Langkah namja itu terburu-buru. Ia berharap tidak ada satu pun orang yang mengetahui keberadaannya di gedung perkantoran berlantai sepuluh itu. Kegelapan yang menyelimuti gedung itu tidak dapat menyembunyikan kepanikan yang tergambar jelas di wajahnya. Peluh membasahi sekujur tubuhnya.

Namja itu kini tidak hanya mempercepat langkahnya, tapi ia berlari. Secepat mungkin ia ingin meninggalkan gedung itu. Elevator sudah tidak berfungsi karena sejak dua jam yang lalu karyawan kantor itu pulang. Namja itu akhirnya memilih tangga darurat sebagai jalan keluarnya.


De Buron

Basic cast: SUJU, SNSD

Basic story: De Buron by Maria Jaclyn

Lee Sungmin memperhatikan para namja yang sedang bermain basket dari pinggir lapangan. Matanya tidak lepas dari namja yang terlihat paling bersinar di antara mereka. Choi Siwon, adalah namjachingu Sungmin. Kapten basket sekaligus namja yang paling diidolakan seluruh yeoja yang ada di sekolahnya. Bahkan, nama Siwon sudah terkenal ke sekolah-sekolah lain. Lee Sungmin sungguh beruntung karena dua bulan yang lalu Siwon menyatakan cinta dan meminta Sungmin menjadi kekasihnya.

Siapa yang menyangka Siwon memilih Sungmin?

Lee Sungmin hanya siswi kelas satu di SME Senior High School. Ya, Lee Sungmin bahkan baru dua bulan menjadi siswi di sekolah ini. Berbeda dengan Siwon yang sudah kelas tiga. Tidak hanya berbeda itu saja, Siwon yang tampan dan kapten tim basket memilih Sungmin. Sungmin yang penampilannya tidak menyolok. Memakai kacamata dan rambut berponinya selalu dikuncir kuda. Tidak pandai bergaul (juga tidak mengikuti ekstrakulikuler apapun) dan lebih sering menghabiskan waktunya untuk membaca buku atau mengeluarkan laptop-nya dan menulis. Karena hobinya itu, tidak heran Lee Sungmin menjadi siswi baru dengan peringkat nilai ujian tertinggi yang diterima SME Senior High School.

Lee Sungmin membenarkan letak kacamatanya yang melorot. Ia membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan sebuah novel yang belum sempat ia selesaikan membacanya. Membukanya tepat di halaman yang sudah diberinya pembatas. Membacanya dengan serius meski sesekali melirik Siwon. Kala Siwon melihatnya balik dan tersenyum padanya bahkan melambai, Sungmin hanya bisa tersenyum kaku. Sebenarnya ia ingin membalas senyuman dan lambaian tangan Siwon, tapi perasaannya selalu terganggu dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Lihat saja kumpulan yeoja yang sekarang sedang melihatnya dengan pandangan iri, dengki, bahkan tatapan ingin membunuh. Mereka adalah sekumpulan yeoja yang mengagumi sekaligus menjadi penggemar Siwon. Isinya mulai dari kelas satu hingga kelas tiga.

"Cih. Lihat, pangeran kita tersenyum pada si upik abu," ujar yeoja yang berambut kecoklatan. Jessica, siswi kelas dua, kapten tim voli sekolah.

"Aish, berani benar dia membalas senyuman Wonnie," yeoja lain yang berkuncir dua dan memakai rok mini itu menimpali. Yuri, siswi kelas tiga, kapten tim cheerleader sekolah yang baru saja selesai latihan. Beberapa yeoja yang berpakain seperti Yuri mengangguk untuk mendukung ucapan sang leader.

Lee Sungmin hanya bisa menghela napas mendengar komentar mereka sambil terus mencoba berkonsentrasi membaca novel yang dipegangnya. Saat konsentrasi Sungmin mulai terpusat pada novel yang dibacanya, ada bayangan yang menutupi sinar matahari.

'Gelap?' tanya Sungmin dalam hati.

Sungmin menengadahkan kepalanya. Dilihatnya wajah lelah dan berkeringat sang kekasih, Choi Siwon.

"Sedang sibuk, eoh?" tanya Choi Siwon sambil tersenyum. Siwon duduk di dekat Sungmin, ada tas besar yang membatasi mereka.

"Ani, hanya membaca novel yang belum kuselesaikan," ujar Sungmin, kembali membatasi halaman buku yang dibacanya sebelum menutupnya dan menyimpannya di tas.

Siwon mengambil sesuatu dari tas besar yang ada di sampingnya, mengeluarkan botol minuman dan handuk.

"Biar kubantu membuka botolnya," tawar Lee Sungmin yang melihat Siwon agak kesulitan karena sedang mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

"Ne, gomawo," ucap Siwon berterima kasih.

Melihat adegan-adegan itu membuat para penggemar Siwon semakin sinis melihat mereka. Meski tidak terdengar, tapi Sungmin meyakini bahwa mereka sedang menyumpah-serapah dirinya. Lagi-lagi Sungmin hanya bisa menghela napas.

"Sudah sore, sebaiknya kita pulang." Siwon merapikan botol minum dan haduknya ke dalam tas besarnya. "Kajja."

Siwon berdiri. Mengulurkan tangannya di hadapan Sungmin, menunggu Sungmin membalas ulurannya. Sungmin sempat menatap ragu pada Siwon, tapi akhirnya ia menaruh tangannya di atas tangan Siwon. Mereka berjalan bergandengan tangan dan menyisakan keirian yang semakin mendalam bagi para penggemar Siwon.


Siwon menggandeng tangan Sungmin sampai di pelataran parkir sekolah. Di sana, supir Sungmin, Shindong sudah menunggu.

"Sampai jumpa besok, ne," ujar Siwon sambil mengacak pelan poni Sungmin. Sungmin menganggukkan kepalanya. Lalu membuka pintu penumpang di samping kursi pengemudi. Meskipun kedudukan Sungmin adalah majikan, tapi ia terbiasa untuk membuka/menutup pintu mobil untuk dirinya sendiri. Lee Sungmin juga lebih memilih duduk di samping supirnya dibanding harus duduk sendirian di kursi penumpang belakang.

"Jalan, ahjussi," ujar Sungmin pada supirnya.

Sepanjang jalan dihabiskan Sungmin untuk mengobrol dengan Shindong. Saat mulai lelah, Sungmin pun tertidur.

"Minnie agasshi, kita sudah sampai," Shindong membangunkan Sungmin dengan sopan.

Sungmin perlahan membuka matanya. Membiasakan diri lagi dengan kehidupan nyata setelah sejenak hidup di alam tidurnya.

"Gomawo, ahjussi," Sungmin bangun dan keluar dari mobil lalu menuju bangunan besar yang sudah ditinggalinya selama hampir tujuh belas tahun. Kediaman keluarganya.

Sungmin masuk melewati pintu dapur yang tidak terkunci, lalu berjalan mengendap-endap seperti seorang pencuri. Dari dalam terdengar suara televisi yang sedang menyala. Sungmin membuka sepatunya dan menentengnya. Ia meletakkan sepatu di rak yang ada di dekat ruang makan. Lalu meneruskan langkah pelannya menuju ruang keluarga, tempat suara televisi terdengar.

Seorang wanita setengah baya sedang serius menyaksikan siaran televisi yang sedang memberitakan sesuatu.

Sungmin mendekati wanita itu dan…

"DOR!" Sungmin berteriak semangat.

"Dor dor dor dor. Orang ganteng dor dor," wanita yang dikagetkan Sungmin itu latah, tubuhnya refleks seperti tentara yang sedang menembaki musuh.

Sungmin tertawa geli melihat tingkah wanita itu. Sedangkan wanita itu hanya memasang muka memelas.

"Mianhe, Ahjumma," ujar Sungmin di ujung tawanya. "Habisnya kau serius sekali menonton televisinya. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengagetkanmu."

"Minnie, kau ini sering sekali menggoda Ahjumma," ujar wanita bernama Heechul itu. Heechul adalah asisten rumah tangga di keluarga Lee Sungmin. Heechul sudah bekerja pada keluarga Lee Sungmin bahkan sebelum Sungmin lahir.

"Maafkan aku, ne? Memangnya Ahjumma sedang menonton acara apa sih?" Sungmin jadi ikut-ikutan menonton televisi.

CHO KYUHYUN. PEMBUNUH DIREKTUR PARK JUNGSU MENJADI BURON SEJAK DUA HARI YANG LALU.

Itulah tulisan yang menyertai foto seorang namja yang sengaja ditayangkan pihak stasiun televisi. Sungmin memperhatikan wajah orang dalam foto itu. Kulitnya sedikit gelap, rambutnya lurus meski potongannya tidak terlalu panjang, alis matanya tebal, matanya tajam, bentuk wajahnya tegas.

'Cocok sekali menjadi penjahat,' ujar Sungmin membatin.

"Omooo… Kau lihat Minnie, dia sangat tampan untuk mejadi seorang penjahat," komentar Heechul berseberangan dengan pemikiran Sungmin.

Sungmin bergidik ngeri. 'Apanya yang tampan? Tampang kriminil begitu,' Sungmin masih berkomentar dalam hati.

"Direktur Park Jungsu, CEO dari PARK GROUP ditemukan tewas di kantornya pada pukul delapan malam, Senin 1 Juli lalu. Menurut saksi mata, jenazah ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa karena luka tusukan," pembawa berita itu membacakan narasinya. Tayangan televisi itu kemudian menampilkan seorang namja usia dua puluhan.

"Saya melihatnya. Pembunuh itu adalah Cho Kyuhyun. Dia anak buah saya sebagai office boy di kantor ini. Saat itu saya sedang mengecek untuk terakhir kalinya lampu-lampu di setiap lantai. Dan saat saya berada di lantai tujuh, saya melihat Cho Kyuhyun sedang berlari menuju tangga darurat. Saya berteriak memanggil namanya, tapi dia diam saja dan terus berlari. Saya penasaran dan mengecek seluruh isi lantai tujuh, di situlah saya menemukan Direktur yang sudah berlumuran darah dengan pisau yang tergeletak di sampingnya."

"Sadis," komentar Sungmin.

"Tampan," komentar Heechul berbarengan dengan Sungmin.

Sungmin menggelengkan kepalanya. Asisten rumah tangganya ini sudah terbuai dengan penjahat itu.

"Apanya yang tampan sih?" tanya Sungmin sambil melihat televisi yang kali ini menayangkan lagi foto sang penjahat.

"Senyumnya itu lho, Minnie. Dia tampak begitu… Mac.. Mac apa ya kata anak muda sekarang?"

"Macho?" tebak Sungmin. Heechul mengangguk dengan semangat. "Tetap saja dia itu pembunuh dan…" Sungmin bersiap untuk bangkit sambil menjinjing tasnya. Ia mendekat ke telinga Heechul.

"BUROOOON!" teriak Sungmin tepat di telinga Heechul.

"Eh buron ganteng, ganteng buron. Buron-buron ganteng," lagi-lagi Heechul latah karena ulah Sungmin. Heechul memegangi dadanya yang naik-turun tidak teratur sambil mengatur napasnya sementara Sungmin berjalan menuju lantai dua sambil menahan tawanya karena berhasil menjahili asisten rumah tangganya yang sudah ia anggap seperti keluarga sendiri.


Sungmin memasuki kamarnya di lantai dua. Hal yang pertama dilakukannya adalah membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja belajar. Kemudian Sungmin meletakkan tasnya di kasur dan menyalakan pendingin udara. Lalu membuka seragamnya dan menyisakan tank top berwarna putih. Sungmin menuju lemarinya dan mengambil kaos berwarna hijau. Saat hendak memakainya, Sungmin merasa perutnya sedikit melilit, ia ingin buang air kecil. Sungmin membawa kaos itu dan bermaksud memakainya di kamar mandi.

Sungmin membawa langkah ringannya menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya itu. Sungmin memasukinya dan begitu pintu tertutup…


GREP.

Kaos yang tadi Sungmin bawa direbut seseorang. Tidak hanya itu, kaos itu digunakan untuk menyumpal mulut Sungmin dari belakang. Kedua tangan Sungmin pun ditarik ke belakang dan dikunci oleh tangan seseorang.

Sungmin berontak, tapi orang itu semakin mengencangkan sumpalan pada mulut Sungmin dan kuncian pada tangan Sungmin. Kulit Sungmin bertemu dengan kulit orang itu. Dingin.

"Berjanjilah kau tidak akan berteriak ataupun lari, maka aku tidak akan menyakitimu," ujar sebuah suara berat tepat di telinga Sungmin. Bulu kuduk Sungmin berdiri. Keringat sudah mengucur di dahinya.

"Berjanjilah," ujar orang itu lagi yang diketahui Sungmin dari suaranya adalah seorang namja.

Sungmin tidak ada pilihan. Ia pun menganggukkan kepalanya pelan.

Setelah beberapa detik, sumpalan dan kuncian pada tangan Sungmin mengendur. Sungmin tidak menyia-nyiakan itu dan menginjak kaki namja yang berada di belakangnya hingga seluruh tubuh Sungmin yang disandera terbebas. Sungmin mencoba membuka pintu, tapi dengan cepat orang itu menahannya. Ia membalik tubuh Sungmin hingga berhadapan dengannya. Tubuhnya menjepit tubuh Sungmin ke pintu. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengunci kedua tangan Sungmin, dan tangan kirinya ia gunakan untuk membekap mulut Sungmin sebagai pengganti kaos yang tadi menyumpal.

Sungmin dapat dengan jelas melihat wajah siapa pelaku semua ini. Kulitnya yang gelap kecoklatan, rambutnya yang lurus, alisnya yang tebal, rahangnya yang tegas, dan mata yang tajam. Sungmin seperti pernah melihat orang ini. Sungmin memaksa ingatannya untuk berpikir. Sungmin membesarkan matanya saat ia tahu bahwa namja yang ada di depannya adalah…


'Buron itu!'


TBC