Moonlight
Xounicornxing present
.
Kristao dan Sulay
.
Yaoi ; Wolf!AU ; omegaverse
.
Note : untuk kalimat dengan garis miring dan petik atas itu isi pikiran tokoh,
Untuk kalimat garis miring saja itu isi pikiran serigala tokoh.
Alpha : pemimpin pack
Beta : wakil alpha
Warrior : pasukan pack, biasanya ikut alpha berpatroli
Omega : kedudukan paling rendah dalam pack werewolf
.
Happy reading!
Manik coklat yang biasanya tajam itu nampak bersinar-sinar. Dihampirinya sosok sang ibu yang masih saja menyunggingkan senyumnya. Dilihatnya ayahnya yang biasanya menatap tajam ke semua orang kini maniknya penuh kesenangan. Yifan, orang yang sedari tadi memandangi ayah ibunya itu yakin, dulu dia pasti diperlakukan seperti itu juga.
"Yifan, tidak mau menyapa calon adikmu, nak?" ayahnya bertanya sembari melambaikan tangan ke arahnya. Yifan tersenyum cerah, gigi susunya yang belum lengkap terlihat, kemudian berlari menyusul sang ayah dan ibu, didekatkan tangannya ke perut ibunya yang agak membuncit, kemudian diputarnya tangan kecilnya itu. Yifan hampir saja terlonjak merasakan tangannya menyentuh sesuatu yang berdenyut dalam perut ibunya, alisnya mengerut dalam.
"Itu tadi apa, Ma?" tanya bocah polos dengan maniknya yang masih berbinar-binar. Ibunya mengelus surainya dengan lembut. Kembali dielusnya perutnya sendiri.
"Ini adikmu. Seseorang yang akan menemani Yifan bermain" manik anak laki-laki berumur dua tahun itu makin melebar dan berbinar. Dipeluknya tubuh ibunya, lebih menuju perut ibunya, tempat adiknya berdiam diri selama beberapa bulan ke depan.
"Nanti Yifan akan mengajaknya main bola! Terus nanti kita lari-lari di hutan dan Yifan akan mengajarkannya berburu. Ah Yifan juga mau adik Yifan bisa berenang! Yifan mau belajar berenang, jadi nanti bisa mengajarkan adik berenang!" Yifan mulai berceloteh panjang lebar membuat kedua orang tuanya tersenyum senang. Ada yang antusias ternyata menunggu kedatangan putra keduanya.
"Tapi, Yifan. Papa dan Mama memang sudah tahu jika adikmu kelak laki-laki, tapi bagaimana jika adikmu omega?" tanya sang ayah menimbulkan kerutan di dahi milik Yifan. Bocah berumur dua tahun itu memandang ayahnya bingung, lalu dia harus apa? Bukannya Yifan tak tahu omega itu apa, dia baru dua tahun, namun hormon alpha yang mengalir di darahnya membuatnya tumbuh lebih cepat. Setidaknya dia tahu jika omega adalah makhluk yang bisa menghasilkan anak, selain wanita, tentunya.
"Aku tidak akan membiarkannya menjadi omega kebanyakan! Supaya dia kuat!"
.
.
.
Bukan waktu yang lama untuk menunggu kelahiran sang adik bayi. Sama seperti hari di mana Yifan diberitahu bahwa ada seseorang lain di dalam perut sang ibu, tiap hari anak kecil itu datang ke dalam kamar orang tuanya, saat di mana ibunya menikmati hangat mentari melalui jendela besar di kamar mereka. Yifan datang dan mengelus perut ibunya, mengajak berbicara adiknya, menyampaikan keinginannya jika ia lahir.
Hingga pada suatu pagi ketika paginya yang indah terbangun karena suara bedebum lengkap dengan rintihan ibunya. Yifan buru-buru keluar kamarnya, mendapati sang ayah menggendong ibunya bridal style –sungguh Yifan akui ayahnya amat kuat- dengan sang ibu yang berpeluh-peluh. Yifan berlari mengejar sang ayah, namun dicegat oleh beta ayahnya.
"Jangan diikuti, Yifan. Biarkan Alpha membawa Luna ke rumah sakit dulu. Nanti kamu bisa ikut ajhussi" Yifan mengangguk dan membiarkan sang ayah melesat membawa ibunya dan adik bayinya. Beta sang ayah tersenyum, menyuruh Yifan mandi dan sarapan terlebih dahulu.
Sesampainya di rumah sakit, Yifan bersorak riang. Senang ketika mendapati ibunya tersenyum bahagia nan lega, di samping ibunya, ada ayahnya yang juga nampak ekspresi yang sama. Di sudut ruangan, dekat dengan ranjang bayi mungil yang masih kemerahan sedang tertidur pulas. Beta dari ayahnya membungkuk hormat, mengikuti Yifan yang buru-buru melihat adiknya.
"Dia.. omega?" sangb beta bertanya. ayah Yifan mengangguk, menatap betanya seakan menyuruhnya untuk lebih memperketat penjagaan.
Omega bukan kasta yang dibuang di packnya, mereka dipelihara di sini, sebagai tanda terima kasih karena sang Alpha juga lahir dari rahim seorang omega. Yifan mengerjab, maniknya menaruh tanda tanya. Alpha yang mengetahui hal itu, mengajak puteranya yang masih dua tahun itu untuk mendekat, menemui adiknya yang masih bayi.
"Namanya Yixing, Yifan senang tidak punya seorang adik?" Yifan mengangguk dengan kuat. Dicubitnya pipi milik sang adik kemudian terkikik senang. Dia tak sadar rupanya jika cubitan itu-
"OEEKKK OEEEKKK"
-menimbulkan tangis pada adiknya.
"Yifan.." seluruh orang memandang Yifan penuh awas. Yifan bisa apa? Dia hanya menunjukkan cengirannya. Yang jelas Yifan bahagia mempunyai adik baru.
Yifan masih terusan memandangi wajah adiknya, berharap bayi mungil di depannya nanti bisa diajak bermain bersama. Tentu saja, Yifan akan membuat hal itu.
.
.
.
"BANGUN BODOH! CEPAT BANGUN PEMALAS!"
"MAMA‼ YIFAN GE MENGGANGGUKU!"
Seorang anak laki-laki dengan surai cokelat almond mulai melancarkan larinya, buru-buru dirinya naik ke atas ranjang, berlari-lari di atas ranjang itu, hingga seorang anak laki-laki lagi –yang usianya kira-kira selisih dua tahun- ikut berlari mengejar adiknya itu. Yixing –anak laki-laki yang lari terlebih dahulu tadi- berlari ke luar kamar, menghindari amukan sang kakak sembari mencari tempat perlindungan yang tepat. Sang kakak sendiri, Yifan, masih berlari, mengejar adiknya hingga keduanya mencapai ruang makan, di mana orang tuanya berkumpul, ibunya yang membawa makanan di nampan sedangkan sang ayah menikmati kopinya.
Yixing berlari ke arah sang ayah kemudian berlindung di balik punggungnya membuat Yifan makin jengkel, hampir saja ia menghampiri adiknya dengan langkah lebar, sebelum sang ayah berdehem keras hingga menggetarkan ruangan.
Baik Yifan maupun Yixing sama-sama langsung menghentikan aksi mereka, badan Yixing bahkan bergetar karena takut. Hanya ibu mereka yang tersenyum kecil kemudian menaruh roti di meja.
"Bukannya Mama bilang tadi padamu untuk membangunkan adikmu saja, Fan?" ibunya bertanya, Yifan sendiri justru melirik sinis adiknya.
"Dia tidak mau bangun, Ma!" sungutnya sambil menunjuk adiknya. Yixing membulatkan matanya, tak terima ditunjuk begitu saja.
"Tapi tidak usah mengusili adikmu juga, Fan"
Ucapan ibunya membuat Yixing menyunggingkan senyum kemenangan.
"Dan kamu juga, Xing. Jangan membuat keributan seperti itu. Jadilah omega yang baik, sayang" namun lanjutan kalimat ibunya membuat Yixing mengerucutkan bibirnya. Yixing membuang muka, apalagi melihat kakaknya menyunggingkan senyum kemenangan.
Keluarga kecil itu tak melanjutkan percakapan pagi hari itu, mereka ganti memulai acara sarapan pagi yang sudah tertunda beberapa menit karena percakapan tadi. Semuanya tenang, hingga tiba-tiba sang ayah menggeram kasar, membuat seisi penghuni meja makan terkejut. tidak mungkin jika tidak terjadi sesuatu pada sang Alpha, tidak mungkin kan Alpha mereka tiba-tiba menggeram kasar tanpa sebab?
"Ada apa?" sang ibu membuka mulut. Ayah mereka langsung menatap ketiga orang lainnya. Sebuah helaan nafas lolos entah mengapa.
"Rogue mulai menyerang perbatasan lagi. Tidak tahu apa motif mereka, namun aku yakin, mereka mencoba menghancurkan pack ini. Karena kurasa Rogue itu ditugaskan oleh seseorang" sang ayah menghela nafas lagi, sang ibu menahan nafas, Yifan sudah siap-siap bertanya, sedangkan Yixing mengerjab polos kemudian terkejut.
"Kok mereka jahat!" teriak Yixing dengan membanting sendok. Ayahnya mengangguk, Alpha itu berdiri, tak melanjutkan sarapannya. Di dalam kepalanya, Yifan dan Yixing yakin, ayahnya sedang melakukan mindlink dengan seseorang. Harusnya mereka juga bisa, namun kurang kuat, mereka masih muda.
"Hari ini, mungkin akan terjadi perang, aku ingin segera tahu siapa pengecut di balik semua ini" ayahnya mulai berjalan meninggalkan meja makan. Ketiga anggota keluarganya mengekor. Sebentar, sang Alpha menyempatkan berbalik dan mencium kening istrinya, membisikkan kalimat cinta dan menatap Yifan tajam.
"Dan kau, Yifan. Sebagai Alpha, ada tugas pertama untukmu"
Manik Yifan mendongak menatap ayahnya.
"Apa itu, Pa?"
"Apapun yang terjadi, apapun hasilnya, jaga adikmu ya?"
Ayahnya berucap seolah mereka tak akan bertemu lagi.
Seolah akan ada bencana besar yang membuat Yifan harus menjaga adiknya yang pembangkang.
.
.
.
Yifan menguap, mulai digosoknya giginya pagi ini, sudah genap satu minggu perang di perbatasan wilayah Moonlight berlangsung. Satu minggu juga Yifan tidak keluar rumah. Padahal dia sudah pernah ikutan ayahnya melawan rogue, dan ia berhasil, mengapa sekarang ia dilarang keras untuk keluar? Bahkan untuk membantu warga pack menyelamatkan diri dia tak boleh.
Yifan memang tak tahu apa-apa, usianya masih lima belas, namun ia sadar, ini bukan perang biasa.
"AAAAAAA‼‼‼!" teriakan histeris itu menyadarkan Yifan. Buru-buru dirinya yang baru saja selesai menggosok giginya untuk berlari ke bawah, menemui sumber suara. Yifan harap adiknya tak berteriak tanpa sebab.
"Kenapa berteriak dasar adik bodoh! Kenapa kamu?!" Yifan mengomel sepanjang perjalanan, dituruninya tangga dengan cepat, di otaknya, Kris, wolfnya yang sudah mulai sering berbincang dengannya berteriak memilukan juga. Tsk, Yifan pusing sendiri jadinya. Sudah cukup seminggu dikurung oleh ibunya, mungkin itu sebabnya adiknya berteriak.
"Yixing kenapa kamu berteriak-
Karena nyatanya bukan itu alasan adiknya berteriak.
-ada.. apa ini?"
Yixing tampak mengenaskan, adiknya itu berada di bawah meja makan, meringkuk dengan wajah sembab dan pandangan kosong.
"Mama..Ma-mama.." kedua kakak beradik itu sama-sama mengucapkan kalimat dengan terbata. Yifan melangkah lebih mendekat, dengan lutut gemetar ia melihat kondisi seseorang yang tergeletak tak berdaya di lantai.
Ibunya meninggal. Dengan mengenaskan. Bersimbah darah pada kepalanya.
Yifan tak berani mendekat, ia lebih memilih menarik adiknya dari bawah meja makan kemudian mendekapnya erat. Walau maniknya masih menatap sang ibu yang tergeletak.
"Tidak apa-apa.. jangan takut, ada Gege di sini"ucap Yifan menenangkan, Yixing kembali terisak, lengannya terulur ke arah jendela yang baru Yifan sadari sudah rusak.
"Mereka dari l-luar, Ge. Nama p-pack me-mereka..
…Dark Moon" Yixing kembali terisak lebih jelas. Sedangkan Yifan masih mencoba menenangkan adiknya yang terus meracau entah apa. Pikirannya melayang ke arah bagaimana kabar ayahnya.
'Yifan..'
Mindlink dari ayahnya.
'Ya Papa?'
'Bagaimana kabar Mama?' tenggorokan Yifan terasa kering
'Mama.. meninggal'
Ada jeda lama, entah apa Yifan juga tidak tahu. Namun perasaannya sungguh tak enak. Merasa adiknya sudah lebih baik, ia melepas pelukannya.
Yixing berjalan ke arah kulkas, kemudian mengeluarkan banyak bahan makanan. Adiknya berlari ke atas dan kembali dengan membawa tas, Yifan masih mengernyit heran sembari menunggu mindlink dari sang ayah.
"Gege! Ayo bantu aku!" ucap Yixing kemudian masih terisak sesenggukan. Yifan masih mengernyit, enggan membantu sang adik.
'Bersembunyilah, Fan. Keadaan tidak menjamin pack ini selamat. Jaga adikmu, bersembunyilah di gudang bawah tanah. Jangan sampai calon Alpha ikut terbunuh.'
'Karena Papa tahu, usia Papa tak lama lagi. Jaga Moonlight baik-baik anakku'
Di saat itulah, Yifan mulai bergegas membantu Yixing memasukkan bahan makanan.
Tidak tahu mengapa, Yifan juga merasa umur ayahnya memang tak lama lagi.
.
Mungkin kalian tak ingin mendengar kisah ini. Ini bukan kisahku, atau kisah adikku. Ini kisah kami, dan pack kami, Moonlight.
.
TBC
11/02/2016
Xounicornxing
Haaiiii
Oh, iya jujur ini bukan sequel dari Mate ya. Storyline milik Yixing dan Yifan di sini dengan Mate memang sama, namun nasib mereka berbeda (?) kekekekeke.
And then, review juseyo~
