Kuroko no Basuke is Tadatoshi Fujimaki's
This fic belongs to the owner of AoKuro Weekly tumblr and SpiritWave ffn account. I just translate this fic into Bahasa. =)


Aomine bukan orang yang suka merajuk; hal seperti itu tak ada dalam kode genetiknya. Ada banyak alasan kenapa ia tidak dapat melakukannya, dan terasa menggelikan untuk menyatakan sebaliknya. Tingginya, posturnya, wajahnya, pekerjaannya (demi Jesus Kristus, dia adalah polisi); akan menjadi daftar yang sangat panjang—tak berakhir. Jadi, Aomine tidak merajuk.

Dan satu kata bernada marah dari kekasihnya, lalu dia akan mencibir, menatap kesal pada dinding dengan wajah cemberut. Tidak seperti itu akan terlihat seperti cemberut. Tidak, tentu saja tidak. Itu adalah hal lain yang tidak dapat Aomine lakukan.

Dia sedang berbaring di sofa, punggungnya menghadap ke Tetsu yang sedang memasak makan malam mereka. Keheningan yang menyebar di rumah itu hampir mematikan, dan sumbernya tidak lain adalah Tetsu sendiri. Sementara tidak ada satu pun dalam pikiran sehat mereka akan berbicara padanya seperti ini, sang polisi ingin mengetahui sesuatu. Dia memutuskan untuk menunggu beberapa menit, namun Aomine tidak terkenal dengan kesabaran dan intelegensinya, jadi dia mengucap 'sial' dan melanjutkan aksinya. "Apa kau masih marah?"

Tubuh pria itu menegang saat bunyi "clink" dari metal yang menghantam metal berdenting ke telinganya. Dia berdiri untuk melihat apa yang terjadi, hanya untuk menemukan Tetsu-nya yang mungil dan polos, dan berkulit halus menatap kesal padanya dengan apa yang terasa seperti keinginan untuk membunuh. "Kau membuat salah satu muridku menangis." Wajah Aomine memerah karena malu. Dia lalu kembali duduk di sofa, mencoba untuk mengatakan sesuatu lagi dan lagi, hanya untuk dihentikan setiap kali dimulai.

Ketika ia telah mengumpulkan cukup keberanian untuk menjelaskan, dia berdiri, dan setengah berlari menuju pria yang lebih pendek, dan menggenggam tangannya. "Kau tidak mengerti! Dia yang memulainya!"

Dengan paksa, Tetsu menarik tangan dari genggamannya, menghela napas dengan cara yang mengingatkannya pada cara para orang tua memerlakukan anak mereka. "Dia yang memulainya? Daiki, usiamu tiga puluh tahun, dan dia enam."

"Tapi—"

"Tidak ada tapi-tapian, aku hampir selesai dengan makan malam ini." Aomine mengerutkan wajahnya pada si 'makan malam'; ini adalah ketiga kalinya dalam minggu ini mereka menyantap telur rebus. "Duduklah." Lagi, mereka masuk dalam keheningan total ketika duduk di kursi masing-masing. Aomine mendengarkan setiap gerakan yang dibuat Tetsu, dari menaruh alat-alat makan di atas meja, lalu menyajikan salad, sampai menuang wine. "Lagipula, apa yang ia lakukan? Aku sudah mencoba bertanya padanya, tapi dia menolak mengatakan apapun," ucap Tetsu, sekarang dengan suara yang sedikit lebih riang.

Aomine mencibir, tidak merajuk; tidak. Dan dengan hampir tidak terdengar, dia berkata:

"Dia memanggilku ganguro."


Footnote:

Ganguro is an alternative fashion trend of blonde, pink or silver hair and tanned skin among young Japanese women that peaked in popularity around the year 2000. (Taken from wikipedia)

Maybe Kuroko's student called Aomine a ganguro bercause of his tanned skin and blue hair. Lol.