Title : Aku Peri bukan Jin!
Main Pair : Kaihun dan Verkwan, Markchan.
-...Dengan ini saya katakan, saya sekedar pinjam nama mereka saja, tanpa ada niatan mencari keuntungan.
Genre : Cukup lengkap kecuali Sci-fi (khekhe)
.
.
.
Ini adalah kisah seorang cowok yang tak punya semangat hidup, dunia remajanya melalang buana, tak jelas tanpa tujuan.
Keluarganya tidak harmonis tapi tak jua terlalu mendrama bergenre hurt yang berlebihan.
Ayahnya adalah seorang CEO diperusahaan cabang ternama milik Kakeknya didaerah Ibukota Jepang yakni Tokyo. Pria dewasa, berpostur tegap, dan berwajah dingin itu hanya pulang ketika tanggal merah saja.
Ibunya keturunan Jepang-Korea, tiap hari berteriak sadis ketika dia belum juga beranjak dari atas tempat tidurnya ketika pagi hari. Malam sering tak ada di rumah, pulang subuh, pagi rutin membangun Jongin aka Kai, siang tidur, perkerjaan Ibunya sebagai aktris papan atas serta model membuatnya menjadi kelelawar versi Manusia.
Cowok berkulit agak gelap -tan—populer, adalah Kim-Yoshima-Jongin.
Cowok chubby berisik -adalah Kim-Yoshima-Seungkwan, anak dari Pamannya Kim-Yoshima-Jongin.
Suatu hari, dia tersasar kesebuah daerah dan tak sengaja menemukan sebuah lampu antik di dalam rumah Tua.
Jongin atau kerap kali lebih suka dipanggil -Kai, selalu berpikir hidupnya sangat luar biasa membosankan, semuanya terlalu mudah didapatkan bukan dalam hal materi karena meski -Tousannya, sering mengirim uang bulanan, Kaasannya yang super irit dan teliti dalam uang itu hanya memberinya uang tak lebih dari 1 juta won perbulannya.
Namun, Kai tau saat Ia menemukan lampu antik berukiran unik itu, hidupnya -tak akan pernah membosankan lagi.
.
.
.
"Kai, Ingin bergabung nanti malam?"Chanyeol menyapa lebih dahulu kala Kai sampai dikelas dan langsung bergabung bersama teman satu gengnya -yang cukup terkenal karena berisi cowok-cowok tampan dan juga -gila.
"Di club Eshther?"tebak Kai malas, dia memang terkenal bengal tapi bukan berarti dia suka dunia malam semisal menggunakan narkoba, meminum-minuman keras dan sebagainya.
Bukan Kai bersikap -sok suci—tapi, dia tak menyukai hal tak berguna semacam itu. Chanyeol mengangguk meski tahu bahwa temannya itu jelas akan menolak.
"Nope."—See, Apa yang salah dengan pergi ke club. Menurut, Chanyeol pergi ke sana bukan berarti berpesta narkoba atau semacam hal negatif lainnya, karena disana kaupun bisa melepas penat dengan mendengarkan musik berbeat keras yang menghentak bersama para sahabatmu.
"Ayolah, datang. Ini pesta bujang dari salah satu -hyung sahabat mu."Tao, cowok china yang dikenal atlet wushu itu mendorong Kai agar mau ikut bergabung bersama mereka. Ini tidak berarti Kai harus melakukan apa yang mereka lakukan di Club malam itu, bukan?
"-hyung si Yifan, kekasih si Junmyeon itu? "tebak Kai, dia memang tampan tapi terkenal cuek dikalangan siswa, dingin dan tak pernah tertarik akan suatu hal. Dan sebagai teman yang cukup dekat, Tao juga Chanyeol memahami hal itu.
Tao mengangguk, "Thats right."jawabnya singkat.
Kai terdiam, Tao tersenyum puas saat Kai menggangguk pelan. "Ku rasa tidak buruk juga, but promise me...jangan ada alkohol didepanku, key?"
Chanyeol dan Tao serentak mengangguk. Itu kemajuan, setidaknya teman mereka yang satu ini memiliki gairah untuk hidup di masa mudanya.
.
.
.
"Ethlogan-Oh-Sehoon."
"Ya, Paduka Ayahanda."
Seorang pria berwajah pucat, tampan, serta rambut pirangnya yang menjuntai indah tersematlah mahkota berhias berlingkar melingkar diantara rambutnya yang lurus menawan semakin menambah kesan tak ternilai pada pahatan sempurna wajahnya.
Sosok lainnya tak berbeda jauh hanya yang membedakan keduanya adalah garis wajah dewasa atau usia, yang duduk dengan begitu anggun diatas kursi singgasananya adalah seorang pria berstatus Raja sekaligus seorang Ayah dari sosok pemuda yang berjongkok penuh hormat pada si Raja. "Kau menentang titah Ayahandamu ini, Sehoon."
Pria yang jauh lebih muda itu menunduk takjim, "Aku bersalah, Paduka Ayahanda."
Pria itu berdiri, berjalan dengan aura wibawa menguar dari dalam dirinyanya. Sehoon makin menunduk dalam.
Dia memang bersalah dan seperti Kepribadiannya yang akan -menutup mulutnya untuk bungkam tanpa membantah apabila dia memang melakukan kesalahan seperti apa yang dia lakukan pagi ini memang tergolong kesalahan fatal yang berhasil membuat sang Ayahanda murka.
"Kenapa anakku, Aku telah mendidikmu menjadi pribadi yang terhormat, rendah hati, cerdas dan berwibawa. Tapi, dari semua yang ku sebutkan tak ada satupun yang kau indahkan. Ini bukan dunia masa kanak-kanak mu lagi, usiamu akan menginjak di usia 17, usia dimana kau akan diangkat menjadi putra mahkota Kerajaan Eshther beberapa bulan lagi. Kau kandidat terbaik sebagai pengganti Kakak tertuamu -Ethloga-Oh-Kibum yang masih belum sadarkan diri sejak 2 tahun berlalu"
Sehoon tak bergeming.
"Aku bersalah, Paduka Ayahanda."
Raja gagah nan tersiram aura wibawa itu terdiam tepat dihadapan anak ketiganya dengan raut kecewa dan tak rela berbaur padu. "Ini sudah keputusan yang aku ambil bersama dengan para tetua kerajaan, kau akan di turunkan dari tempatmu sekarang dan tinggal didunia manusia untuk waktu yang cukup lama, Tak ada penolakan dan sebagai pengganti sementara jabatanmu adalah -Ethlogan-Oh-Baekhyun, kakak keduamu. Ayahanda memberi keringanan padamu, kau akan bisa kembali ke sini jika telah menemukan 'orang yang berhasil membuatmu menangis ketakutan', itu cukup mudah bukan?"
Sehoon merasa dunianya telah hancur saat itu, ini memang apa yang dia inginkan olehnya -kesalahan fatal yang Ia lakukan menjelang tengah hari tadi adalah untuk mendapatkan kebebasan ini tapi sampai di turunkan ke dunia manusia, tempat yang bukan 'rumah' seharusnya bagi para peri sepertinya, adalah sekian hal yang tak pernah terpikirkan oleh Ethlogan-Oh-Sehoon.
Sehoon tahu, semuanya terlalu terlambat untuk disesali, apalagi begitu mendapati salah satu kendaraannya -Unicorn atau yang Ia namai -Chocoves di tranformasi oleh sang Ayah menjadi lampu antik,... Tanpa perlu penjelasan lebih panjang, semua yang dilontarkan oleh sang Ayah adalah mutlak dan tak bisa diganggu-gugat oleh dirinya meskipun Ia darah dagingnya sendiri.
Masalah persyaratan yang Ayahnya ajukan terdengar mustahil dan aneh karena dalam seumur hidup Sehoon tak ada yang membuatnya ketakutan terkecuali saat berhadapan oleh sang Ayah, ini bukan berarti Sehoon mencintai Ayahnya tapi lebih dari itu, dia menghormati beliau dari segala sisi.
"Apa aku bisa pergi beberapa hari lagi, Paduka Ayahanda?"tanya Sehoon, dia menerima hukuman ini, setidaknya sebelum pergi cukup lama, dia ingin berpamitan dengan adik bungsunya Ethlogan-Oh-Mark, juga keponakan manisnya serta mendiang Ibunya, di pemakaman istana kerajaan.
"Kau harus pergi esok pagi."Final Sang Raja, tegas.
Sehoon terlalu sungkan untuk menawar, maka yang dia lakukan hanyalah melangkah mundur dan menghilang dari ruang altar singgasana sang Ayah dengan air muka, sangat tertekan.
Sehoon tak mengetahui kalau hidupnya akan menjadi penuh konflik tak jelas –sampai Kakak sulungnya yang ia temui malam itu, berkata. "Kau akan kembali tanpa air mata dan menjadi lebih aneh karena ada si manusia aneh bersamamu"
.
.
.
Huahaha, ini Cuma Iseng aja, eh malah keterusan. Dapat ide mengalir deras, ditengah malam begini.
Ini agak fantasi gitu sih, penjelasan dikit disini Sehoon aka Sehun bukan Jin, iya kan aku bilang peri. Kekhekhe.
Kalau ada yang baca... Please, reviewnya ya, harus iklas loh.
Ini prolog mong-ngomong.
