BURONAN
Naruto punya Kishimoto
Ada baiknya jika saya mengingatkan bahwa fic ini mengandung AU, OOC, OC.
Authour : Mia muyohri
Pair : NaruHina
.
.
"Aku tidak peduli walaupun kau memiliki sebagian perternakan itu, kau tetap tidak boleh mengelolanya!"
"Ini tidak adil Ayah! Ayah pasti akan mengijinkan kak Neji kalau dia ada di sini."
"Neji sudah dewasa. Sedangkan kau baru tujuh belas tahun Hinata."
"Dia cuma beda setahun dariku, Ayah. Dan biasanya wanita seumuranku itu sudah menikah dan mempunyai dua orang anak. Apa itu tidak cukup dewasa untuk Ayah? Atau hanya karena aku seorang wanita Ayah tidak mengijinkanku? Dan aku bersumpah jika itu alasannya aku tidak mau lagi bicara dengan Ayah."
"Kurasa ide yang baik untuk saat ini."
Tidak satu pun diantara mereka yang benar-benar serius dengan ucapannya. Hyuga Himeka melihat suami dan putri satu-satunya saling memberi tatapan marah, dia hanya dapat menghela napas dengan keras, berharap tindakannya itu bisa menarik perhatian mereka. Lama menunggu, ternyata memang tidak berhasil untuk menarik perhatian mereka.
Perdebatan itu telah memanas dari saling berbalas kata menjadi saling teriak, dan ketika Hiashi dan Hinata berdebat, melakukan pendekatan yang halus memang tidak akan pernah berhasil, Himeka bahkan ragu mereka menyadari keberadaanya yang sedang berdiri disampingnya. Masalah yang sedang mereka perdebatkan sekarang ini adalah masalah lama. Tapi sebelumnya tidak pernah sampai sesengit ini.
Sebenarnya masalah ini bermula dari kematian Kakek Hinata setahun yang lalu, nasib perternakan 'Hyuga Kob' menjadi sebuah pertanyaan besar bagi keluarga mereka. Seharusnya perternakan itu menjadi milik Hiashi, tapi Kakeknya itu sangat mengenal Hiashi, putranya itu mana mau mengurusi perternakan itu. Jadi kakeknya membuat sebuah surat wasiat yang berisi, bahwa jika Hiashi menolak warisannya, maka perternakannya akan jatuh ke tangan ke dua cucunya, masing-masing dengan bagian yang sama rata. Dan begitulah yang menjadi masalah mereka sekarang.
Hiashi tidak membutuhkan perternakan itu, karena dia sudah memiliki perternakannya sendiri. Dia merasa terdorong untuk membuktikan pada ayahnya bahwa dia bisa menandingi ayahnya, dan dia melakukannya dengan baik. Hiashi mungkin tidak memiliki tanah sebanyak ayahnya, tapi jumlah ternaknya hampir menyamai milik ayahnya, dan rumahnya pun juga hampir sama besarnya, malah hampir di sebut Mansion Hyuga ke dua.
Jika perternakan milik ayahnya dan Hiashi disatukan. Maka perternakan itu akan menjadi perternakan terbesar yang pernah ada di tanah barat ini. Karena dimiliki oleh ayah dan anak, sebagian besar orang berpikir bahwa perternakan itu akan disatukan. Tapi hanya ayah dan anak itulah yang berpikir sebaliknya. Dan sekarang setelah ayahnya meninggal, hanya Hiashi yang berpikir untuk tetap memisahkan kedua perternakan itu.
Tapi memisahkan bukan berarti membiarkan putrinya mengelola perternakan itu. Hiashi mudah kehilangan kesabarannya jika berhadapan dengan Hinta, dan Hinata pun sama sekali tidak membantu dengan terus bersikap keras kepala pada ayahnya.
Mereka berdua memang sangat mirip. Tidak seperti saudara laki-lakinya. Neji, yang saat ini berusia delapan belas tahun, dia mewarisi sikap ibunya, yang penyabar dan penurut. Sedangkan Hinata dia mewarisi sifat tempramental ayahnya. Dia mewarisi manik mata lavender ayahnya. Tubuhnya yang tinggi pun juga diwarisi dari ayahnya. Dengan tinggi hampir seratus delapan puluh senti, dia menjadi gadis paling tinggi di daerahnya.
Satu-satunya yang diwarisi dari Himeka adalah rambutnya yang hitam panjang menjuntai. Dan dengan semua yang dia miliki sebagai seorang wanita dan merupakan salah satu wanita muda yang memenuhi syarat di Barat, di mana semua wanita muda sudah menikah saat usianya menginjak tujuh belas tahun, bisa dikatakan dia cukup terlambat untuk mengikat sebuah janji suci untuk menjadi seorang istri.
Sebenarnya Hinata adalah gadis yang cantik, kalau saja dia mau berdiam diri sebentar saja di rumah, hanya sampai ada seorang pemuda yang bisa memperhatikannya. Tapi sayang Hinata tidak pernah mau berdiam diri. Dia selalu berdiri, melangkah, berlari kesana kesini, atau bahkan sampai bicara dengan tangannya pada seorang pria. Jika gadis itu bisa ditatap selama beberapa detik saja, maka akan terlihat matanya yang besar dan indah, kulitnya yang putih bersih dan halus bagaikan susu, dan hidungnya yang mancung. Tapi yang membingungkan dari semua ini adalah betapa dia sangat menuruni sikap dan kebiasaan ayahnya, seperti menyembunyikan emosinya kapan pun dia mau, sehingga tidak akan ada seorang pun yang mengetahui apa yang sedang dipikirkan atau dirasakannya.
Dan sekarang bukan sikap itu yang sedang Hinata tunjukkan. Tapi dia sedang menunjukkan sifat Hiashi yang lain, yaitu berstrategi. Kalau satu cara tidak berhasil, maka dia akan mencari jalan lain. Berteriak memang tidak ada hasilnya untuk sekarang ini, jadi dia mengubah nada suaranya menjadi lebih tenang.
"Tapi Hyuga Kob butuh seseorang yang bisa mengelolanya, Ayah."
"Danzo bisa menanganinya dengan cukup baik."
"Danzo sudah berumur enam puluh tahun. Dia sudah pensiun dan hidup tenang di rumahnya ketika Kakek meninggal. Dia setuju untuk mengelola perternakan itu hanya sampai Ayah mendapatkan orang lain yang bisa menggantikannya. Tapi Ayah belum juga mendapatkan orang yang mau menerima tanggung jawab itu tanpa menuntut separuh keuntungan dan Ayah sendiri tidak mau mengelolanya."
"Aku sudah cukup pusing dengan perternakanku sendiri. Aku tidak punya waktu untuk membagi diriku ..."
"Tapi aku punya, dan aku bisa melakukannya. Ayah tahu aku bisa. Setengah Hyuga Kob milikku. Aku punya hak ..."
"Kau belum berusia delapan belas tahun, Hinata ..."
"Aku ingin tahu, apa hubungannya umur delapan belas tahun dengan semua ini? Lagi pula, beberapa bulan lagi ..."
"Di mana kau sudah harus berpikir untuk menikah dan mulai berkeluarga. Kau tidak bisa melakukannya kalau kau sibuk mengurus Hyuga Kob."
"Pernikahan," gadis itu mendengus kencang. "Aku hanya akan mengurusnya selama beberapa tahun, Ayah. Hanya sampai Kak Neji menyelesaikan kuliahnya. Tidak ada yang tidak kuketahui tentang mengelola sebuah perternakan. Ayah tahu itu. Ayah sudah mengajariku semua tentang perternakan, semua yang harus aku lakukan untuk mengatasi masalah ..."
"Itu adalah kesalahan terbesar yang kulakukan," gumam Hiashi.
"Tidak, bukan!" ujar Himeka akhirnya. "Kau mengajari Hinata, supaya dia bisa menghadapi semua masalah kalau kita sedang tidak ada untuk menyelesaikan masalah itu."
"Tepat," ujar Hiashi segera. "Jika kita sedang tidak ada!"
"Aku ingin segera mengurus perternakan Ayah, dan Ayah belum memberi satu alasan pun yang logis kenapa aku tidak diperboleh melakukannya."
"Kalau begitu kau belum mendengarkan. Hime," ujar Hiashi merengut. "Kau terlalu muda, kau seorang wanita yang perintahnya tidak akan didengarkan oleh lima puluh penjinak kuda yang ada di Hyuga Kob, dan sudah saatnya kau mencari seseorang untuk dijadikan suami. Kau tidak akan bisa menemukannya jika kau bekerja di perternakan."
Wajah Hinata memerah karena marah, "Lagi-lagi pernikahan!" ucapnya sinis. "Tidak ada lelaki di daerah ini yang menarik perhatianku, atau Ayah mau aku menikah dengan lelaki yang tak kucintai? Kalau memang begitu, aku bisa memikirkan banyak lelaki yang masih membujang di luar sana. Biarku gaet besok satu, dan meminta dia untuk menikahiku segera, kalau bisa besok juga meni ..."
"Jangan kurang ajar!"
"Aku serius," paksa Hinata. "Ayah pasti akan mengijinkan suamiku mengelola Hyuga Kob, kan? Ayah pasti bisa menerimanya. Dan sepertinya aku sudah mempunyai calonnya, dan dia siap untuk menikahiku kapanpun aku mau."
"Kau tidak akan melakukannya. Kau tidak akan menikah dengan sembarang orang hanya supaya kau bisa mengangani buku keuangan ..."
"Aku sudah menangani buku keuangan itu selama berbulan-bulan, Ayah. Danzo itu separuh buta, dia tidak bisa melihat rumus-rumus rumit untuk menghitung buku keuangan, katanya menghitung itu membuat kepalanya sakit. Dan aku pun menawarkan diri untuk membantunya."
Sekarang giliran wajah Hashi yang memerah marah, "Kenapa aku tidak diberitahu tentang itu?"
"Mungkin karena setiap Danzo datang ke sini untuk menemui Ayah, Ayah malah tidak jelas ada di mana. Dan mungkin juga karena Ayah tidak mau menginjakkan kaki di Hyuga Kob untuk mencari tahu kenapa dia mampir ke rumah. Dan mungkin juga karena Ayah sudah tak mau peduli lagi dengan Hyuga Kob. Sekarang, setelah Kakek meninggal, Ayah akan segera melihat perternakan itu hancur, dan akhirnya hanya bisa mengenangnya."
"Hinata!" kali ini Himeka berseru dengan kaget. Tapi Hinata sudah memucat. Dia tahu bahwa ucapannya tadi sudah kelewatan. Dan sebelum ayahnya membentaknya lagi dia berlari keluar ruangan.
Himeka berusaha menenangkan suaminya dengan mengatakan bahwa Hinata hanya terlalu terbawa emosi, mengatakan bawha Hinata tidak bermaksud mengatakan itu. Tapi terlambat, Hiashi berderap jalan keluar ruangan tepat di belakang Hinata. Dia berjalan mengikuti Hinata, tapi langkahnya mengarah ke bagian belakang rumah, menuju kandang kuda, sementara Hinata berlari ke arah depan rumah.
Yang justru membuat keadaan semakin memburuk. Seharusnya Hiashi tidak membiarkan perdebatan mereka berakhir dengan cara seperti ini, dengan Hinata yang dipenuhi rasa bersalah tetapi bersikeras mengubah pendirian ayahnya. Seharusnya Hiashi memberikan alasan yang lebih jelas. Seharusnya Hiashi langsung saja mengatakan bahwa dia tidak mau melihat Hinata kecewa ketika gagal nanti, yang sudah pasti akan terjadi.
Para koboi di Hyuga Kob mungkin bisa menerima kehadiran Hinata untuk sementara, karena mereka mengenal Hinata sebagai salah seorang cucu dari Hyuga Hibusame, nama Kakeknya Hinata. Tapi suatu saat nanti ada saja koboi-koboi baru yang tidak mengenal Hinata dan juga Hibusame, dan dengan segera diantara Hinata dengan koboi-koboi baru itu pasti akan terjadi pertikaian dan itu tidak bagus untuk perternakan.
Mungkin akan sedikit berbeda jika umur Hinata agak sedikit lebih dewasa, janda atau semacamnya, tapi Hinata bukan keduanya. Sebagian besar pria tidak mau menerima perintah dari seorang wanita, apalagi wanita yang hanya mereka anggap sebagai gadis kecil.
Tapi Hiashi tidak mengatakan itu semua, setidaknya tidak sejelas itu. Himeka pasti akan bicara dengan putrinya nanti, tapi itu hanya akan menenangkan Hinata selama sehari atau dua hari saja. Sikap Hinata benar-benar bisa diprediksi ketika sedang emosi dan marah. Sama seperti ayahnya.
.
.
.
TBC
Untuk pembukaan fic ini mungkin segini dulu deh, aku mau nunggu pendapat readrs dulu fic ini di lanjut aja apa nggak gitu, takut nanti pada gak suka ... dan gak ada yang review juga. Jadi untuk kelanjutan fic ini, mohon di review ya ... maklum ya ini fic pertama ku di pair NaruHina nih,
Untuk chap depan nanti aku akan ngeluarin Naruto yang ketemu Hinata tanpa sengaja gitu.
Jadi Review?!
