Annyeonghaseyo readers…

Perkenalakan, nae Lee Sooyeon imnida. Ini adalah FF yaoi pertamaku yang aku post di sini karena sebelumnya aku lebih suka ngepost di blogs pribadi. Jika ada kesalahan dalam penulisan kata, penggunaan bahasa yang kurang baik ataupun alur yang terlalu dipaksakan mohon dimengerti, karena aku masih belajar nulis walau udah bisa nulis dari TK /plak

Title : Mèmoire

Main cast : EXO

Pair : All Official Couple in hereeeeee!

Genre : Friendship, Romance, Brothership, etc.

Rating : T

Length : Chaptered

Warning : YAOI, OOC, Typo(s), cerita ngawur, bahasa tidak sesuai EYD

Disclaimer : EXO punya Tuhan dan orang tua mereka masing-masing. Jongin punya Kyungsoo, Kyungsoo punya Jongin. KaiSoo punya saya /plak/ Cerita ini murni punya saya. Dan saya murni miliknya Dyo ._.

Summary : Persahabatan tak selamnya indah. Sebuah rintangan membuat persahabatan itu semakin kuat, seperti halnya cinta. Tak ada yang mulus seperti jalan tol, semuanya berliku. Penuh kelokan. Dan tanpa kita sadari, orang-orang di sekitar kita dalah orang yang berpangaruh di hidup kita. Sebuah rahasia selalu tersimpan dengan sempurna, walau akhirnya semua itu terbongkar juga. Astre Art School… Sebuah sekolah yang menyimpan beribu cerita di dalamnya. Tangis dan Tawa. Suka san Duka.

1 Februari 2018

Suara riuh tepuk tangan terdengar begitu ramai di aula tersebut. Seorang namja paruh baya tersenyum di balik panggung. Melihat begitu banyaknya penonton – yang terlihat begitu terpesona – atas penampilan dari anak didiknya. Senyum itu semakin mengembang ketika melihat seorang namja manis berjalan ke arahnya. Namja manis itu juga tersenyum, membuat matanya yang sipit itu semakin sipit.

"Kau sangat hebat, Byun!"

"Aku tak akan sehebat itu jika seongsaenim tak mengajari ku," ucap namja manis itu, Byun Baekhyun, tersenyum lembut kepada Kim Seongsaenim.

"Kau yang terbaik," ucap Kim Songsaenim mengelus rambut Baekhyun halus. Ia berbalik meninggalkan Baekhyun yang masih tersenyum menatap kepergian seongsaenimnya itu.

Baekhyun menghela nafas, ia mengeluarkan smartphonenya dari dalam saku. Tersenyum getir melihat sebuah foto yang menjadi wallpaper handphonenya. Foto 12 orang namja yang sedang tersenyum ke arah kamera.

"Aku merindukan kalian….." lirih Baekhyun kembali memasuki smartphonenya ke dalam saku. Berjalan meninggalkan belakang panggung yang sudah mulai sepi. Tak menyadari seorang namja yang sedang duduk tak jauh darinya. Namja itu tersenyum kecil, mengeluarkan smartphonenya dan ikut berjalan keluar ruangan tersebut.

.

Byun Baekhyun, seorang penyanyi solo yang terkenal dengan suara tingginya. Baekhyun memang sudah suka bernyanyi semenjak kecil, ketika ia masuk Junior High School, ia memutuskan untuk ikut les menanyanyi. Dan inilah hasilnya, berkat ikut les bernyanyi dengan Kim Seongsaenim selama bertahun-tahun, ia bisa menjadi Baekhyun yang sekarang. Baekhyun yang dikenal oleh banyak orang.

Namja manis itu baru saja menyelesaikan penampilannya dalam acara music di salah satu stasiun TV. Ia membawakan lagu barunya yang memang diciptakan sendi… Oh tidak-tidak… Lagu itu bukan hanya diciptakan oleh Baekhyun, tapi juga dua temannya ketika masih SMA.

Mèmoire

18 Juni 2010

Astre Art School (AAS), salah satu sekolah ternama di kota Seoul. Sebuah sekolah dengan fasilitas lengkap di dalamnya. Berbagai macam gedung kesenian dan olahraga membuat sekolah ini banyak diminati oleh beberapa orang yang baru saja menyelesaikan sekolah mereka di Junior High School. Namun tak semudah itu untuk masuk ke dalam sekolah ini, mengingat bahwa sekolah ini banyak mengeluarkan beberapa murid "berbakat" yang langsung diterima dibeberapa agency terkenal.

Faktor utama agar kau bisa di terima di dalam sini adalah kau harus berbakat. Sekolah ini akan mengadakan audisi untuk mengetes bakat apa saja yang dipunya oleh orang-orang tersebut. Bukan hanya bakat dalam kegiatan non-akademis, sekolah ini juga hanya menerima murid dengan IQ di atas rata-rata. Dan satu lagi, bayaran untuk masuk ke sekolah ini tidak terbilang cukup murah. Ya, tak heran jika banyak anak pejabat atau anak pengusaha yang masuk ke sekolah elit ini.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tak mampu membayar iuran tersebut? Astre Art School memberi keringanan kepada 'mereka'. Sekolah akan memberikan beasiswa selama 3 tahun kepada murid tak mampu tersebut dengan catatan, ia harus berbakat dan nilainya harus selalu di atas rata-rata (anggap saja, mereka harus selalu ada di peringkat 5 besar). Selain itu, sekolah juga memberikan kemudahan dengan adanya subsidi silang.

Ya… jangan lupakan bahwa Astre Art School adalah sekolah khusus namja. Bisa dibilang sekolah ini adalah asrama.

.

Hari ini, hari pertama untuk anak tingkat pertama memulai aktivitas mereka di Astre Art School. Seorang namja dengan kulit seputih susu terlihat sedang berjalan dengan santainya di koridor sekolah. Semua mata memandang kagum kepadanya. Wajahnya yang terbilang datar dan dingin itu membuat beberapa namja berstatus 'uke' memekik kegirangan. Sedangkan namja tersebut hanya membuang muka malas. Terlalu sering ia diperlakukan seperti itu. Tapi tunggu… Dilihat dari seragamnya, namja itu adalah salah satu siswa tingkat pertama. Ya, sebut saja dia masih duduk di bangku kelas satu.

Namja berkulit seputih susu itu menatap serius madding yang ada di depannya. Matanya bergerak ke kiri dan kanan, menandakan bahwa ia sedang membaca deretan nama siswa di kertas bertuliskan "Pembagian Kelas". Tatapannya terhenti di kertas ketiga dari kiri. Ia melihat namanya tertera di sana. Absen nomor 20, Oh Sehun. Tanpa membuang-buang waktu, ia berbalik menuju ke kelas 'baru'nya.

Wajah itu tetap datar. Tanpa menampilkan sedikitpun mimik ramah di wajah tampannya. Ia terus berjalan, tak peduli dengan orang di depannya yang sedang membawa beberapa tumpuk buku.

BRUK

Sehun dengan lelaki yang tadi membawa banyak buku bertubrukan. Untungnya tak ada satupun dari mereka yang terjatuh. Hanya beberapa buku yang dibawa si namja di depannya yang terjatuh. Sehun sama sekali tak menatap orang yang telah ia tabrak. Ia malah melanjutkan langkahnya tanpa mengucapkan satu patah katapun. Sedangkan lelaki yang ia tabrak tadi hanya menunduk takut. Ia mengambil beberapa bukunya yang tadi terjatuh dan menghela nafas berat.

"Hhhh… Aku memang tak pernah dihargai di sini," gumamnya lalu melanjutkan kembali langkahnya. Mengeratkan pegangannya pada setumpuk buku yang ada di hadapannya.

.

"Cih.. anak kelas satu itu benar-benar tak tau diri. Bukannya menolong malah pergi begitu saja."

Namja kecil yang ada di sampingnya tersenyum kecil. "Kalau begitu, kenapa tidak kau saja yang menolongnya?"

Namja bermata panda yang tadi terlihat geram melihat insiden-adik-kelas-yang-kurang-ajar-tersenyum lebar. "Hehe, aku ingin menolongnya tapi ia sudah menolong dirinya sendiri," jawabnya.

Baekhyun – namja kecil tadi – terlihat tertawa kecil mendengar ucapan si namja panda. Namja panda? Sepertinya panggilan itu memang cocok dengannya, mengingat mata itu dikelilingi oleh lingkaran hitam seperti hewan khas China itu.

"Bilang saja kau memang tak berniat membantunya, Huang Zi Tao"

"Ya, kau benar, tapi aku bukan orang jahat seperti yang kau bayangkan, hyung."

"Ya.. ya.. aku tahu. Namja manis dan cengeng seperti mu mana mungkin mau menyakiti orang lain, kecuali orang itu yang menyakiti mu duluan. Hfftt… aku sudah tau tentang mu, Tao-ie."

"Ah ternyata kau begitu perhatian, hyung." Tao terkekeh kecil. "Hmm tapi aku sedikit bingung, kenapa namja yang membawa buku tadi tak marah atau kesal? Malah ia terlihat seperti ketakutan."

Baekhyun diam mendengar pertanyaan Tao. Yang bertanya mengkerutkan keningnya melihat temannya itu terlihat seperti memikirkan sesuatu.

Baekhyun mengalihkan pandangannya menatap Tao. "Kau mengenal namja yang membawa buku tadi?" Tao menggeleng. "Namanya Do Kyungsoo. Dia satu angkatan dengan kita. Kau tau? Dia sama seperti mu. Mengikuti kelas percepatan ketika masih di SMP. Aku kakak kelasnya semenjak sekolah dasar. Dari dulu aku juga selelau memperhatikannya. Ia memang pendiam, tak pernah berbaur dengan orang di sekitarnya. Paling suka dengan tempatnya begitu hening. Perpustakaan dan atap sekolah salah satu tempat favorit Kyungsoo"

"Saat aku masuk ke sekolah ini, aku begitu senang karena aku bisa satu kelas dengan Kyungsoo. Entahlah kenapa aku begitu senang? Aku merasa bahwa Kyungsoo hanya orang yang begitu kesepian, ia butuh teman. Dan aku merasa, aku salah satu orang tersebut. Awalnya aku kira mudah dekat dengannya, tapi ternyata itu memang sulit. Dia memang begitu sangat pendiam."

Sekarang Tao yang terdiam mendengar penjelasan dari Baekhyun. Ada dalam diri Tao, yang membuatnya juga sedikit ingin dekat dengan Kyungsoo. Ia juga merasa bahwa ia termasuk salah satu orang yang bisa membuat Kyungsoo senang. Kenapa dengannya? Mengenal Kyungsoo saja tidak. Ah atau mungkin Tao hanya prihatin pada sosok namja yang tadi diceritakan oleh Baekhyun.

"Jika kau berusaha, mungkin kau bisa membuatnya senang. Aku akan membantu mu hyung." Perkataan itu keluar begitu saja dari mulut Tao, membuat Baekhyun tersenyum mendengarnya. "Ku harap begitu. Oh ya, ayo kita masuk kelas. Bel sudah berbunyi sedari tadi," ucap Baekhyun berdiri dari tempat duduknya.

"Ah hyung, aku baru ingat. Setau ku, nama Do Kyungsoo tercantum di daftar siswa yang sekelas dengan kita," ucap Tao. Sekarang mereka berdua sedang berjalan menuju kelas. Baekhyun menghentikan langkahnya, namun sedetik kemudian ia kembali melangkah. Tersenyum kecil mendengar ucapan Tao tadi.

Baekhyun berharap, jika ia dan Tao dapat membuat Kyungsoo berubah. Harapan itu memang selalu datang semenjak ia pertama kali melihat Kyungsoo saat sekolah dasar. Kyungsoo tengah tersenyum dengan seseorang yang berjalan di sampingnya. Baekhyun tak mengingat dengan jelas siapa lelaki yang ia lihat bersama Kyungsoo waktu itu. Yang ia ingat hanya senyumannya. Itu untuk pertama dan terakhir kalinya Baekhyun melihat senyum Kyungsoo. Dan di dalam hatinya yang paling dalam, Baekhyun yakin, pengaruh senyuman itu adalah sesosok namja yang saat itu bersamanya, karena setelah kejadian itu, Baekhyun selalu melihat Kyungsoo sendirian. Tak bersama dengan 'sosok' itu.

EXO-Mèmoire-EXO

Jam menunjukan pukul 14.00 KST, terlihat dua orang namja sedang duduk di tengah lapangan sepak bola AAS. Baju mereka terlihat basah, dan nafas mereka tak berarturan. Bisa kita tebak bahwa dua namja itu baru saja selesai bermain bola. Namja berwajah manis menatap temannya yang berpipi chubby itu dengan mata rusanya. Yang ditatap hanya cuek mengambil bola dan mulai memainkannya.

"Hyung, apa kau tak lelah setelah berlatih 1 jam non stop seperti tadi, eoh?" tanyanya.

Namja yang dipanggil 'hyung' menoleh dan menatap namja bermata rusa. "Tentu saja tidak! Aku tak akan lelah jika hanya bermain dengan bola ini," jawabnya dengan memainkan bola di kakinya. Menendangnya bahkan sampai menyundulnya(?)

"Bilang saja jika kau ingin cepat kurus." Namja bermata rusa tadi berdiri. "Dan jika itu salah satu alasan mu untuk tak mau beristirahat, aku tak mengizinkannya. Aku tak mau melihat hyung dengan pipi tirus," lanjutnya merebut paksa bola yang sedang dimainkan oleh si namja chubby.

"YA! XI LUHAN! KEMBALIKAN BOLA ITU!"

Luhan – namja bermata rusa – menjulirkan lidahnya dan mulai berlari menggiring bola ke arah gawang. "Jika kau mau, ambilah ini Kim Minseok!"

Minseok memutar bola mata malas. Ia sudah hafal dengan tingkah laku teman dekatnya itu. Tanpa banyak protes, Minseok mengejar Luhan yang sudah jauh darinya.