The Last Words
~Ini adalah hasil karangan saya, kalau ada kesamaan cerita maupun alur itu tidak di sengaja sama sekali.
~Ff ini milik saja, nama-nama yang berada di dalam ff ini hanya saya pinjam. Mereka milik orangtua mereka masing-masing.
~alur kecepatan, typo's bertebaran di mana-mana dan sedikit bumbu angst di dalamnya.
~nama-nama asing yang muncul di sini adalah hasil ciptaan saya.
~No Plagiatrisme. No Bash No Flame,
Saya sangat menyukai ketenangan dan kedamaian, jadi, kalaupun ada kata-kata yang tidak mengenakkan hati anda sekalian.. mohon di maafkan. Karena saya manusia tidak luput dari sebuah kesalahan.
.
.
.
.
.
Don't Like? Don't Read Then!
.
.
.
.
.
HAPPY READING!
.
.
.
.
.
"TAEKWOON!"
Teriak seorang namja tan yang sedang berlari mencoba menyamai langkah kaki seseorang yang di panggilnya Taekwoon tersebut.
Namun, yang di panggil malah semakin cepat melangkahkan kakinya bermaksud menjauhi namja tan tersebut.
"TAEKWOON-AH"
Satu teriakkan lagi kembali terdengar, membuat Taekwoon yang kesal mendengarnya menghentikan langkahnya dan seseorang yang di belakangnya tersebut menabrak punggungnya membuatnya namja tan tersebut meringis memegang hidungnya.
"Berhenti meneriakkan namaku, Cha Hakyeon" Ucap Taekwoon kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Hakyeon yang masih memegang hidungnya karena sakit.
"Ya, baiklah, bisakah kita jalan bersama?" tanya Hakyeon menyeimbangi langkah Taekwoon.
"Tidak" jawab Taekwoon singkat padat dan jelas.
Jawaban yang sama untuk setiap pertanyaan yang di lontarkan Hakyeon yaitu 'Tidak' walaupun begitu Hakyeon tidak gampang menyerah sedikitpun.
Semangat juangnya tidak merosot sedikitpun ketika mendengar jawaban yang sangat dingin dan datar tersebut, itu karena dia ingin mendapatkan hati sedingin Es seorang Jung Taekwoon.
Oleh karena itu dia selalu mencoba menarik perhatian Taekwoon, walau pada akhir-nya Taekwoon pergi meninggalkannya sendirian disana.
Karena dia sangat menyukainya... Menyukai namja dingin nan datar tersebut. Namja yang di sebut-sebut sebagai Kaptennya tim Football. Namja yang di sebut-sebut sebagai Ice Prince-nya StarLight High School. Namja yang sudah menarik perhatiannya sejak hari pertama masuk sekolah. Namja yang sudah membuat hari-harinya berubah dan merubah hidup-nya. Namja yang sudah membuatnya merasakan yang nama cinta.
Cinta.. Yah... Terdengar indah.. Namun, sebenar-nya sangat menyakitkan bukan? Bila cintamu hanya bertepuk sebelah tangan?.
Sudah hampir 2 tahun lamanya Hakyeon menyukai Taekwoon. Segala macam cara Hakyeon lakukan untuk mendekati Taekwoon dari menyemangatinya saat latihan, datang di pertandingannya dan bersorak layaknya seorang 'Fangirl' yang melihat Idolnya di sana. namun, semua itu hanya di anggap Taekwoon sebuah nganguan untuknya.
Segala tingkah Hakyeon yang seperti itu membuat Taekwoon jengah, dan membuat dirinya membenci sosok Cha Hakyeon yang sudah merusak hari tenangnya.
RRRIIIINNNGGGG!
Bel masuk membuat siswa dan siswi yang masih berada di luar sekolah berlari secepat yang mereka bisa termaksud Hakyeon dan Taekwoon yang tinggal beberapa langkah lagi sampai di sekolah harus mempercepat langkah kaki mereka.
Mereka berada di kelas yang sama. Namun, berbeda tempat duduk. Di kelas mereka. Terdapat 4 baris meja dari depan ke belakang, dari kanan ke kiri terdapat 8 baris meja. Hakyeon duduk di kursi barisan sudut kelas paling belakang di samping jendela dan Taekwoon sendiri duduk di kursi barisan ke tiga di tengah-tengah kelas.
Tak lama kemudian, guru masuk dan pelajaranpun di mulai. Pelajaran berjalan dengan tenang dan lancar hingga bunyi bel istrahat berbunyi. Semua siswi berhambur keluar dengan teratur termaksud Hakyeon maupun Taekwoon.
Bagi Taekwoon jam istrahat adalah jam ke sukaannya karena di saat seperti ini Hakyeon tidak akan menggangunya.
Kenapa Hakyeon tidak menggangunya?
Karena sepertinya Hakyeon mumbutuhkan sedikit refresing untuk otaknya setelah di sini dengan rumus-rumus yang sangat banyak.
Dan bertemu sahabat-sahabatnya dari berbagai umur.
Hakyeon mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin hingga manik matanya menemukan tempat sahabat-sahabatnya duduk membuat senyum berkembang di bibir Hakyeon.
"Hyungie... Bagaimana perkembangannya?" Tanya Jaehwan saat Hakyeon sudah duduk di depannya.
Lee Jaehwan sahabat pertamanya sejak SMP sayangnya mereka berada di kelas yang berbeda. Karena kalau mereka bersama SHS pasti sudah heboh dengan tingkah mereka yang seperti ahjumma" tukang gosip.
"Seperti biasa, tak ada perkembangan." jawab Hakyeon lesuh.
"Sudahlah hyung... Mungkin dia bukan jodohnya hyung" ucap Sanghyuk mengaduk minumannya
Han Sanghyuk sahabat termudanya. Sangat evil dan berbicara apa adanya. Namun, dia sangatlah perhatian.
"Benar, hyung. Bisa saja dia bukan jodohnya hyung" Ucap Hongbin menimpali dan di anggukkin oleh Ravi
Lee Hongbin dan Kim Ravi alias Kim Wonshik adalah sahabat satu line di bawah Hakyeon namun, juga dua sejoli yang sedang menjalin hubungan.
"Mungkin kalian benar..." Jawab Hakyeon akhirnya.
'Apakah aku harus menyerah sekarang?' Batinnya bimbang.
.
.
.
.
.
.
Malam harinya di kediaman Cha, semua anggota keluarga sedang berkumpul bersama di ruang tengah.
Keadaan ini membuat Hak Yeon di landa kebingungan. Karena mereka, Eomma, Appa, Noona-nya dan diri-nya sedang duduk berhadapan di ruang keluarga.
Dan tidak biasanya mereka berkumpul di sini kecuali ada sesuatu yang penting yang harus mereka bicarakan bersama.
lama mereka terdiam karena tidak adanya yang memulai pembicaraan. Membuat ke heningan terus berputar di sekitar mereka selama beberapa menit. Hingga sebuah suara memecahkan ke heningan.
"Kita akan pindah ke jepang" Ucap sang Appa
Membuat Hakyeon mengerjapkan matanya tidak percaya dengan mulut sedikit terbuka memandang sang Appa mencari sebuah ke bohongan di sana. Nihil, tidak ada sedikitpun ke bohongan, keragu-raguan maupun candaan dari raut wajah mereka yang ada hanyalah raut keseriusan di wajah mereka semua.
"Apakah Appa serius?" Akhir-nya Hakyeon membuka suaranya.
Pertanyaan yang sangat bodoh, padahal dirinya sendiri sudah mengetahui dengan jelas apa jawaban Appa-nya.
"Ya... Appa serius nak" jawab sang Appa
"Bisakah aku memikirkannya dahulu Appa?" Tanya Hakyeon
Di antara dirinya dan Noona-nya dirinyalah yang terlihat sangat bimbang. Dia tahu, sangat tahu, Noona-nya sudah pasti akan mengikuti Bumonim mereka.
"Ya, kamu boleh memikirkannya Appa tidak akan memaksamu untuk ikut dengan kami" jawab sang Appa
"Kami?" Ucap Hak Yeon bingung
Dia bodoh? Atau pura-pura bodoh? Padahal tadi dia sudah sangat pasti mengetahui jawabannyakan?. Apakah karena cinta sudah membuatnya bodoh seketika?.
"Ya, Noona-mu sudah mengetahuinya dan dia setuju ikut dengan kami.. Jadi, hanya dirimu saja yang belum menentukannya Yeonni-ah" Ucap Sang Eomma menjawab pertanyaan Hakyeon.
"Ya, kalaupun kau tidak mau ikut dengan kami, tidak apa-apa. Kau bisa tinggal dengan Shim Ahjussi di sini" Ucap Appa-nya
"Haah.. Nde, Appa, akan ku pikirkan matang-matang dulu" Ucap Hakyeon setelah menghela nafasnya. Kemudian pergi dari sana menuju kamarnya.
Di baringkannya dirinya di tempat tidur miliknya, menatap langit-langit kamarnya.
"Bagaimana ini?" Gumam Hakyeon bingung, matanya menerawang ke atas atap kamarnya. Berpikir tentang apa reaksi mereka setelah dia pergi atau mungkin... Tidak sama sekali.
.
.
.
.
.
.
Sekolah sudah bubar sejak 30 menit yang lalu, tapi, masih ada beberapa siswa dan siswi yang masih betah tinggal di sana. Seperti hal-nya Hakyeon yang melamun memikirkan sesuatu dan sesekali helaan nafas dia keluarkan.
Apakah dirinya tidak tahu kalau setiap helaan napasnya mengurangi keberuntungannya setiap detiknya.
Haah~
"Dia di mana yah~" gumam Hakyeon semakin lesuh dan hatinya sedikit merasa resah hari ini.
"Haah~ baiklah... Aku akan mencarinya sekarang" gumam Hakyeon bangkit dari kursinya keluar kelas.
Ya, sudah selama 4 hari ini Hakyeon tak melihat Taekwoon di manapun, karena selama 4 hari tersebut Taekwoon tidak masuk ke kelas dan dia tidak memliki keterangan sakit atau apapun itu. Yang artinya Taekwoon menghindari bertemu dengannya.
Oleh karena itu hari ini Hakyeon memberanikan dirinya memcoba mencari Taekwoon sepulang sekolah seperti sekarang ini. Walau sebenarnya hatinya melarang mencari Taekwoon. Tapi, dia memilih mencarinya. Karena dia ingin. Ingin melihat Taekwoon untuk hari ini. Dan karena dia juga tahu kebiasaan Taekwoon yang tidak akan langsung pulang kerumahnya.
Kenapa Hak Yeon tahu? Apakah dia seorang Stalker? Ya, mungkin bisa di katakan begitu, Hakyeon mengetahui semua tentang Taekwoon, dari hal-hal besar sampai hal-hal terkecil sekalipun membuat siapa saja pasti akan mengacungkan jempolnya untuk Hakyeon.
Di carinya Taekwoon dari lapangan basket tempat Taekwoon berlatih bersama teamnya, atap sekolah yang menjadi tempat Taekwoon mendengarkan musik dan ruang musik di mana Taek Woon sering kali memainkan piano yang berada di sana. Namun, semua pencariannya nihil!, Taekwoon tidak ada di tempat-tempat yang di carinya.
"Ahh, Tempat itu!" Gumamnya berlari ke tempat yang di maksudkannya
Sepertinya dia mengingat sesuatu. Tempat terakhir yang belum di kunjunginya adalah taman belakang sekolah, ya, di sana Taekwoon sering tidur sambil bersandar di sebuah pohon yang akhir-akhir ini sangat rindang sekali.
Mengingat tempat itu membuat Hakyeon senang dan senyuman yang sangat manis tercipta di wajahnya.
Tinggal beberapa langkah lagi, dia akan sampai, dari tempatnya saat ini dia dapat melihat 2 siluet yang sangat di kenalinya.
Deg!
Menyadari siapa di sana itu membuat langkah Hakyeon terhentikan dan membuat hatinya berdetak dengan sangat kencang.
Kenapa diri-nya tidak menuruti kata hatinya saja tadi? Jadi, sekarang inilah sesuatu yang menyakitkan yang harus di lihatnya. Dan ini juga adalah jawaban dari rasa resah saat di kelasnya tadi. Dan sekarang semuanya sudah terjawabkan di hadapannya.
.
.
.
.
.
Hakyeon memandang sendu pemandangan di hadapannya ini. Hatinya tidak pernah merasa sesakit ini. Di acuhkan, di jauhi dan di benci oleh orang yang di cintainya itu sudah biasa baginya. Karena baginya rasa sakit itu belum seberapa menyakitkannya di bandingkan dengan rasa sakit di hatinya melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya ini.
Seharusnya dia tidak berada disini, harusnya dia berada di tempat lain, sekali lagi bukan di sini berdiri menyaksikan orang yang di cintainya bercumbu dengan orang lain di depan matanya. Bukan... bukan orang lain... Tapi, orang itu adalah seseorang yang sangat di sayanginya, di percayainya, dan juga sudah di anggapnya sebagai saudara, yaitu salah satu sahabatnya. Sahabat? Apakah seseorang itu masih bisa dianggap sahabat sekarang?.
Dia tidak menyangka sahabat pertamanya bisa menghianatinya sepertinya. Hatinya semakin sakit mengingat semua yang mereka lakukan bersama.
Tak terasa airmata turun dari matanya membasahi pipinya yang sedikit chubby tersebut.
Dia sudah biasa diminta 'menjauh' darinya oleh orang itu. Tapi, dia tidak pernah menyangka bahwa orang itu akan memintanya menjauh dengan cara seperti ini.
Dengan cara menyakiti hatinya dengan sangat tajam dan sangat jelas. Menusuk dan merobeknya membuat sakit di hatinya bertambah cukup banyak dan semakin melebar.
Dengan airmata yang berjatuhan di kedua pipinya tersebut Hakyeon mengambil langkah seribu untuk menjauhi tempat ke dua insan yang sedang bercumbu tersebut. Dia berlari sekuat tenaganya, dengan tangan yang berada di mulutnya bermaksud menyembunyikan isak tangisnya dan sedikit menunduk
Dia terus berlari, berlari dan berlari sejauh mungkin dari sana. Berlari sejauh yang dia bisa. Berlari ke tempat yang jauh dari mereka. Berlari ke tempat yang bisa membuatnya merasa nyaman dan tenang.
Hatinya sakit, sangat sakit, lebih sakit dari pada sebelumnya. Siapa yang tidak sakit ketika melihat adegan tersebut?. Terlebih orang itu adalah namja yang di sukainya sedang bercumburia dengan sahabatnya sendiri.
Hingga tanpa di sadarinya seseorang sedang berjalan berlawanan arah dengannya dan tabrakkan pun tak dapat di hindari.
Bruk!
Hakyeon jatuh terduduk masih dengan tangan menutupi mulutnya tanpa melihat ke arah seseorang yang juga sama-sama terjatuh dengannya.
"Hakyeon hyung?" Panggil Hongbin menatap bingung Hakyeon yang menangis. Merasa namanya di panggil Hakyeon mengangkat wajahnya hingga bisa dengan jelas dia melihat Hongbin di depannya. Begitupulah dengan Hongbin yang bisa dengan jelas melihat airmata berjatuhan di ke dua matanya.
"Binnie-ah... Hiks..." Ucap Hakyeon masih dengan mata berkaca-kaca.
"Uljima Hyung... Ada apa sebenarnya?" Ucap Hongbin mendekap Hakyeon membawanya ke dalam pelukkan yang di yakini-nya, Hakyeon yang saat ini di peluknya sedang membutuhkan sebuah sandaran untuk menangis.
Tidak ada jawaban dari Hak Yeon hanya isakan demi isakan yang semakin lama semakin besarlah yang terdengar.
"Kita kerumahku saja ya, hyung" ucap Hongbin lagi.
Hakyeon yang mendengarnya hanya menggangukkan kepalanya.
^SKIP TIME^
"Aku tidak menyangka Jaehwan hyung bisa menusukmu dari belakang Hyung" Geram Hongbin tertahan, berjalan mondar-mandir
"Ternyata dugaanku tentang sikap Jaehwan hyung akhir-akhir ini benar adanya" gumam Sanghyuk yang duduk memerhatikan wajah Hakyeon, menatapnya sendu.
"Aku tidak percaya Jaehwan hyung bisa seperti itu" Kali ini Wonshik yang berbicara sangat pelan
Hakyeon? Seperti-nya dia tertidur setelah menangis, sangat lama.
Ya, saat ini mereka sedang berada dik amarnya Hongbin sambil mengeluarkan unek-unek mereka setelah Hongbin menceritakan apa yang di dengarnya dari Hakyeon hyung yang mereka sayangi.
Bumonim Hongbin? Seperti-nya sedang tidak berada di rumah saat ini.
Tringlilili~ Tringlilili~
Bunyi sebuah telepon masuk mengalihkan perhatian mereka ke meja belajar Hongbin di mana Benda persegi empat panjang itu berbunyi, dengan cepat Hong Bin mengangkatnya tanpa melihat nama yang tertulis di sana dan juga dia tidak ingin Hakyeon terbangun dari tidur nyenyaknya.
"Yeobeoseoyo?" Jawab Hongbin sambil melangkah keluar dari kamarnya.
"Yak... Anak nakal... Kemana saja kamu belum pulang jam segini!?" Tanya Mrs. Cha sedikit histeris di akhir katanya, membuat Hongbin menjauhkan telepon itu dari telingannya.
"Ano... Cha Ahjumma?" Ucap Hongbin
"Loh? Nak Hongbin? Apakah ahjumma salah tekan nomor yah? Tapi, ini benar kok nomor Hakyeon" tanya Mrs. Cha bingung.
"Ahjumma tidak salah, ini memang nomor Hakyeon hyung, dia sedang berada di rumahku saat ini." Jawab Hongbin sopan
"Ah, begitu, bisakah kau berikan kepadanya ahjumma mau ngomong sama Hakyeon" ucap Mrs. Cha
"Hakyeon hyung sedang tidur Ahjumma, kalau ahjumma mau mengatakan sesuatu, ahjumma bisa katakan langsung sama saya, biar nanti saya sampaikan ke Hakyeon hyung" Ucap Hongbin
"Tidak biar ahjumma saja yang ngomong sama Hakyeon" jawab Mrs. Cha
"Tapi, Hakyeon Hyung sepertinya lagi tidak ingin menemui siapapun saat ini, ahjumma" Ucap Hongbin
Kenapa dia tahu, Hakyeon tidak ingin menemui siapapun? Apakah karena ikatan persahabatan yang kuat? Molla.(Angkat bahu)
"Baiklah, katakan saja padanya. Jangan membuat orangtua khawatir" ucap Mrs. Cha
"Baiklah Ahjumma, akan saya sampaikan" ucap Hongbin
"Hhmm, ahjumma bolehkah Hakyeon hyung menginap di rumahku selama beberapa hari? Ini masalah antar para laki-laki" ucap Hongbin meminta izin sekaligus memberikan alasan pada Mrs. Cha sebelum telepon di tutup.
"Baiklah, dia boleh menginap, jaga anak ahjumma yah Hongbin" jawab Mrs. Cha
"Ne, Ahjumma" jawab Hongbin
Setelahnya telepon di tutup dan Hongbin kembali masuk ke kamarnya.
.
.
.
.
.
.
Setelah beberapa hari menginap dirumah Hongbin dan membolos sekolah hanya untuk memikirkan sesuatu. Hakyeon akhirnya pulang dengan keyakinannya.
"Haah~ apakah ini pilihan yang tepat?" Gumam-nya.
Ya, Hakyeon sedang memantapkan hatinya, karena sepertinya dia sudah menetapkan pilihannya. Walau sebenarnya sangat menyakitkan dan berat. tapi, sekarang dia tidak akan merubahnya. Karena ini adalah pilihannya. Dia yang memilihnya. Jadi, jangan buat dia menganti pilihannya. Cukup sudah dia merasakan sakit di hatinya.
Yah, dia memilih mengikuti orangtua mereka pindah ke jepang.
Hatinya sudah cukup sakit sekarang. Bukan cukup tapi, sangat sakit. Mungkin ini adalah pilihan yang tepat. Biarkan dirinya sedikit terbebas dari apa yang namanya cinta dan sakit hati.
Hakyeon melangkahkank kakinya turun ke ruang keluarga di mana Eomma, Appa dan noona-nya sedang membicarakan sesuatu yang penting.
"Appa... Eomma..." Panggil Hakyeon
Merasa di panggil, seketika aktivitas berbicara mereka terhentikan dan mengalihkan pandangan mereka ke tempat Hakyeon berdiri.
"Ya.. Ada apa sayang?" Tanya sang Eomma berdiri dari duduknya mendekati Hakyeon
"Aku akan ikut dengan kalian.." Ucap Hakyeon menunduk
"Itu bagus... Akan Appa urus passportmu nak. 14 hari lagi, kita akan berangkat" jawab sang Appa, di anggukin oleh Hakyeon
Ke inginan Hakyeon di tanggap baik oleh appanya membuat senyuman tersendiri buat Hakyeon.
"Gomawo Appa" ucap Hakyeon memeluk Appa-nya
"Biar Eomma bantu bereskan pakaianmu nak" Uxap Eomma-nya
"Tidak usah Eomma... Biar aku sendiri saja yang melakukannya" jawab Hakyeon tersenyum kepada Eomma-nya
"Oh, iya, Yeonnie-ah buatlah banyak kenangan manis dengan teman-temanmu yah" saran Noona-nya Cha Ji Woon tersenyum padanya.
"Akan ku usahakan Noona" jawab Hakyeon juga tersenyum ke arah Noona-nya, kemudian melengang pergi dari sana. Memasuki kamarnya dan berjalan kearah balkon kamarnya.
"Aku tidak akan menyesal, ini adalah pilihanku dan sudah menjadi resiko yang harus di terima oleh-ku" gumamnya menatap langit malam yang berhiasan bintang-bintang.
.
.
.
.
.
.
"Gomawo, kepala sekolah" ucap Hakyeon menutup pintunya.
"Huuff..." Hakyeon menghela nafas-nya.
Hari ini Hakyeon sudah menyelesaikan surat-surat yang harus di bawanya. Dan dirinya tinggal menunggu hari keberangkatannya saja, yang tersisa 11 hari lagi.
Hakyeon sedang melangkahkan kakinya sambil menunduk menuju ke tempat para sahabatnya menunggu. Dia terus memikirkan kata-kata apa yang harus di katakannya kepada 3 sahabatnya tersebut.
"Yeonnie hyung..." Panggil Hongbin yang melihat Hakyeon sedang berjalan menunduk menuju kearah mereka.
"Yeonnie hyung palliwa!" Di ikuti teriakkan Sanghyuk yang tidak sabaran
"Hyungie-ah...!" kali ini Wonshik yang berteriak
Seketika Hakyeon langsung mengangkat wajahnya dan alangkah terkejutnya dia melihat Taekwoon sedang berjalan ke arahnya atau lebih tepatnya ke arah lapangan sempak bola yang berada tepat di belakangnya.
'Apakah ini adalah saatnya?' batin Hakyeon
Setelah bertanya di dalam hatinya Hakyeon kembali melangkah kakinya yang sempat berhenti ke arah Hongbin, Wonshik dan Sanghyuk yang memanggilnya tidak jauh dari tempat Taekwoon berjalan tadi.
Mereka terus melangkah hingga langkah kaki mereka membuat mereka berpas-pasan
"Aku tidak akan muncul di hadapanmu mulai sekarang. Kalaupun kita bertemu lagi, anggap saja kita tidak saling mengenal" ucap Hakyeon cepat bermaksud berlari menjauhinya secepatnya namun langkah kembali berhenti ketika mendengar sebuah pertanyaan muncul dari mulut Taekwoon.
"Apa maksudmu?" Tanya Taekwoon yang sempat menghentikan langkahnya mendengar ucapan Hakyeon. Sekarang posisi mereka terlihat saling membelakangi satu sama lain.
"Aku tidak akan mengatakannya lagi, intinya aku akan mengembalikan hari-harimu yang tenang tersebut tanpa harus merasa terngangu oleh ke hadiranku lagi."
Setelah mengatakannya Hakyeon langsung berlari ketempat Hongbin, Wonshik dan Sanghyuk yang sedang menunggu-nya.
"Yak! Hyungie kau lama sekali..." Kesal Sanghyuk memukul pundaknya pelan
"Haha.. Mianhaeyo Ne?" Ucap Hakyeon yang tertawa sambil tersenyum di ikuti yang lainnya.
Hakyeon bercandaria dengan mereka. Meninggalkan Taekwoon yang terdiam cukup lama di sana. Berpikir tentang kata-kata yang Hakyeon ucapkan. Hingga suara Hakyeon dkk menghilang dari pendengarannya.
.
.
.
.
.
.
Di sebuah kafe, terlihat dua orang namja sedang duduk di tempatnya masing-masing sambil berhadapan. Namun, sepertinya seseorang di depan namja mancung sedang melamun.
Dia adalah Jung Taekwoon dan yang duduk di hadapannya adalah Lee Jaehwan. Kekasih-nya.
Taekwoon saat ini sedang melamun, mengingat-ingat perkataan Hakyeon membuat hati Taekwoon merasakan sesak di hatinya dan debaran di dadanya terasa tidak menentu.
Ada apa dengannya? Apakah dirinya mempunyai penyakit jantung?.
Sudah 30 menit lama-nya Taekwoon mengabaikan seseorang di depan. Seseorang yang sudah menjadi pacarnya seminggu terakhir ini.
"Hyung... Kau kenapa?" Tanya Jaehwan.
Pertanyaan Jaehwan seketika membuyarkan lamunan Taekwoon.
"Tidak... Hyung, baik-baik saja" jawab Taekwoon.
"Hyung tahu?" Tanya Jaehwan
"Tidak" jawab Taekwoon singkat
"Di balik kata 'baik-baik saja' terkandung kata 'tidak sedang baik-baik saja' hyung" ucap Jaehwan membuat Taekwoon terdiam karenanya.
Namun, sedetik kemudian dia menyeruput kopi yang sudah di pesannya tersebut.
'Ngapain aku memikirkannya? Palingan besok dia akan mengganguku lagi,' batinnya.
"Hyung, benar tidak apa-apa Hwannie-ah" ucap Taekwoon memanggilnya dengan nama kecilnya membuat Jaehwan tersipu malu dan menampilkan senyuman malu-malunya.
Sejak kapan Taekwoon bisa membuat seseorang tersipu malu?. Tidak tahu. Hanya dia dan Tuhan yang tahu.
.
.
.
.
.
.
Sejak hari itu, hari-hari Taekwoon terasa hening dan tenang. Tidak ada lagi yang menggangunya, meneriakkan namanya ataupun memberinya semangat seperti saat dulu.
Entah kenapa setiap kali dia berlatih, dia merasakan ke kosongan yang dalam di hatinya. Seperti sesuatu yang seharusnya berada di sana telah menghilang entah kemana. Mengabaikan seseorang yang berdiri memerhatikannya dari kejauhan.
"Hyung..." Gumamnya menunduk sedih.
Sesekali Taekwoon melirik tempat yang sering seseorang tersebut duduki, mencari seseorang yang sudah membuat hatinya terasa hampa dan sunyi.
Ya, dia mencari Hakyeon, seseorang yang sudah memecahkan kosentrasinya lima hari terakhir dan dia merasa tak nyaman dengan ini semua.
Hakyeon tak datang, hingga jam terakhir latihanpun, batang hidung Hakyeon tak terlihat. Ya, dia menepati kata-kata yang di ucapkannya bukan?.
'Aku akan mengembalikan hari-harimu yang tenang tersebut'
Mengingat sebaris kata tersebut, membuat Taekwoon mengepalkan tangannya. Nafasnya memburuh menahan amarah, Marah eoh? Kenapa harus marah? Bukankah ini yang di inginkannya? Sekarang semua itu sudah terwujukan kah eoh?.
"Arrggaaahh..." Teriak Taekwoon frustasi
Ya, Dia akan menemui Hakyeon besok. Batinnya.
.
.
.
.
.
.
Saat ini Hakyeon sedang berada di sebuah kafe bersama ke tiga sahabatnya.
Hening di antara mereka membuat suasana di sana menjadi dingin juga di tambah dengan udara yang dingin membuat suasana yang dingin semakin menjadi dingin.
"Hyung, ingin membicarakan apa?" Tanya Sanghyuk setelah terdiam cukup lama.
"Ya, Hyung ingin mengatakan apa?" Tanya Hongbin
"Hmm... Begini... Hyung, akan pergi jauh ke..." ucap Hakyeon akhirnya mengatakan sesuatu yang tertahan di tenggorokannya selama seminggu tersebut.
"Maksud-nya hyung, hyung akan meninggalkan kami begitu?" Tanya Wonshik memotong ucapan Hakyeon
"Ya, ketempat yang sangat jauh." Jawab Hakyeon menunduk sedih.
Akhirnya dia mengatakannya.
"Kemana? Kapan?" Tanya Sanghyuk Syok.
Tentu saja Sanghyuk syok. siapa yang tidak syok ketika mengetahui hyung tersayangnya akan pergi meninggalkan mereka?.
"Jepang, seminggu lagi." Jawab Hakyeon menutup matanya sambil menelan ludah, siap menerima ke marahan mereka.
Kreett (suara kursi)
Grap
Namun, yang di rasakannya bukanlah ke marahan melainkan sebuah pelukkan hangat. Syukurlah dia mempunyai sahabat yang sangat pengetian seperti mereka.
"Kita akan bertemu kembali kan Hakyeon hyung?" Tanya Wonshik
"Ya, kita akan bertemu lagi, beberapa tahun ke depan" jawab Hakyeon.
"Kami akan mengantarmu Hyung" Ucap Sanghyuk tiba-tiba
"Tidak usah, nanti kalian ke tinggalan pelajaran." jawab Hakyeon masih di tengah-tengah pelukkan mereka
"Tidak, kami tetap akan mengantarmu hyung" ucap Hongbin.
"Baiklah, asal kalian janji tidak mengatakannya pada siapapun." ucap Hakyeon
Satu persatu mereka melepaskan pelukkan tersebut.
"Ya" jawab mereka berbarengan.
.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya~
Terlihat seorang namja yang kita ketahui sebagai Taekwoon sedang berjalan cepat menuju kelasnya.
Graakk (bunyi pintu dibuka)
Kelasnya masih sunyi senyap begitu pula dengan kelas yang lain. Tentu saja ini baru jam 06.45 pagi sedangkan jam belajar mereka mulai jam 8.10 pagi.
Langkah kakinya terhenti ketika sang mata menangkap sebuah siluet yang tak asing di matanya sedang melamun menatap keluar sekolah.
Entah kenapa Hakyeon terlihat bersinar... indah dan mengangumkan. Apakah matanya sedang sakit? Atau itu hanya perasaannya saja.
Namun, lamunannya tentang Hakyeon terbuyarkan saat pendengarannya menangkap suara kursi yang di dorong ke belakang, menandakan seseorang yang duduk di sana sadar bahwa ada orang lain di sana.
Deg!
Hakyeon berjalan melewati Taekwoon seakan dia tidak melihat seseorang berada dan berdiri di sana.
Grab
"Hakyeon" ucap Taekwoon sambil mengengam tangannya erat membuat Hakyeon meringis.
"Lepaskan Taekwoon-ssi, kau menyakiti tanganku" ucap Hakyeon balas menatap Taekwoon dengan pandangan tersakiti.
Deg!
Mendengar ucapan Hakyeon dengan embel-embel 'ssi' membuat udara di sekitarnya berhenti termasuk darah-darah di tubuhnya juga seakan berhenti bekerja.
"M-mian" Ucap Taekwoon melepaskan tangannya. Membiarkan Hakyeon pergi.
Kenapa hatinya terasa sakit saat Hakyeon memanggilnya dengan embel-embel 'ssi'? Pasti ada yang salah dengan dirinya.
Namun, hatinya terasa lebih tercubit saat Hakyeon menampilkan kesan sakit saat dirinya mengengam erat tangannya.
Ada apa dengan dirinya? Seperti ada sesuatu yang bergejolak pada dirinya namun di saat bersamaan juga menyakitkan hatinya.
"Apakah seperti ini rasanya di abaikan dan tersakiti?" Gumamnya memengang dada kirinya, sambil memerhatikan pintu yang di lewati Hakyeon.
Tanpa di sadari olehnya seseorang yang di ketahui sebagai kekasihnya melihat semuanya dari pintu yang berbeda.
.
.
.
.
.
.
Pagi yang cerah, yang di penuhi dengan canda tawa dan ke usilan kini terus berputar. Namun, setiap paginya selama lima hari terakhir tersebut sesuatu yang aneh sedang terjadi.
Tap Tap Tap Tap Tap
Tap Tap Tap Tap Tap Tap
Kalau biasanya Hakyeon yang sering kelihatan mengejar Taekwoon namun, sekarang adalah ke balikkannya.
Membuat semua siswa yang berada di sana terheran-heran melihatnya. Termaksud seorang namja yang kita ketahui sebagai kekasihnya memandang sendu pemandangan tersebut.
"Hyung..." Ucapnya lirih
Memang terlihat seperti itu tapi, ke benarannya adalah Hakyeon yang berusaha menghindari Taekwoon kini harus terusik dengan Taekwoon yang mengejarnya dan mengikutinya kemana pun dia pergi.
'Kenapa sekarang ke balikkannya?' Batin semua siswa dan siswi di sana. Pemandangan yang aneh? Ya, itulah yang mereka rasakan. Malah sangat aneh menurut mereka.
"Hell... Sepertinya Taekwoon hyung sekarang tidak punya pekerjaan." ucap Sanghyuk sarkastik melihat pemandangan tersebut.
"Sepertinya begitu... Kenapa tidak dia urusin saja kekasihnya itu." Ucap Hongbin menimpali.
"Dan karena dirinya kita tidak bisa berkumpul bersama Yeonnie hyung" ucap Sanghyuk lagi.
"Ya, benar" balas Hongbin.
Ucapan mereka hanya di anggukin oleh Wonshik yang sedang menutup matanya mencoba kembali tidur.
.
.
.
.
.
.
Hakyeon kesal
Sangat kesal dengan sikap Taekwoon selama 5 hari ini, bukankah dirinya sudah menepati janjinya untuk tidak hadir di ke hidupan Taekwoon. Tapi, kenapa justru Taekwoon yang tiba-tiba saja selalu muncul di manapun Hakyeon berada? Apa maksudnya ini?.
Apakah Taekwoon ingin mengoyahkan keputusannya?. Hell No!, kalaupun dunia sudah terbalik seperti sekarang ini. Hakyeon tidak akan menganti keputusannya. Untuk kembali jatuh kepada Taekwoon untuk yang kedua kalinya.
Namun, dia senang besok dia tidak akan masuk sekolah dan tidak akan bertemu Taekwoon lagi. Tapi, hatinya sedikit perih karena harus meninggalkan kampung halamannya dan tinggal di negeri orang.
Hakyeon menatap 2 kardus yang ada di kamarnya yang sudah di segel kemudian menghela nafasnya.
Dia akan meninggalkan Wonshik si Sleeping King, Hongbin si Prince Charming, Sanghyuk si Maknae Evil, dan ... Jaehwan sahabat ahjummanya.
Mengingat mereka saja sudah hampir mengoyahkan ke putusan Hakyeon. Namun, dirinya sudah memilih untuk pergi untuk menata hatinya kembali dan melupakan seorang Jung Taekwoon si cinta pertamanya.
Di ambilnya sebuah kardus berukuran sedang dan berjalan menuju tempat foto-foto mereka di pajang. Hakyeon mengambilnya satu persatu foto yang terpajang sambil mengingat setiap langkah yang mereka lalu bersama, mengelusnya setelahnya Hakyeon menaruh foto-foto tersebut di dalam kardus. memasukinya hati-hati agar tidak pecah.
Setelah memasuki semua frame foto-nya. Tiba-tiba saja matanya menangkap sebuah album. Di album tersebut tertulis nama 'Jung Taekwoon'
Di bukannya satu persatu album tersebut. Namun, tidak lama, kembali dia tutup dan menaruhnya kembali ke dalam lemary.
Hakyeon tidak ingin mengingatnya. Ia pergi untuk menata hatinya bukan untuk mengingat cinta pertamanya.
Dengan pemikiran seperti itu, Hakyeon kembali mengemasi barang-barangnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ting~ Tong~
Jam pelajaran yang membosankan sudah selesai, jam istrahat pun akhirnya datang membuat semua atau sebagian dari siswa dan siswi di sana keluar mencari makanan untuk memenuhi perut mereka yang minta di isi.
Dengan gerakan yang malas Taekwoon merapikan bukunya dan memasukkannya ke dalam kolong mejanya.
Berdiri dari duduknya dan, di putar balikkan sedikit kepalanya melihat ke tempat Hakyeon biasanya duduk. Namun, yang di dapatinya hanyalah kursi yang kosong.
Hari ini dirinya kembali merasakan yang namanya kekosongan. Entah apa maksud dari perasaan tersebut. Taekwoon tidak tahu. Lamunannya terbuyar oleh suara yang sangat familiar dengannya.
"Hyung-ah... Ayo ke kantin" ajak Jaehwan.
Taekwoon mengiyakannya hanya dengan menganggukkan kepalanya, tanda ia setuju.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jam 06.00 AM
Hakyeon terbangun dari tidurnya, bergegas bangun dari tidurnya, setelahnya dia mandi dan berpakaian rapi.
Pagi ini.. Dia ingin melakukan kunjungan terakhir ke sekolahnya sebelum dia berangkat Pukul 10.00 siang nanti.
Waktunya masih banyak dan dia tidak ingin membuang waktu untuk duduk di rumahnya saja.
Oleh karena itu dia ingin melakukan sedikit kunjungan saja.
Hanya untuk kenangan-kenangan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Perjalanan menuju STARLIGHT HIGH SCHOOL hanyalah 15 menit dari rumahnya. Berjalan kaki mungkin akan memakan waktu lebih lama oleh karena itu dia memakai mobilnya untuk ke sekolah hari ini.
Hakyeon memperhatikan setiap jengkal bagian sekolah tersebut sebelum kakinya membawanya memasuki ruangan kelas di mana ia tempati.
Berjalan menuju mejanya, memperhatikannya sebentar kemudian berjalan menuju meja Taekwoon, dia mengelusnya sebentar sebelum menaruh sebuah surat di bawah kolong pojokkan mejanya dan tersenyum kecil.
Keluar dari sana Hakyeon berjalan ke kelas Jaehwan. Sama seperti dirinya, Jaehwan duduk di kursi pojok kelas.
Dia hanyta memperhatikannya sebentar kemudian tangannya terulur untuk memasukkan surat yang sudah di persiapkannya sebelum hari ini tiba.
Setelahnya Hakyeon melangkah keluar dari sana. Berjalan menikmati semilir angin yang berhembus di koridor hingga langkah kakinya membawanya ke tempat di mana sebuah pohon rindang berdiri.
Pohon yang menjadi saksi bisu cerita cinta dan sakit hatinya.
Pohon yang akan mengingatkannya akan rasa cinta tersebut dan juga sakit hatinya.
'Ah... Sudah. Lupakan. Aku ke sini bukan untuk mengingat masa-masa itu..' Batin Hakyeon.
Di dekatinya pohon tersebut dan menyentuh sebuah ukiran nama yang di buatnya setahun yang lalu. Dia tersenyum kecut.
'Cha Hakyeon Love Jung Taekwoon Forever'
Membacanya kembali... Membuat Hakyeon ingin lari saat itu juga. Haha... Rasanya Hakyeon ingin sekali saja menertawakan nasib cinta tersebut.
"Annyyeeongg... Selamat tinggal, My First love. Jung Taekwoon" ucapnya mengelus ukiran nama yang di buatnya tersebut.
Ucapannya pada pohon tersebut. Seakan-akan setiap helaian daun pohon tersebut bisa menyampaikan apa yang di ucapkannya di sana.
Hakyeon kembali tersenyum miris saat harus kembali mengenang.. kenangan yang sering ada di sana..
"Dah..." Ucapnya kemudian melangkah menjauh dari sana.
Dia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa hari ini adalah terakhir kalinya dia mengingat kisah cinta yang menyakitkan tersebut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jam 07.20 AM Hakyeon sampai di rumahnya. Bergegas ke kamarnya dan mempersiapkan semua yang harus di bawahnya.
Sekitar setengah jam lamanya, dia bergulat dengan baju yang harus di masukkan dan yang harus di pakainya.
Hingga bunyi bel rumah mereka berbunyi. Jam 07.50 AM ke tiga sahabatnya datang ke rumah.
Masih ada satu jam untuk mengandarai mobil menuju bandara dan satu jamnya lagi untuk pemberitahuan check in-nya. Dan sisa adalah waktu bersiap-siap untuk mereka memasuki pesawat.
"Hyung... Kami datang" ucap Sanghyuk memeluk Hakyeon.
"Apakah kalian sudah bersiap-siap untuk perjalanan ke bandara?" Tanya Wonshik
"Kukira sudah semua" jawab Hakyeon saat melihat noonanya memasuki mobil begitu pula dengan appa dan eommanya.
"Yeon-ah... Ayo cepat.." Panggil noonanya.
"Baik, noona... Aku akan berangkat dengan mereka" jawab Hakyeon
"Baiklah... Jangan sampai tertinggal yah" ucap noona-nya.
"Iya... Ayo, kita jalan" ucap Hakyeon kepada mereka.
Mereka berempat memasuki mobil yang di bawa oleh Hongbin. Hakyeon duduk di depan di samping Hongbin sedangkan Sanghyuk dan Wonshik duduk di bagian penumpangnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Taekwoon menatap sedih meja Hakyeon yang tampak kosong dan tak berpenghuni (sama saja).
Mungkin Hakyeon terlambat. Pikir Taekwoon
dia memperhatikan jamnya yang sudah menunjukkan waktu 08.36 dan juga pelajaran sudah berlangsung cukup lama.
Apakah dirinya sudah terlalu menganggu Hakyeon hingga Hakyeon tak masuk sekolah 2 hari ini?.
Taekwoon merasa sesuatu di hatinya berdetak tak menentu, membuatnya bingung, hatinya seakan memberitahukan bahwa seseorang yang sudah menjadi objek nganguannya beberapa hari yang lalu akan pergi jauh darinya.
Semenjak beberapa hari yang lalu... Setiap kali dia memikirkan Hakyeon, jantungnya berdetak sangat keras dan berirama..
Dan detak jantung itu akan semakin keras berdetak saat dirinya melihat Hakyeon tersenyum maupun memikirkan Hakyeon dan dia menyukai irama detak jantungnya tersebut.
Entahlah dia tidak tahu pasti perasaan apa ini. Namun, semakin lama dia berpikir antara jantung yang berdetak setiap kali melihat Hakyeon tersenyum maupun memikirkannya membuatnya menyimpulkan satu jawaban.
Cinta..
Apakah dirinya mencintai Hakyeon?.
Dia tak tahu... Yang dia tahu.. Detak jantung itu membuatnya berpikir seperti itu.
Atau mungkin dia memang sudah menyukai Hakyeon.
Tidak terasa jam pelajaran berjalan sangat cepat dan sekarang sudah pukul 09.15 menit.
Aduh, saking asiknya melamun, Taekwoon jadi tak memperhatikan pelajaran dan ini semua karena Hakyeon.
Aish... Nyalahin Hakyeon, padahal itukan salahnya sendiri melamun.
Pelajaran hari ini sangat membosan tampa Hakyeon di sini. Batin Taekwoon.
Tangannya terulur untuk memasukkan buku pelajaran karena pelajaran selanjutnya adalah olahraga yang berarti mereka harus melakukan pemanasan di luar.
Srek.
Sebuah surat terjatuh dari mejanya. Dari siapa?. Batin Taekwoon saat tak melihat nama pengirimnya.
Di bukanya surat tersebut dan membacanya.
To :
Taekwoon
Hai... Mian sudah menganggu hari-harimu 2 atau 3 tahun terakhir yah? Ah, sudah lupa.
Aku hanya ingin meminta ma'af dan ku harap kau mau mema'afkanku.
Seperti yang ku katakan padamu 2 minggu yang lalu.
Aku akan mengembalikan hari-harimu yang tenang, jadi kau tak usah khawatir lagi, jika aku berada di sekelilingmu... Karena aku tak akan pernah kau lihat lagi di StarLight High School.
Dan kuharap hari-harimu akan lebih berwarna bersama dengan Jaehwan.
And... The last words I'm want to say to u... Saranghae...
Kata-kata yang tak pernah bisa terucap kini aku bisa mngucapkannya di sini.
Dan tolong abaikan saja ini karena aku tahu, kau tak akan pernah bisa mencintaiku.
Teruslah tersenyum seperti itu. Karena kau terlihat tampan saat tersenyum.
Mian, karena sudah menganggu hari-harimu yang tenang tersebut.
Selamat tinggal.
From :
Hakyeon
Taekwoon meremas surat yang di temukannya tersebut.
Tiba-tiba saja dia berlari keluar kelasnya. Begitu pula dengan Jaehwan yang tiba-tiba saja keluar dari kelasnya yang sedang melangsungkan pelajaran sejarah.
Mereka berpas-pasan dan sepertinya mereka memiliki pemikiran yang sama. Mereka harus bisa menemui Wonshik, Hongbin atau Sanghyuk untuk menjelaskan maksud dari surat yang mereka terima.
Namun, seakan keberuntungan tak berpihak ke arah mereka ke tiga orang yang di cari tak masuk sekolah karena izin keluarga.
Tunggu... Sejak kapan keluarga mereka bisa sama-sama melangsungkan acara? Atau jangan-jangan mereka...
"Bandara" ucap mereka bersamaan.
Dengan berlari mereka sampai di parkiran sekolah dan segera saja Taekwoon menyalahkan motornya dan di belakangnya terdapat Jaehwan.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.28 yang artinya mungkin atau tidak mereka akan sampai di sana jam 10.13 menit karena perjalanan dari sekolah ke bandara memakan waktu 45 menit.
Jaehwan di belakangnya mengecek pemberangkatan yang di lakukan pagi ini.
"Hyung... Pesawat menuju jepang berangkat jam 09.55" teriak Jaehwan
Mendengarnya Taekwoon mempercepat laju motornya tersebut. Mungkinkah mereka dapat sampai di bandara sebelum jam 09.55 terlewatkan?
"Uuaaahhh... Hyungg... Pelan-pelan!" teriak Jaehwan kaget.
"Tidak bisa... Jika aku memperlambatnya, kita akan terlambat sampai di sana" ucap Taekwoon.
Untuk pertama kalinya Jaehwan mendengar seorang Jung Taekwoon berbicara panjang seperti...
ini semua karena Hakyeon hyung. Pikirnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jam 08. 55 AM mereka semua sampai di sana.
Hakyeon menurunkan koper dan juga tas ranselnya dari mobil begitu juga dengan eomma, appa dan noonanya.
Berjalan memasuki bandara di ikuti oleh Wonshik, Hongbin, dan Sanghyuk di belakangnya.
Appa dan Eommanya menuju ke arah resepsionis bandara tersebut untuk mengkomfirmasikan tiket mereka.
Sedangkan Hakyeon, noonanya, Wonshik, Hongbin dan Sanghyuk memutuskan mencari tempat duduk sebelum Hakyeon sekeluarga berangkat.
"Tak terasa.. Hyung sebentar lagi akan pergi" ucap Sanghyuk tiba-tiba menghentikan keheningan yang terjadi di antara mereka.
"Jangan lupakan kami hyung..." Ucap Hongbin.
"Kita akan bertemu lagi kan hyung?" Tanya Wonshik memastikannya.
"Ya, memang tak terasa jika waktu yang kita lalu bersama akan berjalan secepat ini... Aku tidak akan pernah melupakan kalian.. Kalian adalah sahabat yang sangat aku sayangi dan hanya kupunya di sini... Benar yang di katakan Wonshik... Kita akan bertemu lagi beberapa tahun ke depan entah itu tahun depan, 5 tahun ke depan atau bahkan 10 ke depan aku tidak akan melupakan kalian dan kita akan bertemu lagi bagaimanapun kondisi kita saat itu tiba." jawab Hakyeon mencoba mengurangi kesedihan mereka.
Noonanya yang berada di samping Hakyeon mendengarnya. Mendengar semua perkataan Hakyeon yang menurutnya sangat betul dan tepat di katakan di saat seperti ini..
'Ternyata nae namdongsaeng sudah mulai dewasa' batin noonanya tersenyum
"Hyung... Hiks... Aku tak akan melupakanmu hiks..." Ucap Sanghyuk mulai terisak.
"Hey... Kenapa harus menangis... Kita masih bisa berteleponan bukan? Jarak bukanlah apa-apa Hyukkie-ah." Ucap Hakyeon memeluk Sanghyuk di sampingnya.
"Kau harus menelepon kami jika kau sudah sampai di sana hyung..." Ucap Wonshik
"Baiklah... Aku akan menelepon kalian." ucap Hakyeon melepaskan pelukkannya pada Sanghyuk dan memeluk Wonshik
" Hyung... " Panggil Hongbin
"Aku akan sangat merindukanmu..." Ucap Hongbin menunduk
"Tentu... Aku juga akan sangat merindukanmu.." Jawab Hakyeon melepaskan pelukkannya pada Wonshik dan memeluk Hongbin
Kami juga pasti akan sangat merindukanmu.. Hyung" ucap Sanghyuk dan Wonshik memeluk Hakyeon juga dengan Hongbin
Sehingga terbentuk 'Grup Hug' tersebut.
"Hakyeon... Kita harus pergi." Ucap eommanya.
Mendengar ucapan eomma-nya membuat mereka melepaskan pelukkannya.
"Baiklah, sekarang aku harus pergi, jaga diri kalian baik-baik yah..." ucap Hakyeon mengambil tasnya.
"Ya, hyung... Jangan lupa mengabari kami" ucap Hongbin.
"Ya... Dah..." Jawab Hakyeon melambaikan tangannya. Tanpa di sadarinya air matanya jatuh di pipinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Motornya terus melaju dengan kecepatan di atas rata-rata tanpa ada kesalahan atau terluka seperti seorang profesional balapan motor begitulah Taekwoon membawa motornya.
Jam 09.53 menit mereka sampai di bandara, setelah memarkirkan motor, mereka berlari memasuki bandara tersebut tanpa memperdulikan tatapan orang-orang ke arah mereka yang masih mengunakan baju sekolah.
Tepat jam 09.55 mereka mendengar sebuah pesawat sudah di terbangkan dan saat itu juga Taekwoon dan Jaehwan melihat ke tiga orang yang mereka cari tadi.
"Di mana Hakyeon?" tanya Taekwoon.
"Dia sudah pergi.." Jawab Sanghyuk tak suka melihat Taekwoon di depan mereka bersama dengan Jaehwan.
"Tidak mungkin..." Gumamnya merosot ke bawah dan Jaehwan di belakangnya mencoba menenangkan dirinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Selamat tinggal, my first love, Jung Taekwoon." batin Hakyeon sambil memejamkan matanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
ENDING!.
Ah, sebenarnya ini cerita sudah lama pengen di publish... Tapi, endingnya bikin bingung... Kkkk... Jadilah sekarang baru di publish dan endingnya seperti itu.
Rina Eon & Yeonnie eon... Ini sudah di publishin... Mian memakan waktu lama.
~Key~
