Disclaimer Naruto milik om Masashi Kisimoto

lanjutan dari fic Naruto The King


..

..


Tidak seperti ke dua adiknya―Menma dan Naruko―, dia terlahir dengan memiliki cakra yang sedikit. Ke dua orang tuanya ia ketahui sudah meninggal di saat dia berumur 3 tahun, tatkala Kyuubi mengamuk di Konoha. Menma dan Naruko lahir saat tragedy itu terjadi.

Hidup mengurusi ke dua adiknya bukanlah suatu hal yang mudah. Perihal itu mulai ia lakukan saat menginjak umur 9 tahun. Dari mulai menyuapi, melerai mereka saat sedang memperebutkan sesuatu, memandikan mereka, dan lain-lain.

Orang-orang yang ditugasi Hokage ke tiga untuk mengurus mereka memilih untuk mengundurkan diri tak sanggup.

Kadang dia menangis saat memikirkan tentang sikap orang-orang yang ada di desanya. Kenapa mereka tak punya belas kasihan sedikit pun. Memperlakukan dirinya dan ke dua adiknya dengan sangat tidak adil.

Pernah suatu ketika ke dua adiknya menginginkan sebuah mainan yang ada di sebuah toko, tapi sambutan apa yang pemilik toko itu berikan bukanlah hal yang bisa dibilang baik.

Praakkk

Pemilik toko tersebut melempar dirinya dengan mainan-mainan yang ada di toko itu sambil menatap benci dirinya dan adik-adiknya.

"PERGI KALIAN DARI TOKOKU DASAR BOCAH SIALAN!"

Orang-orang yang ada di sekitar mereka hanya menonton sambil berbisik-bisik.

Naruto ingin langsung pergi saja dari tempat itu mengajak ke dua adiknya, tapi keinginannya harus tertunda karna Menma tiba-tiba memungut batu kecil dan melempari orang itu. Dan yang terjadi setelah itu Menma malah dipukuli dengan kayu tanpa ampun.

Melihat kejadian itu, tentu saja Naruto yang menjadi kakaknya berusaha melindungi sang adik. Alhasil mereka berdua pun menjadi bulan-bulanan pemilik toko itu. Sementara Naruko menangis keras melihat ke dua kakaknya diperlakukan seperti itu.

Orang-orang yang menyaksikan pemukulan itu, hanya diam tanpa terbersit keinginan untuk menolong mereka.

Tak lama setelah itu dua orang berpakaian Jounin datang. Tapi, mereka tidak berusaha melerai pemilik toko itu. Mereka hanya berkata 'Berhenti' satu kali lalu diam memperhatikan Naruto dan Menma dipukuli. Sampai Hokage ke tiga sendiri yang datang menghentikan aksi pemukulan itu.

Mulai dari saat itu dia mulai belajar bermain gitar, minta diajari oleh Hokage ke tiga. Dan saat sudah bisa, ia mulai mencari uang sendiri. Mengamen di toko-toko, di rumah orang, pergi pagi pulang sore hari. Walau cuma dapat 10 keping uang logam, dia sudah merasa puas sendiri.

Memasak?

Tentu dia tidak bisa. Dia selalu datang ke kantor Hokage, lalu meminta Hokage ke tiga untuk membuatkan mereka makanan. Yah, semua kebutuhan hidupnya bersama ke dua adiknya ditanggung penuh oleh Hokage ke tiga.


XxXxX


Sore itu dia baru pulang dari acara mengamennya. Membawa tiga bungkus mie ramen yang diberikan oleh paman pemilik kedai ramen beserta uang receh sepuluh keping uang logam di kantong celananya. Lalu gitar kecilnya ia lingkarkan di tubuhnya. Setibanya ia di pintu apartemennya, ia pun mengetuk beberapa kali pintu apartemen itu dengan tangan kirinya.

Tok tok tok tok

"Aku pulang!" teriak Naruto dengan senyum bahagia.

"Tunggu sebentar!" sahut yang ada di dalam rumah.

Tak lama kemudian pintu dibuka dan tampak seorang gadis kecil berambut pirang panjang dengan model dikuncir dua. Menatap Naruto dengan wajah kusut.

Naruto yang melihat wajah adiknya pun mulai merasakan sesuatu yang tidak enak.

"Ada apa?" tanya Naruto khawatir.

"Onii-chan, Menma-nii tadi ku temukan pingsan di jalan dengan wajah yang babak belur." kata gadis itu sambil berusaha menahan tangisnya.

Mendengar penuturan sang adik, pemuda berambut merah jabrik itu pun menjadi kaget. "Apa yang terjadi? Di mana dia sekarang?" tanya Naruto terburu-buru.

"Hiks... Aku ti-tidak tahu. Tadi waktu aku keluar bermain, aku menemukan Menma-nii sudah tergeletak tak sadarkan diri," balas gadis itu sambil menangis.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Naruto lagi sambil memegang ke dua bahu Naruko.

"Dia ada di dalam dan belum sadarkan diri dari ta―"

Buggghh

Tiba-tiba ucapan Naruko terpotong oleh suara sesuatu terjatuh dari dalam apartemen yang mereka tempati.

"Ittttaiiii!"

Tanpa berpikir lama-lama lagi, Naruto pun langsung masuk ke dalam apartemen dengan langkah terburu-buru diikuti Naruko di belakangnya.

Setibanya ia di dalam kamar, segera diletakkannya bungkusan mie di atas meja kecil yang terletak di dekat pintu. Kemudian ia menghampiri anak kecil berambut pirang jabrik yang sedang mengelus pipinya di samping kasur.

Sesampainya ia di samping Menma yang sedang menatapnya dengan wajah meringis, ia pun segera memegang ke dua bahu Menma erat sambil memandang khawatir sang adik. "Menma, apa yang terjadi? Katakan padaku? Cepat katakan!" seru Naruto seraya menggoyang-goyang tubuh Menma ke depan dan ke belakang.

Sebutir keringat sweatdrop muncul di belakang kepala Menma. "Nii-chan, kalau Nii-chan menggoyangku seperti ini, nanti aku pingsan lagi." ucap Menma lemah dan membuat Naruto tersadar seketika.

"Haha, maaf, tapi kau tidak apa-apa 'kan, Menma?" tanya Naruto lagi.

"Tentu saja, Nii-chan," jawab Menma sembari bangkit diikuti Naruto.

Setelah ke duanya berdiri, Naruto pun mulai bertanya penasaran tentang apa yang terjadi dengan Menma.

"Naruko bilang tadi kau pingsan. Apa yang terjadi, Menma?"

"Hah...," Menma mendesah berat. "tadi aku menolong seorang gadis yang sedang dikeroyok tiga orang, Nii-chan. Tapi malah aku yang dihajar habis-habisan." kata Menma sedih.

Ke dua sudut bibir Naruto terangkat membentuk sebuah sunggingan senyuman begitu mendengar cerita Menma. "Wah hebat!"

Puk

"Ittai,"

Naruto menepuk punggung sang adik cukup keras sehingga adiknya pun dibuat meringis. "Demi seorang gadis, kau sampai rela menantang tiga orang sekaligus," ucap Naruto bangga. "benar-benar PAYAH! Apa yang kau pikirkan hah?! Jangan sia-siakan nyawamu untuk hal yang tidak ada gunanya baka!" teriak Naruto meneriaki Menma dengan keras sambil mengepalkan tinjunya. Menma pun dibuat berjengit saking kerasnya suara Naruto.

Menma hanya bisa menunduk sambil mendengar omelan kakaknya. Beberapa saat setelah Naruto berhenti berteriak, Menma mengangkat wajahnya menatap langsung mata sang kakak, dengan sedikit keberanian yang ada di dalam dadanya Menma menjawab kata-kata sang kakak, "Nii-chan, aku hanya ingin menyelamatkannya dari anak-anak itu. Aku tidak akan mati semudah itu," ucapnya polos berusaha menenangkan sang kakak.

Tapi kata-kata Menma tak bisa membuat hati kakaknya tenang. Kata-katanya malahan menyulut api di hati Naruto. "Bodoh! Berhenti berbuat sesuatu yang membuatku khawatir! Apa kau lupa bagaimana mereka membenci dan menghina kita! Menatap kita dengan penuh benci setiap harinya hah?!" bentak Naruto disertai mata melotot tajam, mengeluarkan semua emosi di dadanya. Sementara Naruko menjadi takut melihat wajah sang kakak.

Menma yang mendengar kata-kata bentakan sang kakak pun menjadi menunduk sedih. Air matanya pun mengalir pelan dari sudut-sudut matanya, memotong tiga goresan di pipi kanannya. "Hiks, aku tidak peduli Nii-chan. Biar pun orang-orang membenciku, aku akan tetap melakukan sesuatu yang ku anggap benar. Hiks, hiks."

Apa yang terpatri di hati Naruto ketika melihat air mata sang adik mengalir. Sebagai kakaknya tentu saja dia merasa sangat bersalah.

"Haahh...," Naruto menghembuskan napas kasar mendengar jawaban Menma. Bagaimana pun juga dia tidak bisa melarang sang adik untuk melakukan hal yang benar.

"Ya sudah," ―di angkatnya tangannya ke atas kepala jabrik Menma, kemudian diusapnya pelan surai emas Menma―. "maafkan Nii-chan karna sudah berbicara kasar padamu, Menma," balas Naruto lembut sembari mengusap puncak kepala Menma.

Menma kemudian memeluk tubuh Naruto, menyandarkan kepalanya di dada sang kakak.

"Hiks, hiks...," isak Menma di dada sang kakak. "Nii-chan, maafkan Menma karna sudah m-membuat Nii-chan khawatir."

"Iya, tidak apa-apa, Menma. Jangan menangis lagi. Masak calon Hokage cengeng."

Tiba-tiba Naruko yang melihat acara pelukan itu pun mendekat ke arah ke duanya.

"Onii-chan, boleh aku ikut memeluk Onii-chan." pinta Naruko sambil menunggu jawaban sang kakak.

Naruto mengangguk sembari menggerakkan tangannya memberi isyarat pada Naruko untuk mendekat.

Naruko pun langsung memeluk erat tubuh sang kakak sambil berujar pelan dengan mata tertutup, "Kami sayang Onii-chan...,"

"Sudah, sudah." kata Naruto seraya menepuk-nepuk pundak ke dua adiknya.

Naruto tiba-tiba teringat dengan ramen yang diletakkannya tadi. "O iya," kata Naruto menyadarkan Menma dan Naruko. "tadi paman Teuchi memberikan tiga bungkus ramen pada Nii-chan."

Seth

Mata Naruko dan Menma berbinar-binar mendengar kata ramen yang diucapkan Naruto.

"Benarkaaah?" tanya Menma dan Naruko bersamaan.

"Iya." jawab Naruto sambil mengangguk sekali.

"Di mana?! Di mana?!" tanya Menma yang terlihat paling semangat. Dia menolehkan kepalanya ke sana ke mari secara cepat mencari-cari bungkusan ramen itu.

Tep

Pandangannya langsung terkunci begitu melihat objek yang ada di atas meja. Namun ketika kakinya baru selangkah berjalan, kerah baju bagian belakangnya segera digenggam oleh Naruto.

"Tapi sebelum itu, kalian mandi dulu," ujar Naruto sambil tersenyum menatap tingkah lucu ke dua adiknya.

Ke dua mulut Menma dan Naruko berubah mengerucut setelah mendengar ucapan Naruto.

"Nii-chan makan dulu, baru mandi," usul Menma.

"Iya Onii-chan, kami sudah lapar. Dari tadi siang kami belum makan," sambut Naruko dengan memasang ekspresi sedihnya.

Dan penuturan Naruko langsung membuat Naruto menjadi kaget. "Astaga. Apa kalian sudah minta di Hokage-sama?" tanya Naruto.

"Hokage-jii sedang tidak di kantornya," jawab Naruko polos.

"Ya sudah, kita makan dulu. Naruko, kau ambil mangkuk di dapur. Menma. Ambil sumpitnya, cepat," perintah Naruto langsung.

"Siap komandan!" patuh ke duanya sambil berlarian menuju dapur.

Tak lama kemudian...

Tok tok tok tok

Suara ketukan pintu itu menyadarkan Naruto dari menatap ke dua adiknya. Dia pun beranjak dari tempat itu ke pintu apartemennya.


XxXxX


Naruko dan Menma sudah duduk manis di kursi dekat meja sambil tersenyum lebar. Menunggu ke datangan sang kakak―Naruto― kembali dari pintu depan. Beberapa menit setelah itu Naruto pun muncul sambil membawa sebuah bingkisan agak besar di tangannya.

"Onii-chan itu apa?" tanya Naruko mendahului Menma―Kakaknya―

"Ini makanan pemberian dari Hokage-sama." jawab Naruto jujur seadanya.

"Wah Jii-chan baik sekali ya, Nii-chan," sambut Menma ditemani air liur terus-terusan mengalir dari sudut-sudut mulutnya.

"Tentu saja,"

Naruto membuka bingkisan itu, dan terlihatlah makanan-makanan lagi enak, lagi sedaaap, lagi mantaaap... Betul, betul, betul. Cum Ipin kita makan...

Di sela-sela acara makannya, sesekali Naruto terlihat membersihkan noda-noda makanan yang menempel di sekitar mulut ke dua adiknya.

Setelah ke tiganya selesai makan, beres-beres, dan juga selesai mandi, mereka pun bersiap-siap hendak tidur di kasur besar yang ada di kamar mereka. Dengan posisi Naruto berada di antara ke duanya.

Naruto masih tersadar sementara ke dua adiknya sudah tertidur duluan. Pemuda yang sudah menginjak 11 tahun itu akan melakukan ritual malamnya sebelum tidur. Kebiasaan ini dia lakukan sejak beberapa bulan yang lalu.

Dia duduk bersila, menyatukan ke dua tinjunya sambil memejamkan matanya, berkonsentrasi penuh memasuki alam bawah sadarnya.

Suuuttthhh

Dia pun tiba di suatu tempat yang sudah tak asing lagi bagi dirinya. Suatu tempat yang lebih mirip seperti penjara, dengan jeruji besi yang sangat besar di hadapannya kini. Di balik jeruji itu sedang tertidur seekor monster berekor sembilan.

Ke dua iris safirnya menatap lekat monster tersebut, sama sekali tak tertarik menatap yang lainnya.

"Hmh."

Sudut kiri mulutnya terangkat ke atas, menampakkan senyum meremehkan yang diarahkan ke arah makhluk di depannya.

Tep

Dia memegang pundak kanannya dengan tangan kirinya, kemudian digoyangnya bahu kanan beriringan dengan gerakan kepalanya, memperagakan dirinya sedang melakukan olahraga ringan.

"Huuufff..."

Dia menarik napas dalam-dalam sebelum memulai aksinya.

"Fuuuhhh..." dihembuskannya pelan napasnya, mengeluarkan sebagian udara yang ditariknya masuk tadi.

Tpash

Kemudian dengan sekali gerakan, ia pun langsung melesat dengan cepat ke arah makhluk itu.

Tak butuh lama baginya untuk mencapai jeruji besi di depannya, karna beberapa detik setelah ia meninggalkan tempat berdirinya tadi, sekarang ia sudah berada 5 meter tepat di depan jeruji besi itu.

Pash

Dengan sekali hentakan kaki dia melompat tinggi ke depan sambil menekuk tangan kanannya ke belakang serta mengepalkan tinjunya kuat-kuat, bersiap hendak memukul monster tidak jauh di depannya.

Wuushh

Dia melesak masuk ke dalam jeruji besi itu. Cengiran khasnya yang memamerkan gigi-gigi putihnya pun semakin melebar, menghias wajah tannya ketika dirinya semakin mendekati makhluk raksasa itu.

"BANGUN MAKHLUK PAYAH!" teriaknya mengganggu tidur si makhluk berekor sembilan 5 meter di depannya.

Buuaaagggh..

Tapi belum sempat membuka matanya ketika mendengar suara teriakan itu, puncak kepala monster itu―Kyuubi―sudah dipukul duluan dengan keras oleh bocah itu. Alhasil dagu Kyuubi pun menghantam keras lantai yang digenangi air di bawahnya.

Kyuubi mengerang kesakitan, sedetik kemudian dibukanya matanya cepat, dan dapat dilihatnya dengan jelas seorang bocah bersurai merah tengah tersenyum di depan wajahnya sendiri.

"Hiii... Apa kabar payah," ejek Naruto tanpa merasa takut sedikit pun pada makhluk raksasa yang ada di hadapannya saat ini.

"Grrgggghhh." Kyuubi menggeram disertai wajahnya yang sekarang terlihat murka. "BOCAH MENYEBALKAAAN!" Kyuubi berteriak sembari menggerakkan tangan kanannya ke arah Naruto yang tengah berdiri di depan wajahnya, hendak menerkam pemuda pemilik surai merah tersebut.

Pessh.

Naruto langsung bersalto ke belakang, menghindari terkaman Kyuubi.

Tap

"Haha, kau masih saja lambat rubah payah." lagi Naruto mengejek Kyuubi sehingga membuat makhluk itu makin murka.

Kyuubi bangkit sembari mengayunkan tangan beserta cakarnya ke kiri ke arah Naruto yang sedang berdiri dengan tenang di depannya.

Wusshh...

Gerakan tangannya semakin mendekat ke arah Naruto. Tapi, bocah itu tampak bergeming, tak bergerak dari tempatnya berdiri atau pun menghindari serangan Kyuubi yang semakin mendekati dirinya.

Begitu jarak dirinya dengan cakar Kyuubi hanya terpisah 3 meter saja, Naruto pun merentangkan tangan kirinya ke samping seraya menggelar telapak tangannya menghadap tangan Kyuubi.

"Hmh." tanpa melepaskan tatapannya dari Kyuubi, ia tersenyum tipis sama sekali tak ada rasa panik sedikit pun yang terpatri di hatinya.

Tep.

Dengan mudahnya serangan Kyuubi ia hentikan dengan tangan kirinya, tanpa menggeser sedikit pun kakinya.

"Payah," ucapnya seraya mengangkat kepalan tangannya sejajar dengan bahunya, kemudian membuka setengah telapak tangannya menghadap atas.

Bussh..

Api kecil yang menyembur deras muncul secara tiba-tiba dari telapak tangannya. Senyum di wajahnya menghilang, yang tampak hanyalah ekspresi datar.

"Aku ingin melihatmu berteriak kepanasan lagi seperti sebelumnya," ucapnya datar dan membuat Kyuubi menjadi panik.

Selesai mengucapkan itu, Naruto menggerakkan tangannya secara cepat ke depan, tepatnya ke arah Kyuubi.

Bruuurrrhh

Kobaran api yang sangat besar, yang muncul dari telapak tangan Naruto, langsung melahap habis tubuh makhluk berekor sembilan tersebut.

"ROAAARRR! HENTIKAANN!" teriak Kyuubi sambil meronta-ronta, yang terlihat hanya kibasan tangannya saja yang terus mengibas ke kiri dan ke kanan.

"Apaa?! Kau minta tambah?! Baiklah, akan ku tambah skalanya," ujarnya seraya mengangkat tangan kirinya meniru gerakan tangan kanannya tadi. Kemudian ia kembali menyemburkan api dengan skala yang sama seperti yang dikeluarkan tangan kanannya.

Brurrrhh

Kobaran api itu bertambah besar, menutupi seluruh tubuh makhluk itu. Menimbulkan uap-uap air yang mengepul menyelubungi tempat itu, akibat panas dari api yang dilontarkan Naruto.

Kyuubi terus meraung kesakitan, tak henti-hentinya ia mengibaskan tangannya berusaha mengusir kobaran api yang terus membakar dirinya.

Tak ada rasa kasihan sedikit pun yang terpatri pada hati Naruto mendengar raungan Kyuubi. Yang tampak di wajahnya ekspresi kesetanan dengan seringaian lebar.

Tak lama kemudian bocah berambut merah itu menghentikan semburan api yang keluar dari tangannya.

"Hah, hah...," napas Kyuubi terdengar terengah-engah. "Kau hebatnya juga bocah. Tidak salah jika ayahmu mem―"

"Jangan banyak bicara! Cepat keluarkan kemampuan terbaikmu," tantang Naruto dengan mata menatap tajam Kyuubi.

"Bocah sombong," cela Kyuubi masih dengan napas berat. "Tapi aku akan MENGHABISIMU SAAT INI JUGAA!"

Kyuubi mendongak seraya membuka lebar-lebar mulutnya. Ke sembilan ekornya pun ikut berdiri, dan berhenti di depan wajahnya. Lalu muncullah bola berwarna hitam kecil yang terlihat semakin membesar di atas mulutnya. Besar, dan semakin besar sehingga membentuk sebuah bola raksasa. Jurus yang sama yang ia gunakkan selama ini untuk melawan bocah. Tapi ukurannya lebih besar dari ukuran biasa yang biasa ia tampakkan pada Naruto.

"Jurus itu lagi," ucap Naruto meremehkan jurus Kyuubi.

"RASAKAN INIII!" teriak Kyuubi sambil melemparkan bola yang ia ciptakan tadi.

"Kau tidak memakannya?" tanya Naruto keheranan karna baru kali ini melihat bola itu langsung dilepaskan.

Tapi Kyuubi diam tak menjawab pertanyaan Naruto.

Naruto menyatukan jari-jari tangan kirinya, kecuali jari telunjuknya. Kemudian diangkatnya tangan kirinya dan berhenti saat jari telunjuknya menghadap bulatan raksasa yang sedang mendekat ke arahnya itu.

Slash

Di depan jari telunjuknya keluar sebuah bulatan kecil berwarna merah, memancar semakin membesar dan berhenti saat ukurannya sudah mencapai sebesar kelereng.

"Heh," Naruto kembali menyeringai.

Plash

Bulatan itu langsung terlontar sehingga membentuk sebuah garis kecil panjang.

Duuuaaaarrrr

Ledakan besar pun tak terelakkan ketika dua kekuatan itu bertabrakkan. Sampai menggetarkan tempat itu.

Kyuubi terkejut bukan main, tidak percaya Bijuudama miliknya bisa dihentikan hanya dengan kekuatan sekecil itu.

"Kau sudah membuat ku marah! Dengan menyebut-nyebut ayahku! Haaaaaaa!" Naruto berteriak keras, mengeluarkan semua emosi yang membakar dadanya. Hingga suaranya terdengar seperti suara raungan kemarahan.

Bersamaan dengan itu dia mendongak, membuka mulutnya lebar serta merentangkan ke dua kepalan tangannya ke samping.

Braarrhhh

Kobaran api yang besar kembali keluar dari mulut beserta ke dua tangannya. Menimbulkan suara raungan yang terdengar mengerikan. Lalu dari kepalan tangannya, muncul kilatan-kilatan petir yang tampak menyambar-nyambar di tempat itu. Belum selesai dengan itu, badai angin tiba-tiba langsung menyambut kilatan-kilatan petir serta kobaran api yang dikeluarkan Naruto.

Lama kemudian Naruto berhenti berteriak, kilatan petir beserta kobaran api yang muncul tadi menghilang, kecuali badai angin yang sekarang masih menghantam tubuh Kyuubi.

Naruto menatap tajam Kyuubi sambil berkata, "Kau tidak akan ku ampuni," ucapnya seraya menjulurkan telapak tangannya menghadap Kyuubi. Hal yang tadi pun terulang, sebuah bulatan merah yang ukurannya berkali-kali lipat dari ukuran sebelumnya pun keluar dari telapak tangan kirinya.

"Onii-chan," panggil seseorang dari luar.

Naruto pun menghentikan serangannya begitu mengenali suara adiknya―Naruko― sedang memanggil dirinya.

"Hah..." Naruto mendesah. Lalu ia berbalik membelakangi Kyuubi. "Lain kali kita lanjutkan,"

TBC dan DISCONTINUED hkwkwkwkwk