A/N : Oya, ni fanfic kemungkinan nggak ada humornya. Ini fanfic pertama gue yang bertema angst. Akhir-akhir ini nggak tau kenapa pengen bikin fanfic angst! Jadi gue saranin bawa tissue… Tapi, gomen kalo kurang menyentuh… This is my first time to write an angst story! Eh, tapi ini hanya gue apa emang gue lagi suka judul yang ada kata 'or' dan tanda tanya?
Disclaimer : Sudah jelas 'kan? Bleach bukan punya gue! Tapi, punya Om Tite Kubo! ^.^
Warning (s) : Hmm, apa ya…?? Shounen ai terus… Oya, ada OC yang muncul! Kalo nggak suka, jangan baca! Sorry, kalo jelek ya…??
Pairing (s) : IchiRuki, IchiHitsu
= Hate Me or Love Me? =
= By : 4869fans-nikazemaru =
= Chapter 1 =
"Start your love with steadiness so that it can go on well."
= Awali cintamu dengan kemantapan agar berjalan dengan menyenangkan =
Di sebuah kafe…
"Kurosaki!" Hitsugaya memanggil Ichigo yang sedang termenung.
Ichigo menoleh.
"Uh, ada apa, Toshiro?" tanya Ichigo.
Hitsugaya menghela nafas. Dia dan Ichigo memang sudah pacaran selama 2 bulan, jadi Hitsugaya nggak pernah mengoreksi namanya lagi. "Kamu kenapa? Dari tadi melamun terus… Es krimmu meleleh, tuh!"
Ichigo melihat ke arah mangkuk es krimnya. "Ah, gomen!"
"Hh, dasar…" Hitsugaya menunggu pacarnya itu menghabiskan es krimnya. "Ada masalah, Kurosaki?"
Ichigo menyeka sisa es krim dari mulutnya. "Ah, nggak… Cuma lagi bingung. Eh, elo masih belepotan es krim tuh! Gue bersihin ya?" Ichigo mengambil kertas tisu dan mengelap bibir Hitsugaya yang belepotan es krim.
"Mmmph! Aku kan bisa bersihin sendiri…!!" protes Hitsugaya dengan muka merah. Ichigo hanya tertawa.
"Elo ini… Ternyata emang masih kayak anak kecil! Makan pake belepotan segala…" komen Ichigo.
Hitsugaya cemberut lalu tersenyum. "Ah, sudahlah… Ngomong-ngomong sebentar lagi Kurosaki ulang tahun, kan? Kurosaki mau hadiah apa?"
Ichigo berpikir. "Hmm, nggak kasih hadiah nggak apa-apa, kok! Asal elo mau datang di hari itu."
"Tentu aja aku bakal datang!" cetus Hitsugaya.
"Wuah, janji, nih?" tanya Ichigo.
"JANJI!!"
Pada hari ulang tahun Ichigo…
"EEEH?!! NGGAK BISA?!!!" jerit Ichigo.
"Maaf ya, Kurosaki… Aku nggak bisa datang… Keadaan Seireitei sedang kacau karena akan menghadapi Winter War dengan Aizen… Jadi para shinigami khususnya kapten, tidak di ijinkan keluar kecuali ada perintah," terang Hitsugaya melalui telepon.
"Kenapa?!" tanya Ichigo kesal. Ingin rasanya dia membanting telepon yang sedang dia pegang.
"Ini perintah dari Soutaichou… Kalau melawan, bisa di eksekusi…"
"Bagus ya… JADI ELO MEMILIH SEIREITEI KETIMBANG GUE?!!"
Hitsugaya mulai gugup. "Bu-bukan begitu… Tentu aku tetap mementingkan Kurosaki… Tapi-"
"Tapi pada intinya kau tetap memilih Seireitei dan pekerjaan bodohmu itu kan?!!" gertak Ichigo. Dia benar-benar marah.
"I-ini lain, Kurosaki… Kalau aku memaksa ke sana-"
"Hah! Elo pikir gue tiap masuk ke Seireitei juga selalu aman? Asal elo tahu ya, tiap gue ke Seireitei buat ngunjungin elo, gue kadang masih harus menghadapi berbagai macam shinigami! Taruhannya juga nyawa!"
"…………" Hitsugaya tertunduk bingung. "A-aku juga tahu hal itu…"
"Ah, sudahlah! Gue bosen sama pembicaraan kayak begini! Kalau nggak bisa datang ya sudah!" Ichigo langsung menutup telepon.
Hitsugaya terduduk lemas di kantornya. Apa yang harus ku lakukan? Aku ingin mengunjungi Kurosaki dan menyerahkan hadiah yang sudah ku siapkan… Tapi…
Matsumoto menghampiri kaptennya dengan raut wajah yang cemas. "Bagaimana, taichou?"
"Kurosaki marah… Mungkin lebih baik aku ke sana. Ukitake pasti mau di ajak bekerja sama untuk membukakan Senkaimon secara diam-diam…" kata Hitsugaya sambil merapikan pakaiannya.
"Tapi, taichou-"
"Aku sudah tahu dan siap dengan hukuman itu. Aku siap melakukan apa saja untuk Kurosaki. Toh, dia juga selalu melakukan apa saja untuk bisa sampai di sini," ucap Hitsugaya sambil tersenyum lemah.
Matsumoto tersenyum. "Anda benar, taichou… Akan ku usahakan kepergian anda tidak ketahuan! Kalau pun ketahuan, aku akan berusaha untuk memberikan alasan yang bagus kepada Soutaichou!"
"Iya, serahkan saja pada kami! Begini-begini gue jago, lho, bikin alasan~!!" teriak Yohachi Rokukyuu, kursi ke-3 divisi 10.
"Ah, Yohachi, mah, dari dulu emang jago bikin alasan…" komentar Shimeda Zutto, kursi ke-4 divisi 10. "Tapi, ganbatte ya, taichou!"
"Terima kasih, Matsumoto, Yohachi, dan Shimeda. Kuserahkan sisanya pada kalian ya." Dengan itu Hitsugaya pergi menemui Ukitake.
"Ada apa, Ichigo?" tanya Rukia. "Ini kan hari ulang tahunmu, kenapa muram begitu?"
Ichigo menghela nafas. "Toshiro nggak bisa datang! Katanya sibuk!" cetusnya dengan nada ketus dan kesal. "Huh, memang tidak enak mempunyai pacar seorang kapten!"
Kepala Rukia tertunduk.
Ichigo menatap Rukia. "Kau memang yang terbaik, Rukia…"
"Apa maksudmu, Ichigo?"
"Sebenarnya, aku mencintaimu sejak pertama kali bertemu, Rukia… Tapi aku… tak punya keberanian untuk menyampaikannya…" terang Ichigo sambil menggenggam tangan Rukia.
Rukia menatap Ichigo. "Ichigo… sebenarnya… aku juga…"
Ichigo tersenyum. "Hmph, tak kusangka ternyata perasaan kita sama…"
"Tapi, mengapa kau menyatakan cinta kepada Hitsugaya-taichou?"
"Karena… entahlah… tiba-tiba di hari saat aku akan menyatakan cinta padamu… aku… merasa nyaman dengan Toshiro… Sebelumnya aku selalu ke kantornya untuk meminta bantuan tentang cintaku padamu. Tapi tak kusangka aku malah akan menyukai anak itu," kata Ichigo. "Kupikir dia lumayan manis juga… Aku kasihan saja padanya."
"Hitsugaya-taichou memang patut dikasihani… Tak ada yang mau berteman dengannya saat di akademi dan Rukongai dulu…" bisik Rukia.
"Ya… Padahal dengan muka manisnya itu harusnya dia punya banyak teman," gumam Ichigo. "Aishiteru, Rukia."
"Ichigo…" Rukia dan Ichigo memejamkan matanya…
Dan…
"Aku memang patut dikasihani ya… Kurosaki…??"
Ichigo melotot melihat sesosok orang memakai mantel duduk di jendela kamarnya. "To- Toshiro?!! Sejak kapan kau di sana?!!"
"Sejak tadi… Selamat ulang tahun, Kurosaki… Kejutan yang sangat bagus…" kata Hitsugaya. Dia tersenyum pahit. "Mungkin aku harusnya segera kembali ke Seireitei dan tak kembali lagi ke Karakura untuk mengusik kalian. Ini kadomu…"
Hitsugaya meletakkan sebuah kado terbungkus kertas mengkilap berhiaskan butiran salju yang indah. Di sana juga terselipkan setangkai bunga putih yang… koyak…
"To-Toshiro…" Ichigo menerima kado itu dengan muka takut. "Elo…"
"Aku nggak marah, kok… Sejak awal aku tahu kalau Kurosaki menyukai Rukia-san. Akunya yang egois…" Hitsugaya menyungging senyum. "Aku malah mencoba menarik perhatian Kurosaki… Aku malah menghalangi kalian berdua untuk bersatu. Aku-" Hitsugaya mulai terisak. "Aku memang dilahirkan untuk tidak dicintai dan mencintai…"
"Hi-Hitsugaya-taichou… aku tak bermaksud…" Rukia menyentuh pundak Hitsugaya. Tapi, Hitsugaya menggeleng.
"Sudah ya, Kurosaki… Ku do'akan kalian bahagia," Hitsugaya tersenyum di antara buliran air mata di pipinya. "Aku janji untuk tak akan mengganggu lagi…"
"Tu-tunggu, Toshiro!!"
Tapi kapten kecil itu telah pergi.
Ichigo tampak sedang berjalan-jalan malam. Dia agak menyesal dengan apa yang dia perbuat tadi. Gue udah nyakitin Toshiro sampai begitu… Kenapa gue jadi kejam banget, sih? Padahal dia udah susah payah datang ke sini buat gue. Eh, guenya malah ngekhianati dia…
"Ichigo!!!"
Seseorang memanggil nama Ichigo. Ichigo menoleh dan mendapati kalau orang yang memanggilnya adalah Yohachi.
"Yohachi? Bukannya sekarang ini para shinigami nggak boleh keluyuran tanpa ijin?" tanya Ichigo.
"Yang nggak boleh keluyuran sembarangan tu para kapten dan wakilnya! Kursi ke-3 juga, sih… Tapi 'kan gue emang masih hidup seperti elo dan tinggal di sini. Jadi, punya ijin khusus!" jawab Yohachi yang sedang dalam wujud shinigami-nya.
"Oh iya, gue lupa kalo elo juga masih hidup di dunia ini kayak gue!" Ichigo menggaruk-garukkan kepalanya. "Ngomong-ngomong, kok, elo berwujud shinigami begitu?"
"Lagi patroli! Mumpung di rumah nganggur."
"Eh, bukannya elo ini mangaka dan novelis? Masa nggak ada kerjaan?!"
"Seluruh naskah gue udah selesai dan di kirim! Jadi gue lagi nganggur sekarang!" terang Yohachi. "Oya, taichou mana?"
Muka Ichigo menjadi muram. "Nggak tahu…"
Yohachi mengangkat alisnya. "Lho, bukannya taichou nginep di rumah elo?"
"Hah? Nggak, tuh! Dia langsung pulang."
"Eh… tapi taichou tadi telpon gue, tuh! Katanya dia mau nginep di rumah elo!" Yohachi panik. "Taichou beneran nggak nginep?!"
"Nggak! Sumpah, deh!!"
"Yakin loe?!!!"
"Yakin!!"
"Yakin 100%?!!!"
"IYA!!!"
"ELO NGGAK BOHONG 'KAN?!!"
"KAGAK!!!"
"SUMPEH LU?!!"
"SUER DI SAMBER HALILINTAR, DEH!!!"
"LHA, TRUS TAICHOU DIMANA, DONK?!!!"
"Meneketehe!!"
"Bantuin nyari, donk!! Kan elo pacarnya! Elo harus bertanggung jawab atas keselamatannya!" Yohachi menarik lengan Ichigo.
Ichigo melepaskan lengannya yang di tarik Yohachi. "C-cari saja dia sendiri!"
Yohachi terbelalak. "Eh?" Nggak biasanya Ichigo begini… Biasanya kalo dia tahu taichou hilang, dia langsung heboh, tuh! Pasti ada apa-apa sama mereka!
"Sekarang gue dan dia nggak ada hubungan apa-apa!"
"Tapi, setidaknya taichou masih teman elo, kan? Ayolah…"
"Nggak! Siapa juga yang mau mencari kapten keras kepala itu!"
"Ini kayak bukan elo aja, deh, Ichigo…" Yohachi menghela nafas. "Kalo elo nggak punya hubungan apa-apa sama taichou dan membencinya… Kenapa elo masih membawa hadiah dari taichou?"
Ichigo terbelalak.
"Eh?"
"Itu yang ada di saku celana elo! Itu kalung yang bisa di isikan foto pemberian taichou, kan?" Yohachi menunjuk ke arah benda yang dia maksud.
"Tau dari mana elo kalo ini dari Toshiro?!! Sok tau aja loe!"
Yohachi melipat ke dua tangannya di depan dada. Muka serius. "Bagaimana gue bisa lupa? Gue yang menemani taichou untuk membeli kalung itu! Dia bilang, dia ingin membalas hadiah liontin yang elo berikan pas ultahnya dulu."
"MEMANGNYA KENAPA KALO GUE BAWA?! HAH?!!!" bentak Ichigo sambil melemparkan kalung itu ke tanah tepat di hadapan Yohachi.
Yohachi tak bergeming. Mukanya serius dan tak berekspresi. "Hoo… Bagus sekali ya… melemparkan barang yang sudah di berikan seseorang dengan penuh rasa cinta… Benar-benar bagus…" tatapan Yohachi terlihat mengintimidasi. Yohachi memang selalu begitu kalau sedang berdebat dengan seseorang. Seluruh sifat cerianya hilang dan dia menjadi terlihat seperti Byakuya.
Seperti zanpakutou-nya yang wujudnya naga berkepala dua dan berbeda sifat. Yohachi juga punya 2 kepribadian, menjadi anak yang ceria atau menjadi anak berhati beku seperti setan.
"Memangnya siapa yang butuh kalung menjijikkan itu?!! Ini, kembalikan barang sampah ini kepada anak keras kepala itu!! Gue nggak butuh!" teriak Ichigo. Cowok berambut orange itu berbalik dan pergi.
Yohachi memungut kalung tersebut. "Taichou… Kau dimana…??"
Hitsugaya tampak termenung di atas sebuah gedung yang tinggi. Matanya terfokus pada bulan purnama yang indah itu. Sekali-kali dia mengalihkan pandangannya ke jalanan yang ramai.
"…sekarang Kurosaki pasti benar-benar benci padaku…" Hitsugaya menggosok-gosokkan ke dua telapak tangannya untuk mendapatkan sedikit ke hangatan. Badannya menggigil. "Andai aku tadi tidak ke sini atau lebih cepat datang ke sini… Pasti tidak begini… Aku pasti masih bisa bersama mereka semua dan tidak kedinginan begini…"
Srek!
Terdengar suara dari belakang Hitsugaya. Hitsugaya menoleh ke belakang. "Siapa?"
Srek! Srek!!
"Yohachi ya?" tebak Hitsugaya. Kalo nggak salah, rumah Yohachi ada di dekat sini. Dia pasti sedang mencariku, kan? Soalnya 'kan hanya dia yang punya ijin khusus untuk bebas keluar-masuk dari Seireitei dan dunia ini. E-eeh!! Tu-tunggu… reiatsu ini…!!!
"Ah, malam yang indah ya, Hitsugaya-han~!!"
"I-Ichimaru!" Hitsugaya langsung menyiapkan tangannya di pegangan Hyourinmaru. Bersiap untuk menyerang penghianat berwajah serigala itu. "Mau apa kau?!!"
"Tenang~!! Aku ke sini tidak untuk bertarung, kok!" kata Gin dengan seringaian khasnya.
Hitsugaya tetap melepaskan Hyourinmaru dari sarungnya. "Kalau kau tidak berniat bertarung, mengapa jari telunjukmu sempat menyentuh pegangan zanpakutou-mu?"
"Ah, Hitsugaya-han memang selalu punya analisis yang bagus…" puji Gin. "Tapi aku tak yakin kau bisa mengetahui ini."
Sekelebat reiatsu terasa di belakang Hitsugaya. Reiatsu seorang arrancar!!
Hitsugaya segera berbalik untuk menghalau serangan arrancar itu. Tapi sayang bilah pedang arrancar itu sudah tinggal 10 cm dari Hitsugaya. Hitsugaya menggeram. Sial! Terlambat!!
TRAAAAAAANG~!!
Terdengar suara pedang saling beradu satu sama lain.
"Taichou! Maaf terlambat!!" kata orang yang menghalau zanpakutou milik arrancar itu dengan zanpakutou-nya.
"Siapa kau?" tanya arrancar itu. Mukanya kesal.
Gin mengerutkan alisnya. "Kau kan…"
"Yo-Yohachi?!" Hitsugaya terbelalak.
"Kursi ke-3 divisi 10! Yohachi Rokukyuu!" Yohachi tersenyum.
"Lho? Bukannya kursi ke-3 divisi 10 masih kosong?" arrancar itu bingung.
"Jabatan itu terisi sesaat sebelum aku ke Hueco Mundo. Sepertinya Aizen-sama tidak menceritakannya karena dia tidak begitu menarik, hanya ahli obat saja," kata Gin.
"Oh ya… Aku memang hanya ahli obat, apa ada yang salah dengan itu?" tanya Yohachi.
"Kemampuan tak berguna untuk pertempuran," komen arrancar itu.
"Taichou! Biar gue urus Espada ini! Taichou lawan Gin saja!" teriak Yohachi yang emang kayak kaptennya. Sama-sama punya tempramen buruk.
"Jangan teriak-teriak di kuping! Jarak gue 'kan nggak ada 1 meter dari elo!!" kata Hitsugaya.
"Eh, gomen~!!"
Hitsugaya mengeluarkan zanpakutou-nya. "Soten ni zase, Hyourinmaru!"
Seekor naga es keluar dan melesat ke arah Gin.
"Ikorose, Shinsou!" Gin dengan mudah melawannya.
"Lawan gravitasi, Nikazemaru!"
Angin kencang menerpa arrancar itu.
Dengan mudah dia menghindar. "Hah! Apa itu tadi? Hanya hembusan angin! Nggak cukup buat ngelukai tubuh macho gue ini!"
"HEYAAAAAAAAAH~!!!!" ternyata Yohachi sudah ber-shunpo ke atas arrancar dan menyerangnya. Nikazemaru dengan sukses membelah arrancar itu jadi dua.
"Hmm, strategi yang bagus. Kalo kekuatan nggak bisa, otak yang main!" kata Gin. "Ah, tapi itu tak bisa terjadi dengan mudah, lho!"
Yohachi melotot melihat arrancar itu bangkit dan kini menjadi 2 orang. "Kemampuan membelah diri?!" Yohachi berusaha menahan mereka untuk menyerang Hitsugaya.
Tapi, salah seorang bagian arrancar itu berhasil lolos dan melesat ke arah Hitsugaya dengan sonido. Dia membawa sesuatu di tangannya. Sesuatu seperti kelereng berwarna biru.
"TAICHOU!!!"
Sebelum sempat menghindar, Hitsugaya sudah di tahan oleh Gin.
Hitsugaya hanya bisa meronta-ronta.
Kurosaki… Tolong…
5 menit kemudian pandangannya gelap.
"Taichou?"
Hitsugaya mengerjap-ngerjapkan matanya. Di sampingnya sudah ada Matsumoto dengan raut muka khawatir.
"Ma…tsumoto…??"
"Syukurlah!! Taichou nggak apa-apa? Aku kaget sekali pas tahu-tahu Yohachi menggedor-gedor pintu kamarku tengah malam sambil menggendong taichou yang pingsan!" kata Matsumoto.
"Ini dimana…??" tanya Hitsugaya.
"Di ruang perawatan divisi 4!"
"Hmm, lalu Yohachi sekarang dimana?" Hitsugaya segera bangkit.
"Oh, dia lagi keluyuran kayak biasanya! Seluruh kertas tugasnya udah kelar, sih!" terang Matsumoto.
"Lha, elo sendiri, kok, malah nggak ngerjain tugas? Yohachi yang orangnya kayak begitu aja tetep mau ngerjain tugas!"
"Ehehehe, setiap orang punya jalannya masing-masing, taichou~!!" kata Matsumoto.
BRAAAK~!!
Pintu kamar terkuak, 2 orang dengan tergesa-gesa masuk. Yang satunya bertubuh kecil dan langsung menyerobot ke samping taichou-nya.
"TAICHOU NGGAK APA-APA?!! LUKA, NGGAK?!!! KALO LUKA, SAKIT, NGGAK?!! NGGAK PARAH 'KAN?!!! AKU KHAWATIR BANGET!! TIBA-TIBA YOHACHI BILANG KALO TAICHOU DI SERANG ARRANCAR TERUS-"
"Ehem… Shimeda… Ini rumah sakit…" kata Hitsugaya pada bawahannya yang selalu overacting alias lebay itu, Shimeda Zutto.
"Oh, eh? Summimasen!" Zutto malu sendiri.
"Bagaimana keadaan, Hitsugaya-taichou?" tanya kursi ke-7 divisi 10, Takezoe.
"Hmm, aku tidak apa-apa, kok! Terima kasih sudah mengkhawatirkanku," jawab Hitsugaya.
"Sama-sama. Taichou boleh istirahat hari ini, saya siap menggantikan anda! Permisi." Takezoe memohon diri. Begitu Takezoe menghilang di balik pintu, Zutto langsung buka mulut.
"Oya!! Gimana kencan taichou dengan Ichigo kemarin?" tanya Zutto innocent. Dia emang belum tahu soal putusnya Ichigo dan Hitsugaya.
"Wah!! Pasti hot!! Ada grepe-grepe-nya, nggak??" imbuh Matsumoto dengan muka mesum.
"M-Matsumoto-fukutaichou!!! Nggak mungkin Ichigo begitu!" kata Zutto dengan muka merah. Memang, di antara semuanya, Zutto yang paling polos. Lihat orang telanjang dikit aja langsung pingsan! Bahkan saat dia pertama kali masuk di divisi 10, dia nyaris tewas karena nosebleed ngelihat Matsumoto yang selalu berpakaian 'terbuka' itu.
Hitsugaya tertunduk. "Itu…"
"Zutto, Rangiku-san…" Yohachi tiba-tiba muncul di belakang Zutto dan menepuk punggungnya. Zutto terlonjak kaget. Matsumoto masang tampang innocent sedang Hitsugaya makin tertunduk.
"Eh, ada apa, Yohachi-chan?" tanya Matsumoto.
"Mmm, bisa keluar sebentar?" pinta Yohachi.
"Hah? Mau apa?" tanya Zutto. "Kalo macem-macem sama taichou bisa di hajar Ichigo, lho!!"
"Udah! Pokoknya keluar!! Keluar!!!" teriak Yohachi sambil nodongin pistol yang selalu dia bawa kemana-mana. Zutto dan Matsumoto buru-buru kabur untuk menyelamatkan diri.
"Yohachi, kau tak perlu begitu…" kata Hitsugaya.
"Aku hanya ingin, lagi pula Ichigo yang salah!" geram Yohachi. "Dia nggak bisa, donk, ngelakuin kayak begini ke taichou!! Walaupun bukan kekasih lagi, dia nggak perlu sampai mencampakan taichou seperti sampah!! Yaah, setidaknya dia 'kan masih bisa berteman dengan taichou! Tapi dia malah acuh tak acuh dan-"
"STOP, YOHACHI!! STOP!!!" teriak Hitsugaya sambil menutup telinganya. "Aku nggak mau dengar tentang dia lagi! Kau salah sangka… Aku yang salah!"
"Taichou yang salah…??"
Hitsugaya mengangguk. Dengan berurai air mata, Hitsugaya menceritakan kisahnya. "Aku tahu kalau Kurosaki menyukai Kuchiki dari dulu… Makanya saat dia tahu aku dan Kuchiki kadang bisa cukup akrab karena sama-sama punya zanpakutou es, dia mendatangiku untuk minta info-info penting soal Kuchiki…"
-Flashback-
Suasana kantor divisi 10 tampak lengang. Di dalam kantor hanya ada Hitsugaya yang sibuk dengan pekerjaannya, Yohachi yang asyik menyelesaikan manga-nya sambil mendengarkan MP3 lewat headset, dan Zutto yang lagi minum susu favoritnya.
Pintu kantor itu tiba-tiba terbuka dan memunculkan sosok berambut duren orange.
"TOSHIRO!!!" seru sosok itu dengan penuh semangat.
"HITSUGAYA-TAICHOU!!" balas Hitsugaya dengan nggak kalah semangat. Zutto nyaris menyemburkan susu yang dia minum karena kaget. Yohachi melepas headset-nya.
"To-Toshiro… Mmm, boleh bicara sebentar? Kalo bisa, sih, empat mata aja…" kata Ichigo sambil melirik Yohachi dan Zutto yang pasang tampang innocent.
"Ok, ok!! Kebetulan gue juga mau pergi ke gensei! Gue mau ke Comic Market," kata Yohachi. "Oh ya, mungkin ntar gue juga mau ngeborong doujinshi di sana. Dah, taichou!!" Lalu Yohachi langsung berlari keluar kantor dengan riang gembira.
"Uh, mmm, kalo aku mungkin mau keluar… Mau beli bahan buat bikin kue! Dah, taichou!" Zutto ikutan kabur bareng Yohachi. Tak lupa dia menutup pintunya. Kini di kantor hanya ada Hitsugaya dan Ichigo.
"Baiklah, mau bicara apa, Kurosaki?" tanya Hitsugaya sambil meletakkan kuasnya. "Aku masih punya banyak pekerjaan."
Ichigo tampak gugup. "Mmm, begini… Kabarnya elo deket ya sama Rukia?"
Hitsugaya mengangkat alisnya. "Kuchiki? Yah, lumayan, sih… Kadang kami mengobrol soal zanpakutou kami yang sama-sama es," kata Hitsugaya yang lalu menyeruput teh hijaunya. "Memang kenapa?"
"Bagus!!!" seru Ichigo. "Eh… Uuuh, maksudku, mmm, yah… Ehem!!" Ichigo berdehem keras untuk mengembalikan wibawanya. "Uh, Toshiro… Boleh nanya sesuatu soal Rukia?"
"Hitsugaya-taichou! Ya, boleh… Tapi, kalau hal yang aneh-aneh menyangkut masalah pribadinya, tidak akan ku beritahu," kata Hitsugaya. "Aku sudah berjanji padanya."
"Oh, tidak… Bukan hal serius, kok!" ucap Ichigo.
"Kalau begitu, cepatlah," kata Hitsugaya.
"Oh ya, kalau begitu…"
Lalu pembicaraan pun mengalir…
-End of Flashback-
"Sejak itu aku dan Kurosaki makin akrab," kata Hitsugaya. "Aku sudah dari dulu menyukai Kurosaki… Bukan, mungkin lebih tepatnya aku mengidolakan dia… Aku kagum dengan semangatnya untuk melindungi teman-temannya."
Yohachi manggut-manggut. "Jadi, intinya taichou hanya mengidolakan?"
"Entahlah," jawab Hitsugaya sambil tertunduk. "Yang jelas, asal Kurosaki bahagia, aku akan bahagia. Aku senang melihat Kurosaki bahagia. Aku akan melakukan apa saja agar dia terus bahagia."
Yohachi kehilangan kata-kata. "Umm, taichou ikhlas, kan?"
"Tentu saja."
"Hmm, kalau begitu gue akan terus mendukung taichou! Taichou hebat banget, bisa merelakan begitu saja. Kalau gue, sih, mungkin udah tinggal nama tu orang!"
"Di bilang rela juga sulit, tapi kalau dia memang lebih merasa bahagia dengan Rukia, ya sudah. Aku 'kan hanya ingin melihat Kurosaki bahagia."
Yohachi tersenyum. "Taichou berhati besar ya."
"Hah? Apa?"
"Ah, nggak! Oya, malam ini gue tidur sama taichou ya!! Kan sekarang malem minggu," celetuk Yohachi. "Gue bahkan udah bawa perlengkapan nginep!" Yohachi menunjukkan perlengkapannya.
"H-HAH?!!!"
Kamar Hitsugaya
Hitsugaya tampak sedang berbaring di futon-nya. Yohachi berada di futon di sebelahnya. Asyik membaca manga shounen dan memakan mie seduh favoritnya. Suasana hening.
"Yohachi," panggil Hitsugaya memecahkan keheningan.
"Hwaikh, haihou?" (baca : hai, taichou?) jawab Yohachi dengan mulut masih penuh mie.
Hitsugaya sweatdrop. "Jangan bicara sambil makan! Aku penasaran dengan efek obat yang di berikan Ichimaru kemarin!"
"Hmm." Yohachi menelan kunyahan mie di mulutnya. "Ya nggak tau… Harus nunggu efeknya muncul atau melihatnya di laboratorium-ku besok."
"Oh, ya sudah…"
Hitsugaya menarik selimutnya sampai sebatas leher.
"Taichou," panggil Yohachi.
"Hmm?"
"…oyasumi."
"Oyasumi, Yohachi."
Hitsugaya pun tertidur. Tak lama kemudian, Yohachi menyusul tidur. Tapi, saat tepat tengah malam, sebuah suara membangunkan Yohachi.
Srek! Srek!!
Hmm? batin Yohachi. Siapa, sih, yang malam-malam berisik? Di kediaman kapten apalagi! Ah, paling-paling juga taichou bangun buat ambil minum…
Srek! Sring…
Ah!! Apalagi, sih? Berisik banget!! runtuk Yohachi dalam hati lagi. Eh, sebentar kalau tidak salah… Itu tadi suara orang menghunus pedang, kan?!! M-masa…??
SYAAAAAAAAAT~!!!
"NIKAZEMARU!!"
TRANG!!
Dua pedang saling beradu. Untung saja Nikazemaru adalah zanpakutou yang selalu berbaur dengan angin dan mengikuti pemiliknya (makanya Yohachi selalu terlihat tidak membawa zanpakutou kemana pun.) Sehingga bisa langsung keluar begitu di butuhkan. Ruangan saat itu cukup gelap. Yohachi tidak bisa melihat siapa yang menyerangnya itu.
"Siapa kau?! Apa maumu?!!" tanya Yohachi. Dia melirik futon Hitsugaya. "Taichou!! Bangun, taichou!!"
Tidak ada reaksi dari Hitsugaya. Yohachi hanya bisa mengumpat dalam hati. Uh, sial! Taichou pasti lagi kecapekan dan tidur pulas! Dia 'kan nyaris 2 hari tidak istirahat kemarin! Ah, tapi tak apalah, aku pasti bisa menghabisi orang ini sendirian. Sekarang saatnya aku ganti melindungi taichou!
"Hei, jawab aku!" teriak Yohachi pada sosok itu lagi.
"………"
Sosok itu tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Hei, brengsek! Elo tuli ya?! Siapa lu?!!" Yohachi mengulang pertanyaannya.
"………"
Sosok itu tetap tidak menjawab.
Hingga…
CTAAAAAAAAAAAR~!!!
Sebuah kilat menyambar. Membuat ruangan gelap itu terang sejenak. Sehingga Yohachi dapat melihat wajah asli orang yang masih beradu pedang dengannya itu. Yohachi terbelalak.
"T-taichou…??"
"Believe that love can't be bought; except by love too."
= Percayalah bahwa cinta tidak dapat dibeli; kecuali dengan cinta =
= TO BE CONTINUE =
4869fans-nikazemaru : "Oke, gue emang gila. Bukannya update fanfic, malah post fanfic baru. Gimana lagi, sudah dari dulu ni fanfic ada di folder 'Ready to Post' gue! Dari 2 minggu lalu, tapi nggak gue post gara-gara gue nunggu biar sekalian yang lainnya selesai. Eh, tapi, kok, gue ngerasa chapter ini pendek ya?"
Hitsugaya : "Elo merasa chapter ini pendek karena elo terbiasa bikin fanfic super panjang, dodol!!"
4869fans-nikazemaru : "Hah? Oh, gitu ya?"
Hi-chan : "Dasar~!! Mas pemalas, sih!"
4869fans-nikazemaru : "Bukannya pemalas! Ide gue mampet!! Tapi, tenang… 'Ghost Hunter' udah dapet separo jalan. Animal or Human, Crazy Medicine, Super Anime Competition juga begitu… Pokoknya sabar aja."
Yohachi : "Yaha!! Gue mau ngewakili 4869fans-nikazemaru buat ngumumin sesuatu! Author sekarang 'kan udah kelas 9, jadi nggak bisa santai-santai. Apalagi UNAS-nya dimajuin, bo!! Jadi akhir Maret!! Makanya, kami mengharapkan kemakluman readers… Author nggak bisa update teratur lagi."
4869fans-nikazemaru : "Betul, betul, betul!!" (ala Upin dan Ipin) "Akhir-akhir ini gue udah susah buat ngedeketin laptop. Dan sialnya, tiap gue lagi mood banget ngetik, malah pas saat itulah ibu gue datang trus ngomel begini. 'Bukannya belajar buat ujian, malah main laptop! Harusnya kamu tu nyadar, kamu tu dah kelas 9! Bla, bla, bla…' Nah, malah pas gue nggak mood ngetik a.k.a ide pas mampet, gue malah pas boleh!! Sial!!"
Hi-chan : "Oleeeee~!! Akhirnya gue yang nguasain laptop!"
4869fans-nikazemaru : "Pokoknya mulai sekarang gue bakal jarang update. Nggak, bukan vakum, kok! Karena gue mungkin masih bakal sekali-sekali update (kalo sempet). Yah, walau gue yakin bakal… lama banget…" (sigh) "Oya, do'ain gue biar bisa lulus ujian ya!!" (lambai-lambai tangan)
Hi-chan + Yohachi : "Akhir kata… PLEASE REVIEW!!!"
