Hetalia Axis Powers © Himaruya Hidekazu

Fate © Collina

.

.

Warning: OOC, OC Typo, Crack Pair PrussiaxFem!INA straight, Drama Picisan walau nggak separah Utaran, Rating Masih Galau, dll

.

Don't Like? Don't Read!

Berkomentarlah dengan bahasa yang beradab selayaknya manusia

Setengah tahun berada di wilayah asing tak lantas membuatnya hafal jalan. Kirana, seorang gadis muda asal Indonesia itu masih saja merasa kesulitan menghafalkan wilayah yang baru pertama kali dijajakinya. Belum lagi menyesuaikan diri dengan dinginnya cuaca di Munich membuatnya semakin sulit untuk berkonsentrasi. Meski demikian, kirana tetap berpikir bahwa ia harus hidup mandiri selayaknya wanita Jerman. Kemana mana ia selalu membawa benda andalannya. Apalagi jalau bukan smartphone yang memiliki fitur GPS. Meski hanya ditempuh dengan berjalan kaki, ia selalu membawanya. Namun sial nasibnya kali ini. Pasca mengikuti pelajaran terakhir di kampusnya sekaligus mengerjakan tugas kelompok, Kirana lupa untuk mencharge ponselnya. Apalagi jarak menuju apartemennya cukup jauh. Alhasil, Kirana harus mengandalkan instingnya untuk menemukan jalan pulang.

Kaki kecilnya terus menapaki jalanan kota Munich. Hingga pada akhirnya ia melihat gedung yanh disinyalir sebagai rumah tinggalnya dari kejauhan. Kirana terus menaruh perhatian sembari terus mencari jalan pulang. Ia menemukan jalan setapak setelah melalui dua blok. Jalanan yanh cukup sepi, namun menurut instingnya cukup memotong waktu. Apalagi hari menjelang sore. Ia harus segera tiba di apartemennya. Namun sembari menyusuri jalan, Kirana melihat sesuatu yang janggal. Seonggok tubuh tergeletak di pinggir jalan. Tak seorangpun yang melihat. Kirana segera menghampiri tubuh tersebut. Sosok pria. Kulitnya putih pucat. Demikian pula dengan rambutnya pirang platina. Sangat indah bagi kirana. Mengingatkannya pada sosok Storm di film yang baru saja di lihatnya.

"Ini mayat atau masih hidup. Atau jangan jangan korban pemerkosaan atau sindikat jual ginjal," pikir Kirana. Iapun menghampiri tubuh tersebut memeriksa keadannya dengan pengetahuan seadanya. Syukurlah Kirana sempat ikut PMR di negaranya semasa ia bersekolah. Jadi Ia masih sesikit mengingat.

"Masih hangat, denyut nadi masih ada. Tapi kondisinya lemah sekali," pikir Kirana. Ia kemudian berupaya memapah tubuh tersebut. Meskipun bertubuh kecil, kirana lumayan kuat. Masa lalu yang membuatnya demikian. Ia terbiasa mengangkat 3 sak karung beras yang baru saja di panen, semasa ia berada di kampung halaman. Namun berat badan pemuda itu cukup membuat Kirana kerepotan

"Ugh..," gumam pria itu, namun masih tetap tidak sadarkan diri. Kirana tetap berusaha membopong pria itu hingga apartemennya.

Sesampainya di tujuan, kirana memvuka pinyu apartemennya. Untungnlah ia berada di lantai dasar sehingga tak perlu repot menaiki tangga dengan membopong pria berat tersebut. Kirana meletakkan pria itu di atas kasurnya. Menghangatkannya kemudian beranjak ke dapur untuk memasak

Xxxx

"Ugh..," pria sosok pria berambut pirang platina itu membuka mata sedikit demi sedikit. Ia mencium bau masakan yang menggoda lidah untuk mencicipinya. Ia berupaya mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Dan bagaimana caranya berada di tempat yang bahkan tidak ia kenal. Pelan pelan ia beranjak dari tempat tidur. Meski sudah sedikit mengingat, tubuhnya masih lemah.

"Kau sudah bangun?," sebuah suara mengajaknya bicara. Mata rubi pemuda tersebut mencari sumber suara. Ia melihat sesosok gadis bersurai obsidian dan memiliki warna iris mata yang sama. Tubuhnya mungil, dan jauh dari feminim. Namun bagi pria itu ia cukup manis. Apalagi dengan makanan yang ia bawa di atas nampan. Pria itu terperangah untuk sementara.

"Aku menemukanmu tergeletak di Jalan. Aku mengkhawatirkanmu sehingga aku harus membawamu ke apartemenku," ujar gadis itu mengambil posisi diduk di sebelah pemilik surai pirang platina setelah neletakkan mangkun beraroma lezat itu ke sebelah meja di samping ranjangnya.

"Aku Kirana. Dan bolehkah aku tahu namamu?," tanya Kirana pada pria itu.

"Aku Gilbert. Terimakasih sudah membawaku kemari," sahut Gilbert.

"Apakah kau sudah agak baikan," tanya Kirana. Gilbert mengamati sekelilingnya. Tidak ada orang kecuali mereka berdua.

"Yah, aku memang tidak apa apa. Tapi nona, kau seharusnya memikirkan dirimu sendiri. Bukan aku," celetuk Gilbert. Kirana memiringkan kepalanya. Merasa heran.

"Mengapa harus diriku. Kau yang tergeletak di jalanan dan aku menemukanmu. Bukankah keadanmu yang lebih mengkhawatirkan?," jawab kirana. Gilbert tersenyum. Lebih tepatnya menyerigai. Secepat kilat tubuhnya mendorong jatuh tubuh Kirana hingga tergeletak di kasurnya.

"Membawa laki laki yang tidak kau kenal ke dalam rumahmu, tanpa ada siapa siapa. Aku rasa kau sangat ceroboh nona. Bagaimana jika aku melakukan hal yang buruk padamu," ujar Gilbert. Matanya menatap tajam pada Kirana. Wajah kirana lantas memerah menahan malu. Reflek ia memalingkan wajahnya. Ia bisa saja meronta dan berteriak. Namun ia memilih untuk diam mengingat pria itu baru saja ditemuoan tergeletak. Ia akan melakukannya ketika situasi benar benar gawat.

"Kau tidak tahu aku penyandang sabuk hitam, bela diri karate, pencak silat, Yudo, dan ju jitsu. Mudah bagiku untuk melemparmu tuan. Tapi aku mengurungkannya," ujar Kirana. Matanya masih enggan bertemu pandang dengan Gilbert. "Lagian kupikir kau tidak akan melakukannya," tambah membelalakkan matanya. Kemudian tertawa.

"Ancaman bagus nona. Aku hampir percaya. Bagaimana kau tahu aku tidak akan berbuat jahat," tanya gilbert. kirana menolehkan kepalanya. Memandang Gilbert dengan intens.

"Aku tahu, seorang jahat tidak mungkin tergeletak dan membiarkan dirinya di bopong wanita," Kirana terkikih. Gilbert menghela nafasnya.

"Baiklah aku kalah. Lain kali hati hatilah dengan orang asing nona. Tidak semuanya di sini baik dan awesome seperti aku," pungkas Gilbert. Kirana Hanya terkikih.

"Well, suatu kebetulan aku bertemu dengan orang asing di saat aku tersesat,"

"Kau tersesat?" Gilbert menaikkan sebelah alisnya.

"Ya, sudah enam bulan aku di sini dan aku masih tidak bisa menghafal jalan. Padahal di sini lebih baik daripada di tempatku," ujar Kirana

" Kau bukan berasal dari sini? Lalu darimana dirimu berasal?," tanya Gilbert.

"Jauh dari sini. Antara samudra pasifik dan hindia. Sebuh kepulauan negara Tropis. Namanya Indonesia," kirana tersenyum

"Indonesia, baru ini kudengar,"

"Tapi aku rasa kau pasti mengenal bali kan?"

"Tentu saja, siapa yang tak kenal Bali, semua orang ingin berkunjung ke sana,"

"Bali adalah baian dari Indonesia Tuan. Dan aku ebrasal dari Jakarta," sergak kirana. Sedangkan Gilbert ber Oh ria.

"Aku rasa kau cukup lemah. Aku membuatkanmu makan. Kalau mau kau boleh mencobanya. Ini resep dari ibuku. Aku tidak yakin lidah eropa menyukainya. Namun aku harap ini cukup membuatmu sedikit pulih," ujar Kirana sembari memberikan mangkuk makanan itu pada Gilbert. Gilbert sedikit mengernyitkan dahi meihat sebuah mangkuk berisikan sup berwarna hitam berisikan daging dan labu pertama baginya melihat makanan itu.

"Ugh..makanan ini tidak awsome. Masa berwarna hitam. Apa kau yakin ini bisa dimakan," celetuk Gilbert yang sontak menghasikan tawa garing kirana.

"Hampir semua yang kuberikan bicara demikian. Namun apa salahnya kau mencoba," ujar kirana.

Pria itu memdengus pelan. Memang tak bisa dipungkiri perutnya terasa lapar. Dengan mengumpulkan keberanian, di santapnya makanan berwarna hitam itu. Dan..hm..rasanya cukup lezat dan berempah.

"Tak seperti bentuknya. Rasanya sangat awesome," puji Gilbert. kirana menorehkan senyum di wajahnya.

"Ya, namanya Rawon. Sejenis sup, namun ada bahan tertentu yang aku campurkan. Makanlah sebanyak yang kau mau," tanpa mempedulikan ucapak kirana, Gilbert menyantap makanan kirana dengan lahap selayaknya anak kecil. Membuat Kirana terkekeh.

"Terimakasih makanannya. Tapi ngomong ngomong, bolehkah aku meminta satu hal lagi padamu?," pinta Gilbert. Kirana menaikkan kedua alisnya.

"Izinkan aku tinggal disini untuk sementara waktu," ucapan Gilbert tentu saja mengejutkan Kirana. Bagaimana tidak, seorang gadis dan pria dewasa tinggal bersama dalam satu atap. Di tempatnya tentu saja ini merupakan hal tabu. Mungkin kalau ketahuan mereka akan diarak keliling kampung sambil disoraki penduduk setempat. Apalagi demgan pria yang baru dikenalnya.

"Kau serius?," tukas kirana tak percaya

"Aku tak punya tempat tinggal. Tidakkah kau kasihan padaku. Aku akan sangat berterimakasih jika kau berbaik hati," ujar Gilbert. Mata rubinya memelas selayaknya anak kucing yang minta diadopsi. Dan Kirana paling lemah dengan hal itu.

"Ugh..baiklah...dengan satu syarat," ujar Kirana.

"Apapun aku penuhi," ujar Gilbert.

"Saat kau beranjak dari rumah ini, kau keluar sebagai perempuan. Aku tidak mau tetangga mengusirku. Ini tempat paling pantas yang bisa aku dapatkan," ujar Kirana.

To Be Continue

OoooooO

Lama nggak Buka Ffn rasanya berjamur. Sibuk di RL sambil Menaruh perhatian pada situasi serius rasanya Capek. Akhirnya main lagi ke sini. Hmm..udah kenayang gimana endingnya..cuma memang butuh waktu buat menamatkan. Kenapa Crack..karena saya lagi suka sama pair ini *nari nari

Thanks udah mau baca.

Grazie

collina