Daniel mendecakkan lidahnya. Mata yang tertutup kacamata hitam itu melirik arloji yang melingkari lengan kanannya, "Mana deh si Cimol." Mahasiswa hubungan internasional itu merogoh saku jaketnya dan segera mengetik dengan kilat selagi berjalan masuk ke mobil.
'To : Cimol
Masih lama?'
Dan balasan tiba sekitar dua menit kemudian. Bertepatan dengan Daniel yang sedang menyedot ice coffe miliknya.
'From : Cimol
Bentar kak, masih pengarahan terakhir nih.'
Lima menit kemudian Daniel tersedak karena pintu penumpang disebelahnya dibuka secara mendadak. Ia terbatuk-batuk sambil memukul dadanya pelan, sedangkan Jihoon menampakkan wajah polos.
"Kak, kenapa?" tanya Jihoon dengan wajah polos.
Daniel menggeleng, "Ayo cepat masuk."
"Kakak lama ya nungguin aku?" tanya Jihoon setelah ia duduk di kursi penumpang sebelah Daniel.
Daniel meletakkan ponselnya di dashboard, meletakkan gelas kopi di tempatnya, dan memasangkan Jihoon sabuk pengaman.
"Ish! Jawab dong, kak!" ujar Jihoon, karena pertanyaannya tak dijawab Daniel.
Daniel terkekeh dan tangan kanannya terulur untuk menggenggam tangan Jihoon, "Seminggu nggak ketemu, kamu makin cerewet ya?"
Daniel tergelak saat Jihoon mengerucutkan bibirnya, "Jangan manyun dong, nanti kalau kakak khilaf gimana?"
Jihoon langsung memelototkan matanya, "Kak Daniiikkkk!"
Daniel tertawa dan menurut Jihoon itu sangat merdu.
"Iya deh iya tadi memang agak lama nungguin kamu, ada setengah jam mungkin." Daniel melepas tautannya untuk menyalakan mesin mobil, "Oh iya, tadi kakak mampir ke starbucks beli minum. Tuh frappucino buat kamu, esnya udah cair, mungkin rasanya jadi nggak terlalu manis."
Jihoon mengangguk dan segera menyeruput minumannya. Setelah itu ia menoleh pada Daniel yang mulai fokus mengemudi.
"Kak Dan," panggil Jihoon.
"Ya? Kenapa? Kamu mau muntah gara-gara minumannya nggak enak?"
Jihoon tertawa mendengar pertanyaan pacarnya itu. Memang sih rasa minumannya jadi tidak terlalu manis, tapi mana mungkin ia muntah.
"Nggak kok. Eh, kita mau kemana?"
"Mau ke cafe deket sini. Kata Kak Minhyun, red velvetnya enak, murah juga."
Satu alis Jihoon menukik, "Kak Minhyun? Siapa?"
"Senior di kampus," Daniel menoleh pada Jihoon dengan wajah jahil, "Cemburu, ya?"
Jihoon mendengus, "Cemburu apaan? Kakak kali yang cemburu sama aku gara-gara liat postingan di ig dua hari lalu."
"Ah, ngaco kamu," sangkal Daniel.
Jihoon menuding Daniel dengan jari telunjuknya, "Memangnya aku nggak tahu apa, kalau kakak langsung dm si Park Woojin."
"Memang kapan kakak dm dia?"
"Eis nggak usah bohong, waktu kakak dm, aku pegang ponselnya dia kok."
"Ngapain sih pegang-pegang barang orang lain," sewot Daniel.
"Kata-katamu ambigu banget sih kak," dan Jihoon tertawa lepas melihat wajah tertekuk milik Daniel.
.
.
.
"Mau makan di rumahku, kak?" tanya Jihoon.
Daniel tersenyum formalitas kepada kasir yang memberikan pesanannya. Mengundang kernyitan tidak suka dari Jihoon. "Apaan banget sih. Sok tebar-tebar pesona gitu."
Daniel merangkul Jihoon yang notabenya lebih pendek, sementara tangan kirinya menenteng boks kue. "Formalitas aja, cimolku sayang. Mau makan dirumah kamu aja. Kakak kemarin habis minta film-film baru dari temen."
Mereka berdua sekarang tengah jalan menuju parkiran. "Dih apaan nonton dari laptop."
"Sekalian re-run beberapa film yang kakak belum sempat nonton di bioskop. Alah kamu juga senang-senang aja diajak nonton gini."
Dan Jihoon memamerkan cengirannya yang membuat Daniel gemas.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat mabok nielwink dari aq, yorobun:*
