"Aku ingin menikah lagi."
Dan kata-kata itu sukses membuat Sakura membeku di tempat.
.
.
.
.
.
Ijinkan Aku Menikah Lagi
Naruto©Masashi Kishimoto
Twoshoot. SasuSaku slight SasuKarin.
.
.
.
.
.
.
.
Haruno Sakura adalah seorang wanita yang nyaris sempurna. Ia cantik, cerdas, keibuan, perhatian, mandiri, dan segala macam hal baik melekat pada dirinya. Selama 24 tahun ia hidup, ia mampu menjaga dirinya dengan baik. Banyak lelaki yang tergila-gila padanya dan berniat menjadikannya istri. Namun, tak ada satu pun yang mampu menarik perhatiannya. Ia masih terlalu fokus pada pekerjaannya dan belum memikirkan tentang pernikahan. Baginya, cinta akan datang pada waktunya. Ia membiarkan semua berjalan mengalir seperti air dan terus berusaha memperbaiki dirinya menjadi lebih baik lagi.
Hingga suatu ketika, orangtuanya mengatakan padanya bahwa ada seorang laki-laki yang ingin melamarnya. Saat itu ia sedang tidak ada di rumah. Ia masih berada di rumah sakit karena jam prakteknya belum selesai. Dan ketika ia pulanh, orangtuanya mengatakan hal yang mengejutkan. Tentang seorang lelaki yang ingin melamarnya. Mereka bilang lelaki itu tertarik padanya sejak pandangan pertama. Ia yang tak tau menahu soal lelaki itu hanya mampu bertanya, "siapa?"
Orangtuanya bilang lelaki itu adalah orang yang pernah bertemu dengannya di toko bunga milik Ino, sahabatnya. Sakura tak ingat. Ia bertemu dengan banyak orang ketika mengunjungi toko bunga milik sahabatnya itu. Namun ia ingat. Ino pernah mengatakan padanya bahwa ada seorang laki-laki yang menanyakannya, seperti menanyakan namanya, nomor teleponnya, alamatnya, bahkan menanyakan apakah ia sudah memiliki kekasih atau belum.
Saat itu, tanpa Sakura tau, Ino mengatakan semuanya. Dan sekarang orangtuanya mengatakan bahwa ada lelaki yang datang melamarnya. Apakah mungkin ia orang yang sama? Batin Sakura bertanya.
Kemudian gadis bermata hijau bening itu berkata kepada kedua orangtuanya.
"Jika dia memang orang yang ditakdirkan untukku, dia akan datang kembali besok untuk melamarku."
Dan Tuhan menjawab semuanya. Lelaki itu datang kembali keesokan harinya bersama keluarga besarnya. Seolah lelaki itu yakin bahwa Sakura tidak akan menolaknya.
Sakura terkejut, tentu saja. Ada beberapa hal yang membuatnya terkejut pada waktu itu. Pertama, ia tidak menyangka jika lelaki itu akan datang kembali menemui orangtuanya, lengkap dengan keluarga besarnya. Kedua, yang sangat tidak ia sangka adalah, lelaki itu adalah kakak kelasnya sewaktu SMA. Sakura sangat mengenal wajah itu. Lelaki itu dulu adalah ketua OSIS. Ia sangat terkenal. Tapi ia pasti tidak mengenal Sakura, karena ketika bersekolah dulu, Sakura bukanlah murid yang terlalu menonjol.
Jadi, ini murni kebetulan atau takdir? Namun Sakura tidak pernah memercayai kebetulan. Ini adalah takdir yang sudah digariskan. Dan mungkin, ini adalah saat di mana ia harus mengakhiri masa lajangnya.
.
.
"Jadi, bisa kau jelaskan padaku. Apa alasanmu melamar putriku?" Tanya Kizashi selaku ayah Sakura pada lelaki yang kini tengah duduk dihadapannya dengan didampingi kedua orangtua dan kakaknya. Terlihat ibu dari lelaki itu tengah melirik putranya, memperhatikan sang putra yang agak sedikit tegang. Namun tak lama, senyum di wajah cantik itu muncul ketika mendengar jawaban sang anak.
"Karena aku yakin Sakura adalah jodohku," jawab lelaki itu pasti. "Aku selalu memimpikannya selama beberapa tahun belakangan ini. Padahal aku sama sekali tidak mengenalnya. Namun aku terus memimpikannya. Sampai suatu ketika, aku melihat putri Anda di toko bunga langganan ibuku."
Sakura tercengang. Pipinya sedikit merona dan desiran itu merambat di hatinya. Sedangkan yang lainnya hanya terdiam sambil menunggu lelaki itu melanjutkan ceritanya.
"Aku tak ingin menyianyiakannya. Karena itu aku bertanya pada pemilik toko itu. Aku bersyukur ia mengenal putri Anda dan mau memberikan informasi tentang putri Anda." Lelaki itu menarik napasnya pelan sambil menatap Kizashi dengan penuh keyakinan. Sakura sendiri pun sedari tadi tangannya digenggam oleh Mebuki, ibunya.
"Kenapa kau begitu yakin jika putriku adalah jodohmu? Mimpi itu bukanlah sesuatu yang mutlak." Kizashi kembali bertanya dengan nada tegas. Suasana menjadi lebih tegang. Namun lelaki itu tersenyum.
"Tuhan lah yang memberiku keyakinan itu. Dan keyakinanku adalah, bahwa putri Anda yang ditakdirkan untukku."
Semua mata yang ada di sana memandang tak percaya jawaban dari lelaki itu. Kemudian mereka takjub. Inilah keajaiban. Seseorang yang belum pernah bertemu satu sama lain bisa saling terpaut.
Kizashi tersenyum tipis. Ia memandang putrinya yang sedari tadi menunduk.
"Semua jawaban itu ada pada Sakura," jeda sejenak, "jadi Sakura, bagaimana? Kau mau menerima lamaran lelaki ini? Yang bahkan belum kaukenal?"
Sakura terdiam. Genggaman pada tangan ibunya mengerat. Wajah cantiknya masih tertunduk. Orangtua dan kakak lelaki itu nampak tegang. Takut jika jawaban yang akan mereka dengar tidak sesuai dengan keinginan mereka. Karena sejujurnya, mereka pun sudah jatuh hati pada Sakura semenjak melihatnya. Meski pada awalnya mereka menganggap bahwa keinginan putra mereka adalah hal gila (karena ingin menikah dengan gadis yang belum dikenal), namun sekarang mereka percaya dan yakin bahwa kedua orang berbeda gender ini adalah jodoh yang sudah ditakdirkan Tuhan.
Lebih dari sepuluh menit tidak ada jawaban dari Sakura, akhirnya lelaki itu bicara.
"Mungkin kau meragukanku karena kita baru bertemu kali ini. Tapi aku berjanji, aku akan membuatmu bahagia. Aku tidak akan mem-" Ucapan lelaki itu terhenti ketika ia melihat gadis itu mengangkat wajahnya dan menatapnya. Mata emerald itu menatap matanya dengan tatapan yang tak bisa ia baca. Wajah gadis itu nampak sedikit memerah. Seulas senyum terpatri di wajahnya. Inikah wajah bidadari yang setiap malam ia impikan? Tanya lelaki itu dalam hati. Kebahagiaan itu begitu meluap di hatinya. Terlebih lagi ketika wajah ayu itu mengangguk dalam diam, malu-malu dengan rona merah yang semakin menjalari pipinya. Aa, lamarannya diterima.
Semuanya tersenyum lega. Tak sia-sia keluarga lelaki itu datang mendampingi melamar sang gadis. Hasil yang menggembirakan datang. Ini luar biasa. Tuhan tengah menunjukkan Kuasa-Nya.
.
.
Akad pernikahan itu pun berlangsung dengan khitmat. Semuanya terkendali sesuai rencana. Sakura dan lelaki itu telah resmi menjadi suami istri. Ia benar-benar bahagia. Sangat bahagia hingga rasanya ia tak sanggup lagi untuk bicara. Lelaki itu pun tak kalah bahagianya. Sepanjang acara, ia tak lepas memandangi istrinya. Oh, alangkah beruntungnya dirinya bisa memiliki gadis itu.
Pesta pernikahan mereka sangat sederhana karena Sakura sendiri yang memintanya. Ia tidak menyukai hal-hal yang berlebihan. Dan pihak lelaki pun untungnya tidak keberatan. Segala macam hal yang dimiliki oleh Sakura begitu disukai di keluarga suaminya. Gadis itu memang sempurna di mata mereka. Dan Sakura mensyukuri hal itu.
.
.
Malam pun tiba. Pesta telah usai. Seluruh kerabat sudah kembali ke rumah masing-masing. Kedua insan yang baru saja melangsungkan pernikahan pun harus kembali ke rumah mereka. Ya, rumah yang telah disiapkan untuk mereka tinggali berdua, meski sebenarnya kedua orangtua mereka menawarkan mereka berdua untuk tinggal di salah satu orangtua mereka. Namun mereka ingin mandiri dan tidak bergantung pada orangtua.
Jadi, di sinilah mereka berdua. Di rumah baru mereka. Lebih tepatnya di kamar mereka berdua.
Suasana canggung menyelimuti.
Bagaimanapun juga, ini adalah pertama kalinya Sakura berdekatan secara 'intim' kepada seorang laki-laki. Biasanya kedekatannya dengan laki-laki hanyalah sebatas kedekatan antar rekan kerja maupun sahabat. Tidak. Ia tidak memiliki sahabat laki-laki. Lebih tepatnya ia tak pernah dekat dengan lelaki manapun. Ia tidak pernah pacaran. Dan ia memang menjaga dirinya untuk saat ini. Hanya untuk suaminya ia ingin berbagi. Manakala ketika ia masih sendiri banyak lelaki yang mendekatinya, ia tidak banyak memberikan respon. Ia hanya meminta sang lelaki untuk segera melamarnya. Namun semua lelaki yang mendekatinya tak ada yang berani berhadapan dengan ayah ibunya. Kecuali lelaki yang kini menjadi suaminya. Karena itu Sakura tak menolak sedikitpun lamaran dari lelaki itu. Ia yakin Tuhan telah menjawab doanya. Tuhan memberikannya yang terbaik. Seseorang yang tak ia sangka berasal dari masa lalunya. Sungguh, semua akan indah pada waktunya.
.
.
"Jadi, Sakura ... boleh aku memanggilmu begitu?" Tanya lelaki itu lembut. Ada nada canggung dan ragu terselip di antara kata-kata itu. Sakura yang tengah duduk di ranjang mereka sembari menggenggam tangannya sendiri hanya mengangguk. Sungguh, ia tak tau harus bersikap apa. Ini malam pertamanya. Sebagai seorang yang sudah dewasa, ia tau apa yang akan terjadi. Hanya saja, ia tak tau harus memulainya dari mana.
Lelaki itu mendekatinya dan mengambil tempat di sampingnya. Ia mengamati wajah ayu Sakura yang nampak begitu bersinar pada malam itu.
"Aku akan menunggu kau siap," kata sang lelaki hingga membuat Sakura mengangkat wajahnya dan menatap mata sehitam arang itu. Ia terkejut. Entahlah. Lelaki ini sulit ditebak, batinnya. Mereka bahkan belum sempat berkenalan. Dan seakan tau isi hatinya, lelaki itu pun kembali berkata, "aku ingin malam ini kita isi dengan saling mengenal satu sama lain. Bagaimana? Kau setuju?"
Senyum merekah di bibir Sakura. Ia mengangguk. Pipinya kembali memerah. Dan lelaki itu menyukainya.
.
.
"Aku harus memanggilmu apa, umm ..." tanya Sakura ragu. Lelaki itu tersenyum.
"Aku Uchiha Sasuke. Anak kedua dari dua bersaudara." Mata gadis itu berbinar mendengar ucapan suaminya yang bernama Sasuke. "Aku bekerja di perusahaan keluarga sebagai Manager Operasional," lanjutnya.
Sakura tersenyum. Ia terlihat begitu kagum.
"Apalagi yang ingin kautahu tentang aku?" Tanya Sasuke. Sakura nampak berpikir. Kemudian ia menggeleng.
"Nanti aku akan mengenalmu, seiring berjalannya waktu," jawab Sakura. "Lalu, kauingin bertanya apa padaku, Sasuke?"
"Apa kaupernah menjalin hubungan dengan laki-laki sebelum kita menikah? Pernah mencintai seseorang sebelum ini?" Tanya Sasuke penasaran. Sakura menggeleng yakin.
"Tidak. Aku tidak pernah mencintai orang lain sebelum ini. Aku tidak pernah pacaran," jawab Sakura penuh keyakinan. Dan Sasuke tersenyum. Sungguh, ini adalah sesuatu yang membahagiakan. Ia amat sangat bersyukur Tuhan mengirimkan Sakura padanya.
"Waktu pertama kali melihatmu, sebenarnya aku merasa kita pernah bertemu sebelumnya," ujar Sasuke.
"Benarkah?"
"Ya. Apa yang pertama kali kau pikirkan tentang aku?" Tanya Sasuke.
"Ketua OSIS di SMA Negeri Konoha." Sakura menjawab sambil tersenyum penuh arti. Sasuke terkejut sekilas.
"Kau alumni SMA itu?"
Sakura mengangguk.
"Astaga. Aku tidak menyangka kita benar-benar berjodoh." Sasuke berucap tak percaya. Nada suaranya terdengar antusias. Suasana canggung itu mulai mencair.
"Aku juga tidak menyangkanya," timpal Sakura.
"Kau di kelas berapa waktu itu? Aku tidak pernah melihatmu," tanya Sasuke sambil mengingat kembali masa SMA nya.
"Aku adik kelasmu," jawab Sakura. Ia sedikit tertawa kemudian melanjutkan, "karena itu kau tidak pernah melihatku. Tapi aku selalu melihatmu ketika kau memberikan pidato ataupun sambutan di setiap acara sekolah."
Sasuke memandang gadis itu kagum.
"Pantas saja." Sasuke tertawa pelan.
Obrolan malam itu diisi tentang nostalgia ketika mereka masih bersekolah. Sesekali Sakura maupun Sasuke bercerita mengenai kepribadian mereka.
Ternyata, Sasuke pun belum pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun. Ia terlalu fokus pada pendidikan dan pekerjaannya. Dan saat ini pun, ia sedang merencanakan untuk melanjutkan S3 di London. Karena itu, ketika ia melihat Sakura dan ia merasa yakin, akhirnya ia langsung melamarnya. Ia tidak ingin menunggu lebih lama.
"Kau sudah mengantuk?" Tanya Sasuke ketika melihat mata Sakura mulai memerah.
"Kau sendiri bagaimana, Sasuke?" Tanya Sakura balik.
"Ayo kita tidur!" Ajak Sasuke sambil meraih bahu Sakura dan membaringkannya bersama. Belum ada niat sedikitpun untuk menyentuh gadis itu di malam pertama mereka ini. Keduanya masih berusaha untuk saling mengenal satu sama lain. Dan jam di dinding yang menunjukkan pukul 11 malam membuat mereka tersadar bahwa mereka harus beristirahat.
Kehidupan baru akan dimulai esok pagi.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
1770 words
.
Yak, temanya emang mainstream. Dan mungkin ketebak dari judulnya. Tapi saya gak akan ngebuat Sakura tersiksa dan semacamnya lah. Soal Sasuke bakalan nikah lagi atau nggak, akan terjawab di chapter selanjutnya. :)
Terima kasih sudah membaca :)
