DJ-san presents…
Disclaimer: Vocaloid Yamaha.
Warning: Yuri/Shoujo-Ai/Lesbians.
A Vocaloid Fanfiction.
The Lovely and the Lonely
Kriiing… Kriiing…
"Hoaamm… uhh kenapa sih jam weker ini selalu cemburu dengan hubungan harmonisku dengan tempat tidurku?" keluh seorang gadis berambut merah muda bernama Megurine Luka sambil menguap lebar dan mengucek matanya.
Pip.
Dimatikannya jam weker yang sedari tadi bernyanyi di atas meja pendeknya. Dilihatnya ketiga batang jarum jam di dalamnya.
"Astaga! Sudah pukul 7 lewat 25! Aku hampir telat!" serunya terlonjak dari tempat tidur.
Ia segera pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Setelah itu ia bergegas mempersiapkan seragam sekolah dari dalam lemari pakaiannya.
Diambilnya kemeja berwarna senada dengan warna rambutnya, rok pendek berwarna merah, bermotif garis kotak-kotak dengan paduan warna kuning dan putih, juga sehelai pita berwarna senada dengan roknya. Kemudian ia buru-buru mengenakan satu set seragam itu. Tak lupa ia mengenakan bando warna hitam yang biasa ia pakai sehari-hari di atas kepalanya, juga sebuah kacamata yang ber-minus 3,5 pada matanya.
Ia segera turun tangga dan mengabaikan sama sekali sarapan yang telah terhidang di atas meja makan.
"Luka! Jangan abaikan sarapanmu!" seru ibu Luka dari dalam dapur.
"Tidak sempat, ma! Aku sedang terburu-buru!" sahut Luka sambil mengikat tali sepatunya.
"Makan sarapanmu atau ibu potong uang jajanmu selama sebulan?" ancam ibunya.
"Hhh… iya deh! Kuambil rotinya, trus aku makan selama perjalanan ya, ma?" desah Luka akhirnya mengalah.
"Aku berangkat sekarang ya ma?" pamit Luka sambil mengambil sepotong roti diatas meja dan kemudian beranjak.
"Iya. Hati-hati di jalan ya, Luka!" jawab ibunya.
Luka berlari tergesa-gesa menuju sekolah. Tidak sadar kakinya sudah seperti hilang kendali dan hampir tidak bisa berhenti hingga akhirnya ia menabrak seseorang di depannya.
"Auw!"
"Aduh! Ck…"
"Ma-maaf!" ucap Luka langsung berdiri lalu membungkuk.
"Hati-hati donk kalau jalan! Buta apa?" omel gadis berkuncir dua yang barusan ia tabrak dan sekarang masih jatuh terduduk.
"Aku kan sudah minta maaf!" Seru Luka kesal karena merasa permintaan maafnya sia-sia.
"Ga cukup hanya dengan kata maaf! Bantu aku berdiri kek!" balas gadis itu.
"Ck… Bilang donk daritadi! Ga usah ngatain orang buta kali…" keluh Luka yang akhirnya mengalah dan membantu gadis tersebut berdiri.
"Aduh… rok-ku jadi kotor deh gara-gara kamu. Padahal hari ini kan hari pertamaku ke sekolah baruku… Heran yah di dunia ini ada orang yang seceroboh kamu?" ejek gadis kuncir dua tersebut kepada Luka.
"Eh? Seharusnya kamu juga sadar diri donk! Sekolah di Jepang bagian mana sih yang memperbolahkan muridnya masuk sekolah lewat dari pukul 8 pagi? Apalagi murid baru. Hello…? Bisa bayangin nggak sih, ada murid baru yang terlambat waktu hari pertama?" balas Luka ikut mengejek.
"Berisik! Aku juga tahu kalau sebentar lagi mau jam 8, makanya aku tergesa-gesa! Sudahlah, kalau terus-terusan berdebat sama orang ceroboh macam kamu bisa terlambat aku ke sekolah," ujar gadis itu sambil bergegas ke sekolahnya.
"Huh! Nyari masalah sendiri tapi pengen cabut duluan…" keluh Luka kesal. Kemudian ia juga bergegas pergi ke sekolahnya melalui jalan pintas.
'Ngomong-ngomong… kenapa cewek tadi berlari ke jalan utama menuju Ninomiya Gakuen ya? Jangan-jangan… ah, tidak mungkin,' batin Luka dalam hati.
Ia sama sekali tidak sadar bahwa gadis tadi mengenakan seragam yang sama dengan seragam yang ia pakai. Seragam Ninomiya Gakuen, yang merupakan sekolah Luka juga. Begitu pula dengan gadis tadi, saking asyiknya mereka berdebat.
Setelah beberapa saat kemudian, Luka sampai ke sekolah. Tepat waktu pukul 8 A.K.A pas-pas-an! Ia segera berlari menuju kelasnya, kelas 1B.
"Hah… hah… untung masih tepat waktu."
Bel sekolah pun berbunyi. Semua murid sudah masuk kedalam kelas dan saling bercakap-cakap satu sama lain karena guru yang harusnya mengajar pada saat itu belum masuk ke kelas. Di tengah kericuhan yang ditimbulkan oleh suara-suara percakapan di setiap meja tersebut, hanya ada satu meja di sudut belakang yang terdengar sunyi senyap. Meja itu adalah tempat Luka merenung setiap hari dalam kelas dan sesekali hanya membaca buku ensiklopedia tak bergambar.
Yah, di sekolahnya Luka disorot sebagai sosok pendiam yang tidak terlalu dikenal dan tidak terlalu dipedulikan oleh teman-teman sekelasnya. Dia bahkan tidak mempunyai teman. Sama sekali. Meskipun begitu, bukan berarti ia sesosok "nerd" yang biasa di-bully oleh teman-temannya, hanya saja ia merasa bosan bila setiap hari ia harus berada dalam situasi senyap. Ingin sekali baginya ia berada dalam kerumunan itu dan ikut bersenda gurau bersama mereka. Sayangnya, hal itu tidak mungkin terjadi, karena mereka terlanjur menganggap Luka sebagai anak yang membosankan.
'Hhh… aku iri. Mengapa aku tidak bisa menjadi seperti mereka?' bisik Luka dalam hati.
Beberapa menit kemudian, sosok yang tidak diinginkan pun muncul di depan kelas. Seorang pria setengah baya dengan memakai jas coklat dan dasi hitam yang selalu membawa penggaris kayu kemana-mana.
"Ehem… anak-anak, harap dijaga ketenangannya," ucap pria yang biasa disebut sensei itu penuh wibawa.
Seketika itu juga, seisi kelas berubah hening.
"Pertama-tama, maaf atas keterlambatan bapak. Bapak menglami sedikit hambatan waktu hendak berangkat ke sekolah."
Seisi kelas hening tak berkomentar.
"Err… yah, bapak tahu kalian bisa memakluminya. Dan juga hari ini bapak sampaikan bahwa kelas ini akan kedatangan murid baru."
Mendengar kata "murid baru" seisi kelas kembali bercakap-cakap. Tentunya dengan volume yang dipelankan.
"Ya Hatsune-san, silahkan masuk." kata sensei kepada seseorang di depan kelas.
Kemudian suara langkah kaki mulai terdengar dari depan kelas. Semuanya kembali hening sambil tercengang melihat sesosok gadis di depan kelas.
Gadis yang tersebut adalah murid baru yang baru saja dikatakan oleh sensei. Ia berkaki mulus, berbadan ramping, rambut teal sepanjang pinggul yang dikuncir dua, parasnya terlihat sangat cantik dan menawan. Semua murid terkesima melihatnya. Tapi di saat yang bersamaan, Luka seperti sudah pernah melihat gadis itu di suatu tempat sebelumnya.
"Hatsune-san mulai hari ini akan menjadi anggota kelas kalian. Hatsune-san, tolong perkenalkan diri anda."
"Baik, sensei. Nama saya Hatsune Miku, 15 tahun. Saya murid pindahan dari Sapporo. Salam kenal, mohon kerja samanya!" ujar Miku memperkenalkan diri dan diakhiri dengan membungkukan badannya.
"Salam kenal, Hatsune Miku-san!" ujar mereka (minus Luka) serentak.
"Hatsune-san, di bagian belakang masih banyak bangku kosong yang belum ditempati. Silahkan anda pilih sendiri tempat duduk yang anda inginkan."
"Terima kasih, sensei."
Kemudian Miku mulai mengeksplor meja-meja di deretan belakang tersebut.
"Ah! Bagaimana kalau saya duduk disana saja, sensei?" tunjuk Miku penuh semangat ke arah sebuah bangku di sudut belakang, tepat di sebelah bangku Luka.
"Ya silahkan," jawab sensei menyetujuinya.
Dengan senang hati Miku berjalan ke arah bangku yang barusan ditunjuknya tersebut. Ketika sampai disana, ia langsung menaruh tas dan duduk diatas bangku tersebut. Ia menolah ke samping kiri kanannya, banyak teman-teman baru yang tersenyum ke arahnya. Sampai ia akhirnya ia menoleh ke sebelah kiri dan menemukan sosok Luka, begitu pula sebaliknya Luka menemukan sosok Miku. Untuk sesaat mereka berada dalam situasi canggung, tetapi kemudian…
"Kau?" Seru mereka berdua secara bersamaan.
"Kau? Yang tadi pagi menabrakku?" ujar Miku.
"Kau? Yang tadi pagi memakiku?" ujar Luka.
Saking kerasnya seruan mereka berdua, seisi kelas, tak terkecuali sensei, sontak menoleh ke arah Miku dan Luka.
.
.
.
.
.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka selanjutnya? Apakah mereka masih akan memperdebatkan kejadian tadi pagi itu, atau sebaliknya mereka akan berpura-pura tidak mengenal satu sama lain?
Let's see next following chapter!
~~~ To Be Continued ~~~
Notes:
Bel masuk sekolah-sekolah di Jepang biasanya dibunyikan pada pukul 08.00 pagi.
Umur Miku dan Luka disini sesama 15 tahun.
Review please! :D
