Disclaimer;

Shingeki no Kyojin

© Hajime Isayama

© WIT Studio & Production I.G

Kau

© Kuu Ikuya

Pair;

Serah deh -_-"

Briyua Viss her Daedu Akata

Ada masa di mana kau tertawa, melihat dunia dengan cara yang berbeda dibandingkan orang-orang di sekelilingmu. Ada masa di mana kau tersenyum, membicarakan satu atau lain hal akan dunia luar, akan apa-apa saja yang mungkin kau temukan di luar sana. Di setiap kalimatmu, matamu akan berkilau, penuh akan kehidupan dan harapan akan masa yang akan datang. Akan masa di mana umat manusia meninggalkan sarang yang selama ini melindungi mereka.

Kau tak pernah perduli bagaimana orang lain menertawakanmu, akan bagaimana mereka menentang apa yang kau impikan, akan bagaimana mereka berusaha menghalangimu mengepakkan sayap. Agar kau tetap di sini, berdiam di dalam sangkar emas.

Hitungan yang kubuat sudah habis, lelah untuk mengingat seberapa banyak kau sudah melakukannya. Untuk berdiri di belakangan barisan, menginjak satu atau dua kotak kayu yang disusun rapi di sisi dinding batu bata. Agar kau mampu melihat apa yang tengah menyusuri jalanan setapak. Para manusia dengan sayap-sayap yang hendak terkembang.

Kau bilang mereka dipenuhi oleh kehidupan, oleh kebebasan tanpa batas. Bahwa keberanian mereka adalah apa yang sudah dilupakan oleh banyak manusia. Bahwa kau ingin terbang bersama dengan mereka yang bahkan tak mengenal siapa dirimu—hanya anak laki-laki yang memperhatikan kepergian mereka dengan binar-binar cerah dalam bola mata hijaumu yang indah.

Maka, aku bilang mereka beraroma kematian, kebebasan yang mereka cari adalah ketiadaan. Bahwa kebodohan mereka adalah apa yang tidak ingin dimiliki oleh manusia pada umumnya. Bahwa aku tak ingin kau terbang bersama mereka—yang dalam pandanganku bermakna akan bagaimana kau ingin mengantarkan nyawamu pada kebinasaan.

Masa-masa itu pernah ada, dalam kehidupan kita yang singkat. Bagaikan sebuah mimpi indah yang berakhir dalam satu kerjapan. Kau tertawa, tersenyum, bermanja pada ibumu yang begitu lembut. Dan aku akan ada di sisi lain ruangan, berlatih membuat sulaman-sulaman yang tak sempat diajarkan padaku. Satu kepingan memoir yang indah. Dalam balut kedamaian serta sangkar yang kau sendiri tak ingin lupakan. Sangkar perak berhias kebahagiaan dan tawa. Duniamu yang kecil dan kau anggap akan selalu ada untukmu.

Untuk akhirnya, kilat penuh kehidupan di matamu bukanlah lagi harapan atau apa pun emosi yang pernah menarikku dari tangis akan kematian. Bukan lagi cahaya yang memberiku perasaan hangat saat kau melilitkan syal padaku.

Bukan…

Bukan.

Bukan!

Bila duniamu hancur untuk pertama kalinya, maka, dalam diam aku ingin menjerit sejadinya, bahwa duniaku hancur untuk kedua sekaligus ketiga kalinya.

Kau bukan lagi sosok manja itu. Bukan lagi bocah penuh harap itu. Bukan lagi anak polos itu. Bukan lagi diri yang hangat itu.

Kau entitas yang tak kukenali, ada di antara garis batas yang berbeda.

Kau, eksistensi yang dipenuhi oleh emosi, amarah, dendam, dengki… sekaligus dingin.

Dunia pertama dan kedua hilang tanpa sisa. Dunia ketiga hanyalah puing yang tak berbentuk dan kukumpulkan. Dunia keempat kubangun dari serpihan-serpihan rapuh yang tak kutahu sampai kapan akan bertahan.

"…kan kubunuh… akan kuhabisi mereka semua… mahluk-mahluk terkutuk itu… titan-titan sial itu!" Adalah doa—sumpah—yang kau selalu panjatkan di sela waktu luangmu. Sementara aku, dalam segala kebisuanku, aku berdoa untuk menemukan dirimu dalam dunia yang dengan kekeraskepalaanku tetap kutinggali.

Hei… apa pemilik syal ini masih ada di sana?

Hei… saat ini semua berakhir, apa dunia di mana keluarga kedua bagiku itu masih berdiri di sana?

Hei… kenapa masa kedamaian itu hilang bersama kebebasanmu dari sangkar perak yang indah?