A/N : Kyaaaa! Fanfic keduaku di fandom naruto. Ya ampun… setelah hiatus yang gak terlalu lama karena sibuk ngurusi UN –dan semoga aku bisa lulus dengan nilai bagus ^^ *amin*, aku agak canggung megang keyboard laptop buat ngetik cerita. Aku harap corat caretku kali ini gak jelek dan banyak yang suka *ngarep* dan maaf klo ini tambah abal dari fanficku yang sblumnya. Ini mungkin mau tek jadiin twoshoot *amin* karena aku males panjang2 takut gak bsa namatin kayak fanfic2ku yang lain. Udah deh aku stop sesi curcolnya. Langsung ke story….

.

.

.

.

Warning : Abal, Typo(s), OOC, Canon, gaje

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : SasuSaku slight NejiSaku

.

.

.

.

.

HAPPY READING^^

.

.

.


Kedua tangan Sasuke mengepal dengan keras, matanya menerawang tak jelas, napasnya memburu –dilihat dari kondisi tersebut, sudah jelas Sasuke sedang dalam kondisi yang tidak baik. Di depannya, terlihatlah seorang kunoichi berambut –yang tidak umum –berwarna merah jambu tengah menunduk sembari terisak. Haruno Sakura –sang kunoichi –tak tahan untuk tidak mengeluarkan air matanya yang sebenarnya sudah ia tahan sejak tadi berada di rumah. Dia angkat sebelah tangannya untuk mengusap air matanya yang sudah meleleh sampai membasahi kedua belah pipi mulusnya. Dengan keberanian yang telah ia kumpulkan sedari tadi, ia coba mendongakkan kepalanya menatap pemuda tampan beriris onyx tersebut. Sesungguhnya Sakura masih tak sanggup memandang wajah kecewanya, tapi jika ia terus saja menunduk dan menangis, itu tidak akan menyelesaikan masalah.

"Maaf Sasuke –aku tidak bermaksud –" ucapan Sakura terhenti kala air matanya ingin memberontak keluar sekali lagi. Untuk menahan suara isakannya, ia menutup mulutnya untuk menahan suara tersebut.

"Tak bisakah ini berlanjut?" ucap Sasuke dingin. Namun tersirat ada nada getir di dalamnya.

Sakura menggeleng, membuat lelehan air matanya jatuh ke tanah. Malam yang semakin dingin pun menambah kesan sedih. Tak ada kehangatan, tak ada kasih sayang –benarkah tak ada kasih sayang lagi?

"Sasuke… mengertilah, kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi…."

Menghela napas berat, Sasuke kini mencoba mengatur emosinya. Betapa ia sangat kecewa padanya –Sakura –sosok yang membuat ia berkeinginan untuk kembali ke Konoha telah membuat hatinya remuk. Seorang Uchiha Sasuke belum pernah merasakan sakit pada hatinya oleh seorang wanita. Yah. Hanya Sakura yang mampu melakukannya…setelah ia berucap dengan bibir merah mudanya bahwa ia ingin mengakhiri hubungan yang sudah terjalin selama hampir dua tahun. Bukankah hubungan ini –sebagai sepasang kekasih –yang sangat diinginkan oleh gadis Haruno itu? Namun kenapa ia mengakhirinya? Jujur, Sasuke sangat kaget dengan pernyataan yang barusan Sakura lontarkan. Bukannya menyembuhkan luka-lukanya setelah pulang dari misi seperti biasanya, tapi Sakura tiba-tiba ingin menemuinya di tempat latihan tim 7 dulu di malam-malam seperti ini –bahkan ia belum sempat mengganti seragam ANBU nya. Yah. Setelah Sasuke pulang ke Konoha ia memutuskan untuk masuk ke pasukan elit ninja Konoha –ANBU. Dan apa? Setelah bertemu, Sakura hanya ingin mengatakan hal yang tidak sasuke duga dan membuatnya sangat emosi.

"Kau bilang, mengerti?" Sasuke mendecih dan tersenyum getir. Kemudian ia melanjutkan perkataannya. "Apa alasanmu mengakhiri ini semua?"

"Kedua orang tuaku…" Sakura kembali membekap mulutnya. Ia kini tidak kuat lagi untuk menjelaskan pada kekasihnya itu. " –aku harus pergi Sasuke."

Sakura berbalik memunggungi Sasuke yang masih memandang nanar punggung kekasihnya –oh..mungkin sekarang berstatus sebagai mantan kekasih.

Sakura mengusap kembali lelehan air matanya sebelum ia meloncat dari atap kea tap untuk pulang menuju rumahnya, menenangkan diri dan melupakan semua yang telah terjadi barusan.

"SAKURA!"

Teriakan sasuke tak Sakura gubris sama sekali, ia tetap berlari menjauh dari Sasuke yang kini menyusul di belakangnya. Maka, Sakura menambah kecepatannya agar Sasuke tidak bisa menangkapnya. Dan pada akhirnya ia telah sampai di rumah minimalisnya.

Sasuke ingin menangkap pergelangan tangan Sakura yang hendak masuk ke rumahnya, namun gagal. Ia kalah cepat dengan Sakura yang sudah terlebih dulu masuk dan menutup pintunya.

Sasuke menghela napas, dengan amat-sangat ragu, ia mengangkat sebelah tangannya untuk mengetuk pintu coklat tersebut.

Tok! Tok! Tok!

Tak ada jawaban, dalam hati Sasuke sangat berharap Sakura akan membukakan pintu untuknya –yah meskipun Sasuke baru pertama kali ini berkunjung ke kediaman keluarga Haruno ini. Meski nanti ada suasana canggung –jika ia bisa masuk –tapi yang terpenting, ia bisa menemui Sakura-nya.

KRIEETT

Perasaan lega yang keluar dari hati sang Uchiha bungsu ketika melihat pintu itu berderit terbuka. Namun detik itu pula Sasuke merasa kecewa manakala sosok laki-laki berkumis dengan rambut merah muda pucat yang memakai kimono sederhana yang keluar –ayah Sakura –yaitu kizashi Haruno.

"Ada apa malam-malam kau kesini Uchiha?"

Mencoba tenang, Sasuke dengan nada seperti biasa menjawab, "Aku ingin bertemu Sakura."

Sang kepala keluarga Haruno itu mengernyitkan alisnya, tidak sopan sekali anak Uchiha itu saat berhadapan dengan orang tua –pikir Kizashi.

"Dengar Uchiha, aku tahu kau dan putriku telah menjalin hubungan. Tapi aku sedikit tidak setuju akan hal itu."

Hati Sasuke mencelos.

"Kau bilang, mengerti?" Sasuke mendecih dan tersenyum getir. Kemudian ia melanjutkan perkataannya. "Apa alasanmu mengakhiri ini semua?"

"Kedua orang tuaku…"

Sasuke masih sangat ingat kata yang tadi Sakura katakan padanya. Benarkah? Benarkah Sakura ingin mengakhiri semua ini karena orang tuanya tidak setuju akan hal ini?

"Tapi kami sudah lama menjalani ini Ji-san. Aku tidak bisa mengakhiri semua ini."

"Tentu bisa! Sakura akan aku jodohkan dengan laki-laki yang lebih berperangai lebih baik dari dirimu. Kau tahu kan Neji Hyuga? Dia lebih cocok dengan Sakura. Keluarganya sudah tentu jelas, semua orang menghormatinya."

Neji….

Sasuke mengepalkan kedua tangannya dengan kuat saat mendengar nama yang sangat membuatnya naik pitam.

Kenapa selalu orang itu yang membuat dirinya merasa kalah?

Dia bisa merebut posisinya saat pemilihan ketua ANBU, tapi untuk Sakura… Sasuke tak akan mengalah.

"Dan…tentu saja Neji bukan seorang mantan nuke-nin seperti dirimu."

Sasuke memejamkan matanya. Ternyata tidak semua warga Konoha masih menerimanya. Padahal dia sudah hampir empat tahun kembali ke konoha. Bahkan ayah dari gadis yang entah bagaimana telah merebut hati sasuke. Ya…Sasuke sangat mencintai Sakura.

"Aku memang mantan nuke-nin. Namun aku kini sudah berubah. Aku kini sudah banyak mengabdi pada desa ini."

"Apapun alasanmu, aku masih tidak setuju kau dekat-dekat dengan putriku. Bisa saja kau kembali mengkhianati Desa ini lagi, eh? Lebih baik kau pergi." Ucap kizashi seraya menutup pintu tersebut.

Namun Sasuke masih bersikeras, ia ingin menemui sakura sekarang ini dan mempercayakan ayah Sakura pada dirinya, bahwa kini ia telah berubah. " –Oji-san tunggu aku ingin –"

Kizashi menghentika gerakan tangannya yang akan menutup pintu tersebut, ia memandang Sasuke "Dengar Uchiha, jika kau mencintai Sakura, tentu kau akan membiarkannya bahagia."

"Oji-san?"

Kizashi maupun Sasuke langsung menolehkan kepalanya keasal suara itu. Sasuke kembali mengepalkan kedua tangannya saat melihat orang yang sangat ia tidak harapkan kedatangannya.

"Ah, Neji-san."

Neji berjalan mendekat kearah mereka, Sasuke memandangnya dengan tatapan benci, namun Neji mengabaikannya dan memilih untuk menyapa Kizashi Haruno.

"Apakah saya mengganggu?"

Pria paruh baya itu tersenyum canggung sambil mengibas-ngibaskan tangan kanannya "Tidak. Ayo masuk, Sakura telah menunggumu di dalam."

Hati Sasuke berderit sakit, kenapa Neji disambut baik olehnya, sedangkan ia sendiri malah diusir dari tempat ini? Apa begitu hinanyakah dirinya?

Ayah Sakura masuk terlebih dahulu setelah membuka pintu untuk Neji dan mengancam Sasuke untuk tidak boleh masuk.

Sasuke menatap Neji tajam sebelum ia masuk kedalam "Dengar Hyuga, kau tidak akan pernah mendapatkan hati Sakura."

Neji menyeringai "Apalah arti semua itu, jika kau dibenci oleh keluarga Haruno."

Seketika itu pula Sasuke membelalakan matanya. Ya… ucapan Neji ada benarnya juga.


Sasuke terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal-sengal.

Mimpi?

Hah~ Sasuke menghela napas lega. Untung hanya mimpi.

Sasuke melihat kesekitar, sudah pagi ternyata, dan dia masih dalam perjalanan menuju Konoha setelah melakukan misi kelas S yang diembannya. Dan dia tidak lupa pula bahwa rekan setimnya ada orang itu.

"Sasuke, kau sudah bangun?"

Sasuke mendongak, mendapati salah satu timnya dari ANBU mengangsurkan kantong minuman padanya "Kau tidur gelisah sekali, mimpi buruk?"

Sasuke hanya diam tanpa menjawab pertanyaan rekannya itu, ia menerima kantong minuman itu dan segera menenggaknya sampai tandas. Kemudian ia regangkan otot-otot lehernya. Tidur sambil duduk dengan bersandar pada batang pohon memang tidak nyaman. Tapi karena perjalanan yang cukup jauh, mereka –empat orang ANBU – harus beristirahat dan ia semakin gusar saja saat mengingat bahwa Neji yang mengatur ini semua. Cih! Kalau bukan karena tugas Hokage dobe itu, Sasuke tidak bakal sudi disuruh-suruh oleh musuh –yang dianggap Sasuke sendiri –dengan seenaknya.

.

.

.

"Jadi…. Apa masalahmu, Teme?"

Sasuke memandang malas pada sahabatnya –sekaligus Hokage ke enam itu –yang menyuruhya untuk tinggal sejenak di kantor Hokage setelah melapor, padahal ANBU yang lain sudah diperbolehkan untuk pulang.

"Tidak ada apa-apa."

"Oh~ ayolah Teme~. Sebelum kau berangkat misi, aku lihat kau seperti ada masalah. Boleh kok cerita pada sahabat kerenmu ini." Naruto terkekeh sembari menaruh kedua tangannya yang terlipat dibelakang kepalanya seperti biasa.

"Cih! Diamlah dobe."

Naruto menghentikan tawanya dan memandang Sasuke yang sedang memandang kosong kearah jendela. Sepertinya masalah temannya itu sangat serius sehingga mukanya ditekuk seperti itu –pikir Naruto. Hanya ada satu alasan yang membuat ia seperti ini.

"Kau…ada masalah dengan Sakura-chan?"

Sasuke menoleh, memandang Naruto kemudian menghela napas.

"Eh? Benar?! Kau sedang bertengkar dengannya?!"

"Tidak, idiot!"

Naruto menggaruk-garuk kepala pirangnya "Lalu?"

Jujur, Sasuke sangat enggan bercerita soal masalahnya. Tidak ke-Uchiha-an menurutnya. Namun ini lain, ini menyangkut perasaan, dan masa depan klannya nanti.

"Dobe."

"Hmmm?" gerutu Naruto sambil menyeruput cup ramen yang masih tinggal sedikit lagi.

"Apa kau selama berhubungan dengan Hinata, kau –dobe! Kau dengar akutidak?!"

Naruto hampir tersedak mendengar nada Sasuke yang sedikit meninggi.

" –uhuk! Iya dengar Teme! Memang ada apa antara aku dan Hinata, kami baik-baik saja."

"Maksudku –apa kau juga berhubungan baik dengan ayah Hinata?"

Naruto belum mengerti maksud Sasuke dibalik pertanyaan itu. "Ya. Tentu." Namun detik itu pula, Naruto seperti sudah mengetahui maksud dari sahabatnya itu "Ha! Kau pasti tidak akrab dengan orang tua Sakura-chan?"

Sasuke melengos, tidak bisa menyangkal karena tebakan Naruto benar.

"Ya ampun Saskey~ kau sudah berhubungan lama dengan Sakura bahkan sebelum aku dan Hinata, dan kau masih belum akrab dengan keluarganya?!"

"Diamlah. Aku takut mereka tidak menerimaku."

Naruto menghela napas "Tidak menerimamu dengan alasan apa? Karena kau mantan nuke-nin? Ayolah sobat, aku sudah kenal kedua orang tua Sakura, mereka sangat ramah terhadap semua orang."

"Aku tahu."

"Dan kau tidak pernah tahu kalau mereka menerimamu atau tidak jika kau belum mencobanya. Dengar Sasuke, jika kau ingin hubunganmu dengan Sakura-chan berlanjut ke pernikahan, kau harus mendapatkan restu dari calon mertuamu. Mengerti?"

Sasuje diam sambil menatap kosong lantai kantor Hokage. Calon mertua ya? Yah… Sasuke dulu masih ingat ketika melihat ayahnya berusaha ramah dengan kedua orangtua ibunya. Padahal jika dengan anak-anaknya dia sangat dingin. Bisakah Sasuke melakukannya?

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUED


Bagaimana lanjutannya? *halah* hhheee gak tau mau lnjut cepet pa gak. Gak janji. Tapi aku usahain deh. Sasuke OOC bngt gak sih? O,o semoga gak deh ya. Sasuke juga aslinya bngyk omong kok gk cma kata 'hn' aja *plakk.

Soooo review please~~ tolong ya di review *bawa samurai* ^^