Kenapa?

Kenapa semuanya menjadi seperti ini?

Takane mengerahkan seluruh tenaganya untuk mempercepat larinya. Di belakangnya, pemandangan yang mengerikan terlihat—ledakan dimana-mana, satu-persatu bangunan mulai runtuh. Kota ini hancur. Entah apa yang terjadi, tapi semakin lama kota itu dipastikan akan rata dengan tanah.

Sambil berlari, hanya satu orang yang ada dalam pikiran Takane—Haruka, Kokonose Haruka. Bagaimana keadaannya?

"Haruka..."

Dimana dia? Bisakah aku bertemu dengannya sekarang?


—Ada hal yang harus aku sampaikan padamu...


"—Haruka!"

...

..

.

.

.


"Ene.."

"Ene?"

"Haru—" Ene membuka matanya secara tiba-tiba. "Ah.. Konoha-kun... Maaf aku melamun."

Dari dalam ponsel milik Shintaro, Ene dapat melihat Konoha yang menatap bingung dirinya. Ene bukan bermimpi buruk—Ia tidak tertidur, bahkan ia tidak butuh tidur, sebenarnya. Hanya saja, untuk sesaat tadi dia memejamkan matanya, tapi entah kenapa potongan adegan di masa lalu itu kembali muncul dalam pikiran Ene. Dan sepertinya Ene terlalu larut dalam pikirannya sendiri.

"Kau baik-baik saja Ene?" Konoha bertanya.

Ene dengan bersusah payah mengeluarkan senyum khasnya. "Ya, tentu saja! Aku tidak apa-apa kok!"

Tolong... Hanya sekali saja—

"Tapi..."

pertemukan aku dengan Haruka yang aku kenal. Tuhan... meski hanya satu kali—

"Aku tidak apa-apa, kau tidak perlu khawatir Konoha-kun!"

biarkan aku mengatakan hal yang belum sempat aku sampaikan padanya...

"Kau menangis."

Ene terdiam. Ia mengerjapkan matanya, dan kini merasakan air yang mengaliri pipinya. "Aku... tidak apa-apa... ini hanya—" Ene menghentikan perkataannya. Hanya apa? Kelilipan? Hei, dia bukan manusia lagi. Alasan seperti itu tidak mungkin berlaku baginya.

"Ene...?"

Ene terisak. Kali ini dia tidak menyembunyikan tangisannya. Suara itu... suara yang sama dengannya. Tapi mengapa..?

"Maaf, Konoha-kun... tolong jangan beritahukan hal ini pada yang lainnya ya..." Ene mencoba berbicara dengan jelas di sela-sela tangisannya. Untuk pertama kalinya lagi, Ene merasa putus asa seperti ini.

"Baiklah... aku tidak akan memberitahukannya."

"Arigatou, Konoha-kun."

Konoha tersenyum menanggapi perkataan Ene. Ene terdiam melihatnya. Suara yang sama, dan senyum yang sama juga.

—Aku merindukanmu.

"Jangan menangis terlalu lama, Ene." Konoha mengusap layar ponsel Shintaro, berharap dapat menghapus airmata yang membasahi pipi Ene. Namun sayang, itu mustahil. Melihatnya, Ene semakin tidak bisa menahan tangisnya. Ah... Ia terlalu merindukannya.

Kapan kita akan bertemu kembali? Adakah kesempatan bagiku untuk mengatakannya?

"Un! Tentu saja." Ene tersenyum dan mengangguk, meski air matanya masih tetap mengalir. Dengan ragu, ia menyentuh layar ponsel—menyatukan tangan kecilnya, dengan tangan Konoha di sisi lain layar.

Haruka,

Aku menyukaimu.


Author's Note:

uhuhu apa ini :'DD

setelah udah lama ngga publish fanfic, sekarang untuk pertama kalinya aku nulis di fandom kagepro :'D dan maaf malah bikin cerita kayak gini gini XDD ngga kuat buat ngga nulis ini setelah dua kali nonton episode 6 MCA XD

uhm... aku yakin cerita KonoEne atau HaruTaka kayak gini sebenernya sudah mainstream ya. tapi gapapa yaaa, bukan plagiat ini kok :'D

Hhh... padahal ada dua fanfic HaruTaka yang udah dibikin jauh hari sebelum fic ini, tapi gak tau kenapa malah fic ini yang dipublish duluan hahaha

dan kalau ada waktu, juga ada inspirasi, mungkin aku bakal bikin cerita ini dari sisi Konohanya fufu~

oke.. salam kenal buat semuanya yang ada di fandom kagepro~ mohon bimbingannya karena saya newbie disini /bow/ buat yang udah nyempetin baca, arigatou gozaimashita! :D