Di saat aku tak mempedulikannya…
Dia selalu ada…
Tapi, di saat aku mempedulikannya…
Dia tidak ada…
Hidup memang sebuah misteri…
Dan, penyesalan selalu datang terlambat…
Tokyo, Jepang
Sudah hampir satu jam, gadis itu menunggu. Tapi hal yang ditunggu belum juga datang. Gadis itu menunduk dan memejamkan mata, berusaha menenangkan gemuruh dalam dadanya. "Apa dia tak datang?"
Seulas senyum samar dan hambar terukir di bibirnya. "Aku tahu, kau pasti marah sekali padaku. Maaf, aku telah membuat mu marah. Sampai-sampai kau tak mau menemuiku lagi. Tapi, ku mohon kau jangan pernah membenciku." Katanya. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. "Lagi pula kalau waktu itu kukatakan padamu apa… apakah kau akan percaya?" ia mendesah lirih dan menggeleng pelan.
Raut wajah yang menunjukan kekecewaan, membuatnya merasa lemah. Angin yang berhembus sangat lembut, membuat sore ini begitu tenang. Tapi apakah hatinya bisa tenang? Sebelum hatinya bertemu dengan hal yang di tunggu?
Tanpa sadar setetes air jatuh dari pipinya. Ya, air mata. Ia tahu, dirinya sedang menangis. Menangisi hal yang tak mungkin kembali. Hal yang tak mungkin bersama lagi dengannya. Hal yang mungkin tidak pernah peduli lagi dengannya. Kotak music yang sedari tadi dia pegang, dijatuhkannya begitu saja. Ia menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan kesedihannya pada sang langit. Dia tak memikirkan apa-apa lagi. Dia tak mengingkan apapun. Hanya satu yang ia ingin, tapi apa bisa dia mengharapkannya. Apa bisa dia kembali hanya untuknya. Ia hanya ingin 'malaikat'-nya kembali. Hanya untuknya. Malaikatnya,
Len Kagamine.
