Sssttt... ini adalah sebuah cerita, di mana aku mendapatkan sebuah pelajaran yang berharga. "Bahwa cinta yang sesungguhnya adalah cinta tanpa pamrih dan tidak mengharapkan balasan". Meski pun aku tahu ini sakit, tapi Baekhyun sangat kuat berada di posisi itu. Aku penasaran, sampai di mana Baekhyun akan bertahan dengan cerita rumah tangganya yang seperti ini.
Selamat Membaca
"Aku bersedia" ucap Baekhyun lantang.
Pria mungil itu terlihat bahagia meski di dalam hatinya dia tahu bahwa ini akan menjadi tahap awal yang akan sulit untuk dia hadapi, tapi menjadi bagian dari keluarga Park dan menyandang gelar sebagai seorang suami Chanyeol adalah yang paling Baekhyun bahagiakan.
Pak Pendeta mengizinkan Chanyeol dan Baekhyun untuk saling berciuman setelah sumpah pernikahan diucapkan, namun yang Baekhyun dapatkan hanya sebuah kecupan di keningnya.
Baekhyun menatap Chanyeol tepat di kedua mata pria tinggi itu. Dengan jelas, dia bisa melihat bagaimana perasaan Chanyeol yang terpancar melalui kedua matanya. Perasaan bingung, marah dan... rasa bersalah?
Baekhyun tidak tahu untuk siapa rasa bersalah itu, apakah untuk dirinya karena Chanyeol terpaksa menikahi dia atau untuk Sunbin yang mulai saat ini akan menjadi orang asing di dalam rumah tangga mereka, tapi menjadi satu – satunya di hati Chanyeol.
"Apa kau baik – baik saja?" Chanyeol yang tersadar dari lamunannya, kemudian bertanya kepada Baekhyun dengan wajah cemas.
"Apa ini terasa menyakitkan?" sambung pria tinggi itu lagi, kali ini dengan satu usapan lembut tangan besarnya di pipi Baekhyun.
"Kau bisa berhenti dan mengatakan semuanya padaku jika kau sudah merasa tidak kuat lagi"
Baekhyun menggelengkan kepalanya, menatap Chanyeol dengan tatapan sayang. Di dalam hatinya, Baekhyun bertekad untuk tidak menyerah atas perasaannya kepada Chanyeol.
Dia harus menjadi kuat dan berusaha semampunya untuk membuat Chanyeol mencintai dirinya serta perlahan melupakan Sunbin, "aku baik – baik saja, jangan khawatir" balas Baekhyun membalas usapan Chanyeol dengan satu usapan di punggung tangan pria tinggi itu.
Riuh pikuk tepuk tangan para undangan sedari tadi tak terdengar di telinga Baekhyun, yang terdengar hanya degupan jantungnya yang memburu seakan – akan sesuatu yang baru dan menakutkan akan menghampirinya sebentar lagi.
Chanyeol yang merasa Baekhyun bertingkah aneh akhirnya meminta kepada pendeta agar mereka diperbolehkan untuk duduk. Pria tinggi itu menarik tangan Baekhyun untuk turun dari altar dan duduk di salah satu kursi gereja. Sementara para undangan mulai berdiri dan bersalaman dengan mereka secara bergantian.
Nyonya Byun muncul dari balik punggung salah satu undangan yang baru saja bersalaman dengan Baekhyun. Perempuan paruh baya itu dalam diam memperhatikan bagaimana raut bahagia anaknya yang terpancar di wajahnya ketika sedang menghadapi tamu lalu Baekhyun akan terdiam seperti melamun ketika tamunya sudah tidak ada lagi.
Nyonya Byun juga sempat memperhatikan bagaimana raut wajah Chanyeol yang tidak bersemangat dengan acara pernikahannya sendiri. Air mata perempuan paruh baya itu bahkan hampir jatuh saat melihat tak ada sedikit pun cinta di mata Chanyeol ketika pria tinggi itu sekali – kali melirik Baekhyun melalui ekor matanya.
"Apa ini sebuah kesalahan?" gumam nyonya Byun tanpa sadar, membuat suaminya mendekat dan merangkul bahu kecil perempuan paruh baya itu untuk sekedar menguatkan istrinya. Membuat istrinya sadar bahwa Baekhyun akan melihat dia kalau saja dia menangis saat ini.
"Jangan perlihatkan kelemahanmu, Baekhyun masih di sini" bisik Tuan Byun tepat di telinga istrinya yang membuat perempuan itu sadar dan langsung menatap Baekhyun yang kebetulan sedang melihat ke arahnya.
"Tersenyumlah" bilang nyonya Byun ke arah Baekhyun dengan gerakan mulut tanpa suara yang dipahami betul oleh Baekhyun.
Pria mungil itu tertawa di atas perasaan bimbangnya dan memberikan satu jempol kepada Ibunya yang sangat cantik hari ini dengan gaun putih berhias renda bunga berwarna biru. Chanyeol yang melihat Baekhyun langsung mengikuti arah pandangan pria mungil itu lalu terkejut mendapati mertuanya yang sedang menatap mereka dengan saling merangkul.
Pria tinggi itu membungkuk hormat dari jauh dan ikut merangkul Baekhyun dengan lengan dan tangannya yang kekar.
Baekhyun yang terkejut dengan spontan mendongakkan kepalanya dan menatap Chanyeol dengan wajah terkejut. Diam – diam, pria mungil itu menikmati kehangatan yang menjalar ke tubuhnya. Senyuman kecil terbentuk di bibirnya yang berwarna merah jambu, dalam hati berharap semoga Chanyeol dapat terus merangkulnya seperti ini.
Mereka bisa berbagi kehangatan bersama di setiap pagi ketika Baekhyun membuka matanya di pagi hari dan akan menutup matanya di malam hari.
Mengkhayalkan hal seperti itu saja, Baekhyun rasanya sudah akan terbang ke awan hingga tidak sadar bahwa para undangan sedikit demi sedikit mulai mengundurkan diri dan izin pulang. Hingga tinggal dua keluarga saja dengan sepasang pengantin yang masih terasa asing untuk memulai hidup bersama dalam satu atap rumah. Baekhyun tahu ini adalah hidup barunya dan Chanyeol juga tahu bahwa mulai sekarang dia harus mulai terbiasa dengan segalanya.
Hingga acara pernikahan selesai, Baekhyun dan Chanyeol pulang ke rumah mereka berdua dengan Chanyeol yang mengemudi dan Baekhyun duduk manis di kursi samping pengemudi.
Musik klasik kesukaan mereka menjadi musik pengantar jalan mereka pulang ke rumah. Untuk mengurangi kecanggungan, Chanyeol sesekali menggoda Baekhyun hingga membuat pria mungil itu merona dan kelelahan sampai dia tertidur di kursi meninggalkan Chanyeol yang masih memiliki banyak pertanyaan di kepalanya.
Mengenai Chanyeol, pria tinggi itu tidak marah atau pun membenci Baekhyun. Ini hanya perjodohan yang terjadi karena mereka sudah menjadi sahabat sejak kecil dan kedua orang tua mereka merencanakan ini semua.
Apalagi ketika Chanyeol mengingat kembali alasan putusnya tali percintaan dirinya dengan Sunbin, pria tinggi itu masih belum bisa menerimanya. Sunbin yang memilih untuk menjadi biarawati dan perjodohannya dengan Baekhyun yang sangat tiba – tiba.
Chanyeol tidak marah pada siapa pun, dia hanya kesal kepada dirinya yang tidak bisa menghabiskan sisa hidupnya bersama Sunbin. Dia hanya kesal karena pada akhirnya, bukan dia yang akan selalu ada untuk Sunbin.
Pada akhirnya... dia hanya bisa melihat Sunbin dari jauh. Tanpa tahu, bahwa di balik punggungnya ada Baekhyun yang tanpa bosan selalu menatapnya dengan penuh cinta.
Mobil berhenti tepat di sebuah rumah sederhana yang sengaja Chanyeol beli untuk permintaan maafnya kepada Baekhyun setelah pria mungil itu setuju untuk menerimanya. Baekhyun bilang, di halaman depan rumah akan dia tanam berbagai jenis tanaman yang sering Ibunya tanam bersama dia.
Di halaman belakang akan menjadi tempat olahraga Chanyeol. Serta beberapa tempat lagi yang akan dia ubah menjadi area bermain Mongryeong dan Toben – anjing kesayangan mereka.
Chanyeol mematikan mesin mobilnya ketika mobil sudah masuk ke dalam bagasi. Dia melepaskan sabuk pengamannya dan melihat Baekhyun yang sangat nyenyak tertidur.
Dengan perlahan, Chanyeol membuka pintu mobil dan keluar untuk menutup pintu bagasi lalu kembali ke mobil untuk sekedar menatap betapa imutnya Baekhyun saat sedang tidur.
Chanyeol dari dulu tidak mau membangunkan Baekhyun kalau sudah tidur, jadi Chanyeol memutuskan untuk menggulung lengan tuxedo miliknya ke atas dan mengangkat Baekhyun bridal untuk dibawa ke kamar mereka.
Baekhyun yang merasa nyaman malah seperti anjing dengan kepala yang menelusup masuk dan bersembunyi di balik dada Chanyeol. Pria mungil itu sesekali bergumam hal – hal aneh sampai membuat Chanyeol tertawa. Tanpa sadar, senyuman manis Chanyeol terpancar di wajahnya dan untuk sepersekian detik Chanyeol seperti melihat Sunbin.
Pintu kamar di buka perlahan dengan susah payah oleh Chanyeol. Baekhyun dia letakkan di atas tempat tidur dengan sangat pelan bahkan tempat tidur pun sampai tidak bergerak sama sekali. Namun, yang namanya Baekhyun pasti akan bangun jika kehangatan menghilang dari tubuh rapuhnya.
Mata indah itu terbuka dan terkejut mendapati Chanyeol dalam jarak dekat dengan wajahnya, "apa kau menggendongku?" tanya Baekhyun dengan suara seraknya.
Chanyeol menganggukkan kepalanya dan tersenyum, "ya, kau sangat berat" jawabnya yang membuat Baekhyun mengerucutkan bibirnya.
"seharusnya kau membangunkan aku, bagaimana kalau tanganmu patah karena aku yang berat?" itu bukan kalimat khawatir sebenarnya, karena Baekhyun mengucapkannya dengan nada menyindir Chanyeol.
Siapa suruh bilang kalau Baekhyun itu berat. Chanyeol yang melihat kebiasaan Baekhyun kalau merajuk hanya bisa mencubit pipi Baekhyun seperti biasa dan membuat Baekhyun merasa geli sendiri.
Baekhyun akhirnya memilih bangkit dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri meninggalkan Chanyeol yang tiduran di tempat tidur. Ketika pria mungil itu selesai dari acara mandinya, Baekhyun melihat Chanyeol sudah berganti pakaian dan menggunakan baju tidur, "kapan kau mandi?" tanya Baekhyun setelah merasa ikatan baju piyamannya sudah pas.
"Tadi. Aku menggunakan kamar mandi di bawah" jawab Chanyeol yang dibalas anggukan kepala oleh Baekhyun. Pria mungil itu lalu berjalan ke arah tempat tidur dan mengambil posisi untuk tidur. Namun, Chanyeol datang mengganggu ketika Baekhyun berusaha untuk menutup matanya agar bisa mengurangi degup jantungnya saat ini.
"Ada a-apa?" gugup Baekhyun ketika dia melihat Chanyeol mendekat dan menyingkap baju piyama miliknya. "aku akan memberikanmu kesempatan. Malam ini kita adalah milik bersama, ayo kita habiskan malam pertama kita" Baekhyun melotot horor begitu mendengar perkataan Chanyeol yang benar -benar di luar akal sehatnya.
Bukankah ini hanya sebatas formalitas? Lalu kenapa Chanyeol memberikan Baekhyun harapan?
Baekhyun baru saja ingin menolak, namun terlambat karena tangan Chanyeol sudah sepenuhnya melepaskan simpul tali baju piyama Baekhyun.
Menarik turun baju piyama itu hingga menampakkan kulit mulus Baekhyun serta dua nipple merah jaambu miliknya. Chanyeol sempat terpana sebentar lalu bergerak untuk mengemut nipple kanan Baekhyun dengan perlahan.
Memainkan satu nipple lagi dengan tangan yang lain hingga Baekhyun mendesah di bawah kungkungan Chanyeol.
Emutan Chanyeol yang semakin lama semakin intens membuat Baekhyun menjadi terlena dan tanpa sadar menekan kepala Chanyeol agar lebih dalam lagi menyentuh dirinya. Kepala pria mungil itu bahkan mendongak lemas begitu Chanyeol menyudahi kegiatan mengemutnya dan mulai mencium satu persatu bagian kulit Baekhyun hingga ke bawah. Saat ingin menyentuh alat genital Baekhyun, Chanyeol menyempatkan diri untuk mendongak dan menatap Baekhyun.
Mungkin sekedar basa basi sambil berharap akal sehatnya kembali, tapi yang Chanyeol dapatkan adalah ekspresi erotis Baekhyun di atas sana hingga membuat bagian tengah tubuh pria tinggi itu mulai bereaksi.
"Baekhyun, apa kau akan marah?" Baekhyun dengan segala umpatannya mengutuk Chanyeol yang masih menanyakan perasaannya pada saat seperti ini. "Tidak apa – apa, selama itu Chanyeol aku tidak akan marah. Aku akan baik -baik saja meski harus menjadi pengganti"
Chanyeol yang mendengar perkataan Baekhyun hanya bisa terdiam lalu menarik pria mungil itu ke dalam pelukannya. Memeluknya erat hingga tidak sadar bahwa Baekhyun sudah menangis di atas keterdiaman dirinya. "aku akan selalu mencintai Chanyeol, meski di dalam hati Chanyeol hanya ada Sunbin".
Semenit dalam keheningan, Baekhyun mulai merasakan kecupan – kecupan lembut di wajahnya dan berakhir di bibirnya. Genitalnya juga sudah diurut ke atas dan ke bawah oleh Chanyeol hingga membuat pria mungil itu klimaks dalam kenikmatannya.
Merasakan dengan sangat jelas tangan kekar Chanyeol menyentuh miliknya, meraba lubang anusnya dengan jari – jarinya yang besar serta berakhir dengan dua jari yang masuk ke dalam lubang tersebut dan membuat Baekhyun hampir saja menjerit sambil meremas kain selimut tempat tidur.
"Chanyeol, sayangku... ku mohonhhh..." Gerakan tangan Chanyeol terhenti. Mendengar Baekhyun memohon kepadanya seperti itu entah kenapa membuat dirinya merasa bangga. Jadi Chanyeol mengambil lube yang berada di dalam laci dan menuangkannya tepat di lubang anus Baekhyun.
Mengusap – usapnya beberapa saat sambil mempersiapkan miliknya dan dalam hitungan detik milik Chanyeol menerobos lubang Baekhyun dengan perlahan. Membuat Baekhyun mendongakkan kepala serta tubuhnya ke atas. Menggeliat erotis sambil mengeluarkan desahan – desahan tertahan begjtu Chanyeol memulai gerakannya.
Menekan – nekan lebih dalam miliknya agar terus menyentuh pusat manis Baekhyun yang akan membuat pria mungil itu mendesah dengan sangat keras lalu dengan malu – malu menutup mulutnya dengan telapak tangan hingga malam panas itu berakhir dengan beberapa kali semburan sperma Chanyeol di lubang Baekhyun.
e)(o
Paginya, Chanyeol bangun tanpa ada seseorang di sampingnya. Pria tinggi itu kemudian mengambil posisi duduk di atas tempat tidur untuk memulihkan nafasnya.
Tiba – tibba pintu kamar terbuka dan terlihat oleh Chanyeol pria mungil lengkap dengan celana olahraga miliknya dan kaos putih kebesaran. Baekhyun muncul dengan satu nampan penuh makanan dan segelas susu.
"kau sudah bangun?" tanya Baekhyun ketika dirinya sudah berdiri di samping tempat tidur dan memberikan nampan berisi makanan itu pada Chanyeol. "makanlah, kau pasti lapar" sambungnya lagi
"apa kau sudah makan?" tanya Chanyeol begitu melihat Baekhyun tidak menyentuh sedikit pun makanan yang dia bawa. "dan juga... apa 'itu' masih sakit?" tunjuk Chanyeol dengan ragu – ragu ke arah pantat Baekhyun.
Pria mungil itu dengan wajah merona hanya bisa menganggukkan kepalanya lalu menunduk "maafkan aku, seharusnya aku tidak melakukan itu padamu"
Baekhyun terdiam di posisi berdirinya. Di dalam hatinya, Baekhyun merutuki perasaan malu yang baru saja dirasakan olehnya. Sebenarnya untuk apa rasa malu itu kalau pada akhirnya Chanyeol hanya menganggap itu tak berarti apa pun, "tidak apa – apa, habiskan makananmu ya? Aku harus ke dapur" lalu Baekhyun dengan tertatih berjalan keluar kamar tanpa tahu Chanyeol memperhatikannya dalam diam.
Setelah menutup pintu kamar dengan perlahann, Baekhyun bersandar di sana. Satu tangannya mengusap ujung matanya yang sudah penuh dengan air mata. Hanya karna satu malam, Baekhyun melupakan lagi fakta kalau Chanyeol tidak mencintai dirinya.
Tadi malam itu hanya mimpi, mimpi yang indah bagi Baekhyun dan Baekhyun berterima kasih kepada Tuhan karena setidaknya untuk sekali Baekhyun bisa merasakan bagaimana rasanya dicintai oleh Chanyeol.
Setelah merasa perasaannya membaik, Baekhyun memutuskan untuk mencari Mongryeong dan Toben untuk memberi mereka makan. Dengan berlari Baekhyun menuju halaman belakang dan mendapati kedua anjingnya sedang duduk saling menempel. Melihat pemandangan itu, Baekhyun tersenyum senang. Setidaknya di rumah ini, masih ada yang saling mencintai.
Meskipun bukan dirinya.
Menjelang siang, Chanyeol muncul dari balik pintu kamar dengan kemeja baby blue dan celana kain setelannya. Rambutnya ditata klimis lengkap dengan minyak rambut dan dasi berwarna coklat yang terikat di kerah kemejanya, "kau akan pergi?" Baekhyun bertanya setelah suapan makanan anjing di tangannya sudah di lahap habis oleh Toben.
"Ya, aku akan mengunjungi Sunbin"
Baekhyun tersenyum, "apa kau mau aku buatkan makanan untuk Sunbin?" Tanya Baekhyun dengan senyuman di wajahnya namun rasa sakit di hatinya.
"Kau masak banyak?" Tanya Chanyeol antusias. Baekhyun dengan semangat mengangguk kemudian menarik tangan Chanyeol ke arah dapur dan menyuruhnya duduk di meja makan, "tunggu sebentar, aku akan menyiapkannya" lalu Baekhyun berlalu setelah mengambil peralatan makan di lemari smaping kulkas.
Baekhyun tahu ini salah, tapi Baekhyun hanya tidak ingin membuat Chanyeol bersedih. Cukup dia saja yang merintih sakit di sini, Chanyeol tidak perlu merasakan juga. Tidak berapa lama, Baekhyun muncul dari dapur dengan beberapa paper bag di tangannya. Dengan tersenyum, Baekhyun menyerahkan paper bag tersebut ke Chanyeol dan menitipkan salam untuk Sunbin.
"Akan aku sampaikan, sampai jumpa nanti malam!" Teriak Chanyeol setengah berlari ke arah bagasi mobil.
Seperginya Chanyeol, Baekhyun hanya bisa terduduk sedih di lantai. Meratapi perasaannya yang kacau karena satu orang yang benar - benar dia cintai. Baekhyun menangis di sana, meremas dadanya dengan kuat hingga terasa sesak kemudian pria mungil itu dengan cepat menghapus air matanya dan bangkit.
"Jangan menyerah Baekhyun, jangan! Tidak boleh!"
Dan Baekhyun memutuskan untuk mengikuti Chanyeol dengan menaiki taksi. Berhenti di salah satu gereja yang berada di Myeong-dong, tempat Sunbin sekarang tinggal.
Sesampainya di sana, Baekhyun diam - diam meminta izin kepada suster kepala untuk mengelilingi gereja tersebut sebagai alasan. Dengan langkah gemetar, Baekhyun terus berjalan hingga dirinya tiba di ujung koridor dan mendapati Chanyeol dan Sunbin berada di sana.
Perempuan itu masih terlihat cantik meski sekarang rambut panjangnya ditutupi kain. Kulitnya masih terlihat mulus meski kini dikurung oleh baju yang panjang.
Senyumannya masih sama, sehangat sinar matahari dan Chanyeol selalu menyukainya sampai detik ini. Baekhyun tahu tidak akan mudah bagi Chanyeol untuk melupakan Sunbin yang merupakan cinta pertamanya.
Perempuan pertama yang sangat disukai Chanyeol saat semua perempuan di sekolah mendekati Chanyeol karena harta, Sunbin berbeda. Dia begitu sederhana dan Baekhyun tahu itu.
Setelah pernikahan mereka, ini pertama kalinya Baekhyun kembali lagi seperti dulu. Pria mungil itu hanya bisa melihat punggung Chanyeol dari jauh.
Melihat suaminya masih mengharapkan perasaan dari perempuan lain. Melihat suaminya masih menginginkan untuk bersama dengan perempuan lain.
A/N: Gimana menurut kalian?
