Salam kenal ini fic crossover pertama saya ' ')/ Semoga tidak mengecewakan dan selamat menikmati ^^)/
.
.
Udara sore yang dingin menerpa tubuh ramping Natsume. Sesekali surainya tergerak kecil diterpa hembusan angin. Natsume kini berjalan santai beriringan dengan Toukou sepulang dari berbelanja. Langkah pelan saling bergantian, dengan tangan penuh memegang kantung belanja. Natsume merasa heran, tak biasanya jumlah bawaan begitu banyak—seperti akan ada perayaan.
"Touko-san kenapa belanja begitu banyak?"
Toukou tertawa kecil, raut wajah menunjukkan kesenangan. Menoleh kemudian menatap Natsume dengan lembut, Toukou membuka suaranya.
"Ara~ aku lupa memberi tahumu ya? Besok kita akan kedatangan tamu."
Nada suara begitu riang, Natsume semakin penasaran. Tamu? Apakah orang itu sangat penting—sampai-sampai harus dijamu dengan mewah? Natsume terlihat mengerutkan kening, berpikir sejenak—tak memperhatikan Toukou yang tersenyum ramah ke arahnya.
"Dia keponakan Shigeru-san."
Seakan tau—apa yang berada di benak Natsume—Toukou kembali berbicara. Natsume mengangguk seakan telah paham, kemudian kembali terdiam. Tak ada lagi percakapan, mereka tak terlalu mempermasalahkan. Lagipula rumah pun sudah di depan mata—hanya tinggal beberapa langkah.
"Kalau kau penasaran, sepertinya aku menyimpan fotonya."
Mendengar itu, Natsume menerima dengan suka cita.
Sei dan Taka [Prolog]
By: Rakshapurwa
Rate : T
Pair: Hanya sebatas hint
Warning : OOC, dan AU
Disclaimer: Kuroko no Basuke adalah milik Fujimaki Tadatoshi, Natsume Yuujinchou adalah milik Yuki Midorikawa, dan fic ini adalah milik Rakshapurwa.
Masih ingin membaca?
Enjoy
.
Malam tiba, suasana di luar telah gelap sepenuhnya—akan tetapi Natsume masih betah menatapnya. Hembusan angin terasa menerpa, bertiup nakal melewati jendela yang terbuka. Sudah setengah jam terlewat, Natsume seakan tak berniat untuk berpindah. Membuat Madara yang melihat merasa gerah ingin bertanya.
"Kau sedang apa Natsume? Jatuh cinta kah?"
Natsume menatap sebal, walau tau itu hanya candaan. Perlahan ia bergerak, mendekati Madara yang tengah terduduk santai. Madara hanya diam menatap—seakan menunggu apa yang akan Natsume lakukan.
"Aku sedang memikirkan tamu yang besok akan datang."
Tangan Natsume meraih kemudian mengangkat tubuh gembal Madara. Seakan menimbang, apakah Madara kembali menambah berat badan. Sedikit pegal, Natsume mendudukan Madara di pangkuannya—dan mulai mengelus bulu putih itu dengan lembut. Madara merasa keenakan.
"Hng—Tamu? Siapa? Apakah enak dimakan?"
Jitakan pelan terlepas, Natsume mendengus pelan.
"Keponakan Shigeru-san. Aku penasaran seperti apa dia..."
Natsume mengingat kembali tawaran Toukou, namun ia tak ingin menganggu—Toukou belum sempat, ia masih sibuk menyiapkan makan malam. Mungkin setelah makan malam, Natsume akan kembali mengingatkan.
"Takashi-kun makan malam sudah siap, ayo makan."
"Iya."
Suara Toukou terdengar, berhasil memecah lamunan Natsume. Berdiri sambil tetap menggendong Madara—Natsume keluar meninggalkan kamarnya yang nyaman. Menuruni tangga dengan perlahan penuh kehati-hatian. Begitu di anak tangga paling bawah, harum masakan mulai tercium menggairahkan—sepertinya makan malam hari ini berbahan dasar daging. Madara sampai dibuat mengeluarkan liur yang deras.
"Ada yang bisa kubantu Toukou-san?"
"Tidak usah, kau duduk saja. Hanya tinggal menaruh nasi kok."
Natsume mengangguk pelan, kemudian mengambil tempat di hadapan Shigeru yang tengah sibuk membaca berkas. Sebenarnya tak berniat menganggu, hanya saja gelagat Natsume—yang seakan ingin mengatakan sesuatu—membuat Shigeru menaruh berkasnya di atas meja.
"Ada apa Takashi?"
Ragu bersuara, namun penasaran begitu besar.
"Hm..Soal tamu besok—"
"Ah iya besok keponakanku yang datang. Dia masih muda, satu tahun di bawahmu. Semoga kalian bisa akrab."
Natsume sebenarnya siap membalas namun, makanan telah siap di meja—pembicaraan terpaksa terpotong sejenak. Mereka pun memulai makan malam—sesudah doa makan terucap jelas.
.
.
"Takashi-kun ini foto keponakan Shigeru-san."
Natsume memegang sebuah foto, gambar seorang anak laki-laki tercetak di sana. Mungkin 10 tahun kira-kira usianya—masih begitu manis dan menggemaskan. Natsume menahan senyuman. Terlebih ketika melihat surai merah si anak yang tak biasa—sempat terpikir apakah itu warna asli atau hanya rekayasa.
"Itu sewaktu umurnya 10 tahun, aku tidak memiliki fotonya yang baru."
Shigeru berujar, menarik fokus mata Natsume. Membuat Natsume larut dalam pikiran—mungkin si anak tak akan berubah jauh, masih tetap manis seperti gambar di foto. Natsume menoleh, menatap Madara yang terlihat ingin melihat foto si anak. Memperlihatkan sejenak kemudian berujar pelan agar tak begitu terdengar.
"Aku penasaran ingin cepat melihatnya."
Madara melirik, sambil mengeong pelan. Entah mengapa dia merasa tak enak, mungkin perasaannya saja yang berlebihan. Semoga tak terjadi hal buruk yang memberatkan.
.
.
Siang itu Natsume sendirian menetap di rumah—menunggu keluarga Fujiwara yang pergi menjemput tamu kecilnya. Natsume berguling sejenak, merasa bosan membaca majalah di tangan. Sesekali mata melirik ke arah jam—kembali berguling dan sempat terhenti tak kala pintu depan terdengar suara.
"Kami pulang Takashi-kun."
"Iya."
Natsume beranjak dari tempat, keluar kamar dan menuruni tangga perlahan. Berniat menyambut tamunya dengan sopan. Hingga langkahnya terhenti, Natsume berdiri terkaku di hadapan seorang pemuda.
"Takashi-kun ini Seijurou-kun, Seijurou-kun ini Takashi-kun."
Mata Natsume tak berkedip, menatap penuh fokus pemuda di hadapannya. Tak tampak seperti yang sudah di bayangkan. Bukan manis yang menyapa tapi wajah tampan penuh senyuman berwibaya yang menyambutnya. Surai merah masih tetap sama, hanya terkesan lebih pendek dari foto semalam. Dan tinggi badan—meski Natsume lebih tua, ia tak bisa melebihi pemuda di depannya.
"Salam kenal Takashi-san, senang bertemu denganmu."
Terdiam sebentar, Natsume membalas dengan anggukan cepat—sambil memberi senyuman kecil yang terkesan sedikit canggung.
"Senang bertemu denganmu juga, Seijuruo-kun."
.
TBC
Terima kasih sudah membaca chap 1 ini, dan maaf kalau mengecewakan *bows* Entah mengapa untuk prolog saya menggunakan gaya bahasa yang puitis(?) begini, chap depan mungkin gaya bahasanya akan kembali normal(?).
Sekian dari saya Rakshapurwa undur diri dulu ' ')/
