Dead Leaves

Kim Taehyung x Jung Hoseok

Min Yoongi

Jeon Jungkook ( Jung Jungkook)

Park Jimin

With Other Cast

BxB! Pshycology, drama

'Hosikki'

Chapter 1 : Nothing Like Us

Menjadi psikiater sesungguhnya bukan pekerjaan yang cocok untuk seorang Jung Hoseok. Tak pernah terbesit sedikitpun dipikirannya tentang interaksi sosial. Lelaki yang dikenal dingin dan pendiam itu sama sekali tidak menyadari bahwa ia berada dalam keadaan pada titik terlemah dirinya.

Tugas yang ia jalani sebenarnya sederhana, yaitu bertemu dengan pasien pasiennya dengan berbagai keluhan yang mereka adukan pada dirinya lalu memberikan solusi dan jalan keluar untuk pasiennya. Sangat mudah, sangat mudah jika hanya untuk mengeluarkan kalimat kalimat yang telah berhasil lolos dari negosiasi otaknya. Itu sudah terbilang cukup, cukup untuk membuat seorang seperti dirinya menyesali keadaan dirinya sendiri.

Benar, ia dengan mudah dapat menemukan jalan keluar untuk masalah yang diadukan para pasien kepadanya, lalu dimana kesalahannya ? Kesalahannya adalah dia tidak bisa mempercayai dirinya sendiri yang dampaknya membuat dirinya tidak dapat melaksanakan apa yang otaknya perintahkan. Singkatnya, dia sangat benci dengan orang asing.

Itulah yang terjadi.

Dan mungkin, pilihan kali ini tidak terlalu buruk untuk sekedar pergi keluar untuk mencari udara segar yang dapat menyejukkan pikiran di taman yang sering ia kunjungi semasa kecilnya. Hening dan menyejukkan, setidaknya itulah yang Hoseok inginkan.

Tidak butuh waktu lama untuk Hoseok mendudukkan dirinya disalah satu dari dua ayunan besi yang ada. Matanya terpejam, hatinya mulai bergetar dan ia menghembuskan nafas beratnya secara perlahan. Tidak ada siapa siapa disana, hanya sinar rembulan dan benda dingin yang menjadi penyangga tubuhnya yang menemaninya malam ini.

Dan kala itu pun, Hoseok ingin memutar waktu kembali kemasa lalu dan memperbaiki semua kesalahan yang membuatnya menjadi seorang yang takut dengan keramaian, takut dengan orang asing dan takut merasakan sakit. Ya, Hoseok sangat ingin kembali kemasa lalunya dan memperbaiki semua.

Jika saja ia bisa melakukannya.

Lagi lagi Hoseok menghembuskan nafas beratnya, setidaknya itu dapat menggeser sedikit rasa letihnya mengenai semua hal yang secara langsung menghujam hatinya ketika ia mengingatnya. Ia tidak mau saraf saraf otaknya mengalami psywar dan merusak kinerjanya. Ya, itu sangat mustahil, namun patut untuk dikhawatirkan. Setidaknya ia masih memiliki masa depan yang panjang seperti orang orang pada umumnya.

Bagaimana bisa ia mengatakan ia seorang psikiater, jika ia sama sekali tidak memiliki jiwa sosial –atau mungkin lebih parah dari itu, setidaknya itu adalah satu dari sekian banyak pertanyaan yang terus menumpuk dan memenuhi benaknya.

Entah pada siapa Hoseok akan mengadu, mengadu mengenai letih yang dirasakan seluruh organ tubuhnya. Lelaki itu cukup bersabar selama ini, dan selanjutnya mari kita lihat.

Seperti biasa, setelah pagi menjelang Jung Hoseok mengikuti langkah kecil yang membawanya menuju sebuah gedung tempat ia berkerja belum lama ini. Yang Hoseok harapkan adalah semua berjalan lancar.

Tetapi, sepertinya tidak untuk hari ini, dan mungkin hari hari selanjutnya.

"Hoseok-a, pasien di bangsal 20B kuserahkan padamu, Oke, sebaiknya kau periksa dulu dia" dan kemudian lelaki ber-nametag Min Yoongi itu keluar setelah menyerahkan beberapa lembar kertas padanya.

Hoseok membaca serentetan kalimat yang terdapat pada kertas yang dapat ia jangkau tanpa mengubah posisinya lalu beranjak dari tempat duduknya.

Ia berjalan hingga berada di depan sebuah ruangan yang terletak tidak jauh dari ruangannya dan mulai membuka pintunya. Ingat, Ia harus menekan kuat kuat perasaan takutnya, atau ilmu yang ia dapat selama ini tidak akan pernah berguna bagi orang lain. Namun, itu tidak semudah memainkan monopoli sewaktu dirinya kecil dulu. Ruangan itu sangat hening layaknya tak berpenghuni.

Sayangnya, itu tidak selancar apa yang Hoseok bayangkan.

Beberapa detik setelahnya, suara keras seakan menghujam gendang telinganya dan saat itu juga telinganya terasa berdenging keras. Jangan sebut ia Jung Hoseok jika ia bereaksi berlebihan terhadap teriakan seperti itu. Setidaknya sensor refleknya masih berfungsi untuk sekedar memejamkan mata dan memalingkan wajah untuk menghindari suara keras itu, walaupun sebenarnya tidak berpengaruh sama sekali terhadap gendang telinganya.

Dan, sepertinya mulai saat ini Hoseok akan lebih sibuk dari yang dulu.

-Dead Leaves-

"Bagaimana dengan pasien baru itu ?"

Kali ini tidak ada jawaban dari pertanyaan yang Yoongi lontarkan, tetapi setidaknya ia dapat menangkap sinyal sinyal mengerikan dari Hoseok, yang Yoongi artikan sebagai 'hari ini buruk hyung dan jangan tanyakan apapun, kumohon' dari Hoseok.

"Ya, seperti inilah pekerjaan kita, Hoseok-a. Setidaknya semasa hidup, kita sudah melakukan sebagian kecil kebaikan" Ujar Yoongi.

"Lelucon yang bagus, hyung" kali ini Hoseok menyangga dagunya dengan satu tangannya lalu satu tangan yang terbebas memijat pelipisnya yang tiba tiba terasa pening.

"tidak sama sekali"

Dan kemudian Yoongi menghilang dibalik pintu ruangannya.

Hoseok menatap sebuah foto dihadapannya, terdapat seorang wanita paruh baya dan dua orang anak yang tersenyum manis difoto itu, lebih tepatnya menatap dengan tatapan kosong.

Ya, kosong dan hampa. Seakan jiwanya tengah berpergian dari raganya entah kemana.

Memang benar seorang Jung Hoseok adalah seorang lelaki yang dingin dan pendiam, bahkan ia hanya menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh orang sekitarnya dengan dua kata paten, 'Ya' atau 'Tidak'. Namun dibalik itu semua, jauh didalam diri Hoseok yang dingin dan pendiam terdapat sebuah kerapuhan. Hatinya, hatinya bahkan sangat rapuh jika dibandingkan dengan sebuah kertas papyrus yang sangat rapuh apabila terkena larutan asam.

Kehangatan hatinya telah tertimbun dengan bongkahan bongkahan dingin rasa takut yang membuatnya menjadi Jung Hoseok yang sekarang.

-Dead Leaves-

Hoseok terjaga sepanjang malam didalam ruang kerjanya. Ia sebenarnya sangat ingin pulang kerumahnya dan mengistirahatkan tubuhnya yang letih, namun ia tidak bisa melakukannya.

Alasan sederhananya adalah, Ia masih memiliki tanggung jawab penuh atas pekerjaannya hari ini.

Uap menyembul dari sebuah gelas plastik berisi kopi yang barusaja di berikan oleh Yoongi padanya sebelum temannya itu pulang kekediaman hangatnya. Ia mengerang kecil, mencoba mengalihkan memori pikirannya dengan alasan ringan kenapa ia bisa menjalani profesi ini.

Tapi tidak sesederhana itu, selama ini ia merasa dipecundangi oleh kehidupannya sendiri.

Catat ! Di-pe-cu-ndang-i ! Selesai.

-Dead Leaves-

Kelabu agaknya masih enggan untuk menyingkir dari teritori matahari yang biasanya bertugas untuk menyebarkan sinar hangatnya diseluruh bumi. Dan juga, jam dindingpun agaknya tidak sungkan untuk mengeluarkan bunyi tiktoktiktok dengan ritme yang lebih cepat dari biasanya –alarm murni.

Namun seseorang yang tengah meringkuk diatas sofa itu seakan tak terusik sama sekali. Atau memang pria itu tidak peduli ? Entahlah.

"Wake up, Hoseok-a"

Sebuah suara menginterupsi jam tidurnya –yang tidak bisa dikatakan nyaman sama sekali. Matanya mengerjap pelan, mecoba beradaptasi dengan cahaya yang menyapa indra penglihatannya.

"Bangun dan pulanglah, aku akan mengambil alih pekerjaanmu, kurasa kau butuh istirahat, hoseok-a, Hong Jiho akan aku urus untukmu"

Tak ada jawaban, sama seperti biasanya hanya anggukan kecil sebagai jawaban tanpa suara yang Yoongi peroleh dari Hoseok.

"Hati hati, sebaiknya kau menghubungi Taehyung untuk merawatmu, semalam Taehyung mengomel karena kau tidak mengangkat telepon darinya" Yoongi berteriak kecil walaupun ia tahu, ia tidak akan mendapat respon apapun dari sahabatnya itu.

Benar juga, kenapa Hoseok bisa melupakan eksistensi Kim Taehyung dari pikirannya ? Hoseok jadi merasa sedih sendiri.

Hoseok melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota Seoul yang pagi ini tampak ramai seperti biasa walaupun gerimis masih mendominasi. Sejenak lelaki itu teringat perkataan Yoongi yang samar samar didengarnya, dan mungkin saja pemuda itu sudah mengiriminya banyak pesan karena Hoseok tidak menghubunginya seharian penuh.

"Jangan lupakan hari ini hyung, pergi dan temui bibi setelah itu pergilah kegereja untuk mendo'a kan bibi, aku akan datang siang nanti hyung, aku sedang ada beberapa pasien yang harus kutangani"

Pesan singkat yang barusaja Hoseok terima berhasil membuatnya menghela nafas berat. Menyedihkan, ia merasa dirinya sangat menyedihkan karena melupakan hari ini, seharusnya dia pergi menemui ibunya karena hari ini adalah hari peringatan kematian wanita yang menjadi panutannya sampai sekarang.

Tidakkah sangat menyebalkan jika kehidupan berubah begitu saja dalam sekejap mata hanya karena satu kesalahan ? dan selanjutnya kehidupan itu dapat kalian beri embel embel sebagai bentuk diskriminasi kehidupan yang menimpanya hingga saat ini, setidaknya tidak semua orang membenci Hoseok.

From : TaehyungKim

Istirahatlah setelah pulang menemui bibi, kudengar dari Yoongi hyung, kau tidak tidur dengan baik ya hyung ?, hubungi aku jika kau sudah sampai rumah nanti, jangan lupa hyung.

Kim Taehyung, dia adalah satu satunya alasan Hoseok untuk tetap menjalani skenario diskriminasi ini. Sebenarnya ia sangat ingin marah, tetapi marah pada siapa ? pada Tuhan ? tidak, itu salah besar, Tuhan masih berbaik hati padanya dengan mengirimkan Taehyung disisinya, setidaknya itulah hal yang masih terpatri jelas diotaknya.

Send to : TaehyungKim

aku ingin menemui Ibu bersamamu, kau bisa kan Taehyung-a ? aku akan menjemputmu sekarang, dan setelah itu kita akan kegereja bersama-sama.

tulisnya pada sebuah benda persegi panjang yang sedari tadi menjadi pusat perhatian Hoseok. Setidaknya Ibu Hoseok akan senang jika ia datang mengunjunginya bersama pemuda itu, karena Ibu Hoseok sangat menyayanginya.

From : TaehyungKim

Baiklah hyung, kebetulan tugasku barusaja selesai. aku menunggu.

-Dead Leaves-

"Ibu, aku benar benar merindukanmu"

Hoseok bergumam, ia menunduk meletakkan sebuah bunga tulip putih diatas gundukan tanah yang sudah banyak ditumbuhi rumput liar. Tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa lelaki tidak boleh menangis, semua manusia memiliki kelenjar air mata dan mereka berhak mengeluarkan air mata kapanpun mereka mau termasuk Hoseok sekarang, ia memiliki hak untuk menyuarakan apa yang dirasakannya. Setetes air mata tidak dapat merubah atensinya mengenai bagaimana seseorang harus mengekspresikan apa yang ia rasakan.

"Bibi pasti sedang tersenyum sekarang hyung, Bibi pasti sangat bahagia memiliki seorang putra yang hebat sepertimu hyung" Taehyung bersuara. Pemuda itu menepuk pelan punggung tegap Hoseok, berusaha menyalurkan kekuatan yang ia miliki untuk menenangkan Hoseok, dan selalu seperti ini. Taehyung dan keluarganya bukanlah orang yang baru mengenal Hoseok, Taehyung dan Hoseok bahkan tumbuh bersama hingga mereka dewasa, dan itu membuat Hoseok mensyukuri kehidupan yang ia jalani, setidaknya tuhan masih menunjukkan rasa belas kasih terhadapnya.

"Bibi, lihatlah, Hoseok hyung menangis, aku akan memukulnya jika ia menangis lebih keras, tenang saja bibi, aku akan menjaga Hoseok hyung untukmu, memasak untuknya, membuatkan bekal untuknya, dan menjaganya agar ia tidak sering kelelahan, aku berjanji" Taehyung berucap seraya mengusap pelan foto seorang wanita paruh baya yang berhiaskan bingkai kayu klasik dihadapannya.

"Sebenarnya aku sangat ingin Ibu berdiri disampingku ketika aku menikahi Taehyung nantinya, tapi aku yakin, Ibu akan tetap mendampingiku walaupun kami semua tidak melihatnya, berbahagialah Ibu" Hoseok kembali bergumam kemudian terdiam sejenak.

Hoseok tersenyum sarkatis, setidaknya ia merasa bahagia karena Hoseok hampir memenuhi salah satu permintaan Ibunya, yaitu menikahi Taehyung, pemuda berkaca mata bulat yang berprofesi sebagai dokter gigi spesialis anak disalah satu rumah sakit swasta dekat dengan apartemennya.

-Dead Leaves-

Dedaunan pohon maple yang berkerisik hasil dari gesekan angin yang bergerak dinamis membawa hawa sedikit dingin hari ini. Hoseok dan Taehyung melanjutkana perjalanannya menuju sebuah gereja yang sering mereka kunjungi –mungkin lebih tepatnya hoseok kunjungi untuk bersembahyang sewaktu waktu.

Udara dingin tidak menjadi masalah untuk Hoseok maupun Taehyung, keduanya terlihat menikmati hujan musim gugur yang tengah berlomba untuk membasahi bumi, lebih tepatnya menunggu hujan reda didalam gereja karena mereka belum ingin beranjak dari sana –lebih tepatnya lagi Taehyung yang menunggu kekasihnya itu selesai berdo'a.

Hening dan damai. Pemuda mungil yang sekarang tengah duduk dikursi paling belakang itu memejamkan matanya sejenak. Mencoba menghilangkan rasa kantuknya yang berlebih akibat kerja lembur semalaman.

Tapi Taehyung suka itu, ia suka menolong banyak orang, ia suka anak kecil, dan ia mencintai profesinya. Melelahkan tetapi juga menyenangkan, karena menurutnya menjadi dokter adalah profesi yang sangat mulia.

Taehyung membuka kelopak matanya ketika mendapati tarikan pelan dikepalanya lalu menyandarkannya pada bahu kokoh kekasihnya. Hoseok sudah selesai berdoa rupanya.

"Hyung sudah selesai, ya ? ayo pulang, hyung pasti lelah"

Alih-alih menjawab, Hoseok malah menutup matanya sejenak lalu menggeleng pelan.

"Sebentar saja, aku suka berada disini. Damai dan menenangkan. Sepuluh menit saja, tidak masalah, kan, Taehyung-a ?" Taehyung mengangguk lalu menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh itu lagi.

Tidak ada hal yang paling menyenangkan selain memandangi wajah dingin pria yang tengah memejamkan mata disampingnya ini. Taehyung itu peka terhadap semua hal yang terjadi pada Hoseok, apa yang dipikirkan Hoseok dan juga apa yang dirasakan Hoseok. Jika ia bisa, ia akan dengan senang hati membawa sebagian beban yang Hoseok pikul untuk ia taruh dipundaknya, membantu meringankan semua derita yang Hoseok rasakan dan membantu Hoseok mengembalikan hidupnya –jika ia bisa.

Yang bisa Taehyung lakukan adalah selalu berada disisi Hoseok seperti yang Hoseok minta setiap harinya. Hoseok mengatakan bahwa dengan cara itulah Taehyung bisa membantu Hoseok.

Hoseok senang jika Taehyung adalah orang pertama yang selalu Hoseok lihat ketika membuka mata dipagi hari. Hoseok senang jika Taehyung selalu membalas dekapannya ketika Hoseok terbangun dari mimpi buruk dimalam hari. Dan Hoseok juga sangat senang jika Taehyung bisa mendampinginya setiap hari, menjadi penyemangatnya, dan juga menjadi energi untuknya.

Taehyung lagi-lagi membuka kelopak matanya ketika mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya. Detik selanjutnya Taehyung nampak tersenyum bahagia.

"Dia datang hyung" Taehyung mengguncang pelan bahu Hoseok.

"Jungkook-ah, kau datang hari ini ?" ini Taehyung yang lagi-lagi berbicara dengan nada riangnya, ia menghampiri pemuda yang kini telah berdiri dihadapannya, tersenyum ringan seadanya dan membalas perkataannya dengan sebuah anggukan singkat setelah Taehyung memberikan sebuah pelukan ringan untuk pemuda itu.

"Jung..." Hoseok tidak pernah bisa menyelesaikan kalimatnya, walaupun hanya sekedar memanggil namanya saja, karena pemuda itu sudah menginterupsinya terlebih dulu. Seakan ia tak sudi namanya dipanggil psikiater muda yang tengah mematung disamping Taehyung.

"Taehyung hyung, aku pergi dulu ya, aku harus segera berdoa, Jimin hyung sudah menungguku diluar." Pemuda bernama Jungkook itu ingin berlalu dari hadapan Taehyung dan Hoseok, namun seseorang menahan pergelangan tangannya –Taehyung menahannya.

Jungkook terhenti, menanti adegan apa yang akan dipertontonkan untuknya setelah ini ketika Taehyung mencengkeram pergelangan tangannya erat, tak seperti biasanya.

Taehyung menatap Jungkook dengan tatapan datarnya setelah sebelumnya menyadari perubahan air wajah Hoseok.

"Jungkook-ah, aku harap kau bersikap baik dengan hyungmu"

Jungkook tersenyum sarkatis, ia tidak menyangka Taehyung akan bersikap seperti ini padanya.

"Maaf hyung, tapi Jimin hyung kan sedang berada diluar, dan aku juga selalu bersikap baik padanya."

"Jungkook-ah aku tahu aku tidak berhak mencampuri urusan kalian, tapi kumohon satu hal padamu kook-ah, berhenti bersikap seolah Hoseok hyung itu tidak ada, dan berhen..."

"Taehyung-ah, ayo kita pulang, aku lupa jika hari ini aku ada janji pasien untuk..."

"nah, hyung. Sekarang pulanglah, sepertinya temanmu ini sedang sibuk, dan aku harus segera menyelesaikan barisan doa dari dalam hatiku, hyung. Dan, Hoseok-ssi, senang bertemu denganmu hari ini. Semoga harimu menyenangkan" Jungkook menekankan kata menyenangkan untuk Hoseok.

"aku tidak tahu kau bisa berubah lebih menyebalkan dari sebelumnya hanya dalam beberapa minggu, tapi sungguh kali ini kau keterlaluan Jungkook"

Jungkook menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Sekarang tolong jelaskan padaku hyung, lebih keterlaluan mana ? aku yang tidak memiliki sopan santun ini, atau orang yang sedang berdiri disampingmu itu yang sudah merampok seluruhnya dari ku ? kasih sayang seorang ibu, kasih sayang seorang ayah, dan jika punya, kasih sayang seorang kakak juga. Kau tahu hyung dia itu pecun..."

"JEON JUNGKOOK ! berhenti berbicara omong kosong." Taehyung yang tadinya ramah ketika bertemu Jungkook kini menjadi kesal sendiri, bukan sekedar kesal, tapi dia marah. Ia marah karena Jungkook telah membuat Hoseok semakin menampakkan wajah bersalah yang selalu Taehyung benci.

"Tanyakan kebenaran omong kosongku ini pada pecundang itu, hyung. Dan maaf, tapi aku tidak ingin bertengkar dengan hyung dirumah tuhan. Jika hyung berkenan, silahkan hyung pergi dari sini, atau hyung ingin aku saja yang pergi ?"

Tak ada jawaban dari itu, yang ada hanya langkah lebar lebar Hoseok yang tengah menarik Taehyung keluar dan menjauh dari gereja itu, lebih tepatnya menjauh dari Jungkook.

-Dead Leaves-

Hoseok terbangun pada dini hari. Entah mengapa tiba – tiba rasa kantuknya menguap begitu saja. Hoseok sebenarnya lelah. Tubuhnya serasa pegal dan kepalanya berdenyut nyeri; Hoseok sudah biasa seperti ini. Hoseok menatap langit – langit kamarnya yang gelap. Pikirannya kembali mengingat kejadian siang tadi. Hoseok tidak pernah berani bermimpi jika adiknya akan memaafkannya. Adiknya pantas memperlakukannya seperti itu. Tapi setidaknya jangan menginjak perasaannya digereja tempat mereka dulu sering berdo'a bersama.

Hoseok bangkit dari tidurnya, menyandarkan punggungnya yang pegal pada kepala ranjang kemudian menatap pantulan dirinya pada kaca lemari disudut ruangan. Rasanya Hoseok ingin tertawa jika melihat pantulann dirinya. Lucu sekali ketika seorang pencundang seperti dirinya masih bisa bebas berjalan – jalan dipermukaan bumi. Mengapa tidak lenyap saja ? agar semua orang tidak lagi menderita karena dirinya ?

Hoseok memijat pelipisnya pelan. Kepalanya semakin berdenyut nyeri dan Hoseok harus segera terlelap, bagaimanapun caranya. Hoseok hendak membaringkan tubuh lelahnya kembali namun sepertinya pergerakan kecil yang Hoseok lakukan mengusik tidur malaikatnya. "Maaf aku telah membangunkan mu. Tidurlah kembali, Taehyung-ah" Taehyung mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya bulan yang memantul dari sisi dinding.

Setidaknya Taehyung peka terhadap raut wajah kekasihnya yang terlihat lebih pucat dari biasanya. Taehyung hendak bangkit namun Hoseok sudah lebih dulu menarik tubuh mungil Taehyung kedalam pelukan hangatnya. "Tidak perlu mengkhawatirkanku, kembalilah tidur, aku tidak apa – apa", Hoseok menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya.

"Kau tidak pernah bisa berbohong padaku, hyung." Taehyung mengusapkan pipinya pada dada telanjang Hoseok untuk mencari kenyamanannya. "Lain kali aku akan berbicara pada Jungkook agar bersikap lebih sopan padamu hyung. Aku tidak tahu jika keluarga barunya membuat Jungkook semakin menyebalkan" Hoseok menghirup aroma rambut Taehyung dalam – dalam. Mencari kalimat yang tepat untuk membuat Taehyung tidak membahas hal ini, setidaknya untuk sementara waktu.

"Keluarga Park baik. Mereka tidak seperti yang kau pikirkan. Mungkin Jungkook hanya sedang kesal. Kau tahu, kan, remaja masih rawan dalam hal pengendalian emosi. Setidaknya aku senang Jungkook baik – baik saja. Jungkook tumbuh dengan baik bersama Jimin, Jungkook menjadi anak yang pintar, hanya saja Jungkook terlalu dini untuk mengecap rasa pahit kehidupan." Hoseok menghela nafas sejenak.

"Sekarang aku ingin kau tidur, aku tidak mau anak – anak mogok pergi ke pemeriksaan gigi rutin karena dokter gigi yang tampan ini menjadi zombie dengan lingkaran hitam dimatanya." Hoseok mengecup kening Taehyung lama, mencoba memberikan ketenangan untuk pemuda yang dicintainya ini. Hoseok tidak ingin jika Taehyung kembali bersedih memikirkan tentang kehidupannya. Bukannya tidak boleh, hanya saja Hoseok terlalu menyayangi Taehyung.

Taehyung terkekeh pelan sebelum mengeratkan pelukannya pada Hoseok setelah sebelumnya meninju kecil dada bidang Hoseok, "kau terlalu berlebihan hyung".

Hoseok tersenyum kecil, lalu memejamkan matanya. Berusaja mengenyahkan rasa pening dikepalanya dan mencoba untuk terlelap kembali; walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama.

-TBC-

Halo, hosikki datang dengan VHope lagi. Maaf kali ini Angst, dan kayanya storynya nggak banget. Huhu. Enaknya ini dilanjut nggak ya ?. Hanya ingin menyalurkan ide, sayangkan kalo terbengkalai. Kemungkinan ini hanya Twoshoot tapi lihat saja nanti. Maafkan atas banyak typo dan bahasa yang berantakan. O iya, Hoseok itu visualisasinya yg di MV INU ya, mukanya Hoseok yg melas melas gimana gitu. Pokoknya gitu lah. Bagi yang berkenan tolong tinggalkan review ya ? Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Annyeong~~