Jimin memegang dagu Yoongi dan menempelkan mulutnya dengan mulut Yoongi, memberikan cairan kenikmatan Yoongi untuk mereka telan berdua. Ciuman panas kembali mereka nikmati hingga jimin sudah tak bisa menahan hasratnya untuk memasuki Yoongi.

Jimin mengelus paha dalam Yoongi dengan gerakan lambat, ia menaikan kaki Yoongi dan melingkarkan kedua kakinya ke pinggang jimin. Jimin memiringkan kepalanya ke samping kanan dan kiri dengan sangat menuntut, tangan Yoongi mulai melingkari leher Jimin ia sudah siap dengan apa yang akan Jimin lakukan setelahnya.

"Akhh Jimhhh..." Dengan perlahan dan penuh ke hati-hatian, Jimin memasukan juniornya ke dalam manhole Yoongi. Mendorong juniornya agar masuk sempurna hingga ia menyentuh prostat Yoongi.

Lumatan dan hisapan bibir yang saling beradu membuat suara yang khas terdengar hingga sudut ruangan, menyaksikan seberapa panas ciuman yang mereka lakukan dan sangat mereka nikmati itu.

Jimin mulai menggerakan pinggulnya perlahan, ia menggeram kenikmatan karena manhole Yoongi yang masih ketat dan nikmat walaupun sebelumnya jimin sudah memasukan sebuah vibrator pada manhole Yoongi.

"Ahh Jimmh..." Desahan tertahan mengalun dari mulut yoongi dan langsung di telan oleh Jimin karena bibir mereka yang masih menyatu.

Jimin melepaskan ciumannya dan mulai terfokus pada gerakan pinggulnya. Jimin memaju mundurkan pinggulnya secara perlahan dengan erangan kenikmatan yang terus keluar dari bibir sexy Jimin.

"Ahh fashhterhhh Jimhh..." merasa rasa sakitnya sudah hilang dan telah tergantikan oleh kenikmatan, Yoongi mulai ikut menggerakan pinggulnya ke arah yang berlawanan dengan gerakan Jimin.

"Ahh ahhh yeahh jimhh disanah..." Junior Jimin berhasil menyentuh titik manis Yoongi hingga Yoongi menggelinjang kenikmatan.

"Aahh Yoon lubanghh muh berkeduthh sshh..." Jimin mempercepat gerakannya sembari tangannya meremas bongkahan butt sexy milik yoongi.

"Ahh Jiminhhh lebih dalamhh.." gerakan mereka semakin liar hingga kasur yang mereka tempati berdecit mengikuti gerakan maju mundur pinggul Jimin.

"Yeahh babyhhh kau nikmathh uhhh-..." Jimin memejamkan matanya menikmati pijatan yang ia dapatkan dari manhole Yoongi yang membuatnta serasa melayang ke udara.

"Anghhh ahh ahhh jimhhh wanna cumhhh-..." Mendengar itu jimin dengan segera meraih junior Yoongi dan mengurutnya dengan perlahan membuat Yoongi semakin menegang dibuatnya.

"Bersama babyhh.." Jimin terus mengeluar masukan juniornya yang sudah sangat licin karena precum yang beberapa kali keluar.

"Ahhh/Ougghh.." mereka keluar bersama namun di tempat yang berbeda, Jimin menekan juniornya dan terus menembakan cairan kenikmatannya di dalam lubang Yoongi.

Yoongi lemas dan melepaskan kakinya yang melingkar di pinggang Jimin, Jimin pun juga sama lemasnya ia ambruk di samping Yoongi dan mengatur nafasnya. Tangannya memeluk pinggang Yoongi dan menariknya agar semakin dekat dengannya, mengecup kening Yoongi dengan pelan hingga Yoongi mulai terlelap dalam tidurnya dan menjemput mimpinya.

"Saranghae Min Yoongi, maafkan aku karena telah membuatmu seperti ini. A-Aku menyayangimu." Jimin berbisik pelan, kalimat yang bahkan Jimin sendiri tak menyangka ia ucapkan. Sementara Yoongi yang sudah terlelap, sama sekali tak mendengarnya.

.

.

.

TBC