Tap… Tap… Tap…

Suara benturan kaki mulai menggema mengisi keheningan dimalam itu.

KRIEEEEEEET…

Suara yang dihasilkan oleh sebuah pintu mulai terdengar.

Tap… Tap… Tap…

Suara perbenturan kaki mulai terdengar kembali.

"Fuh, untung saja tidak ketahuan kalau aku keluar markas…"

Ucap seseorang didalam kesunyian malam yang dihiasi gemerlap bintang dan bulan purnama yang menjadi pusat perhatian pada malam itu.

"Mungkin malam ini akan terjadi sesuatu yang menarik…"

Pikir orang itu sambil menatap rembulan yang bersinar dengan anggunnya.

Rambut merah jambu panjang miliknya yang dibiarkan tergeraiterlihat begitu indah dibawah sinar sang rembulan.

.

.

Love is War

Written by:

Suzuki Honoda

Disclaimer:

Vocaloid © YAMAHA

Genre:

Romance and Tragedy

Pairing(s):

Kaito S. X Luka M.

(slight: Kaito S. X Miku H. / Gakupo K. X Luka M.)

Rated:

T

WARNING(s):

Gaje-ness, OOC maybe, AU, typo(s),

Author pendatang dari fandom Anime/Manga,

Read and give me review, please!

.

So, Lets Start!

.

Luka's POV

"Mungkin malam ini akan terjadi sesuatu yang menarik…"

Pikirku sambil menatap bulan yang bersinar dengan anggunnya.

Ah, aku lupa memperkenalkan diri ya?

Namaku Luka, Luka Megurine.

Umurku? Uhm… kalau tak salah 19 tahun.

Meski umurku tergolong muda, aku menduduki jabatan sebagai kepala perawat, dan sekarang aku sedang bertugas merawat para tentara yang terluka.

Tetapi jika langit sudah berwarna hitam pekat dan jam tepat menunjukan angka 12, aku pasti akan keluar mencari orang-orang yang masih bisa kutolong, mau itu musuh sekalipun.

Kalau boleh jujur, aku benci peperangan yang hanya terjadi dikarnakan sebuah 'masalah kecil' yang sebenarnya memang tidak aku ketahui jelas alasannya, tetapi hal yang paling kubenci dari peperangan itu adalah mengorbankan banyak nyawa.

Hal seperti itu sangat-amat tidak manusiawi bukan?

Menggunakan tangan-tangan kita yang harusnya kita gunakan untuk saling tolong-menolong malah digunakan untuk saling membunuh menggunakan senjata-senjata yang memang dirancang untuk membunuh satu sama lain?

Itu adalah hal terkonyol yang ada didunia ini.

Tidak, bahkan itu adalah hal terkonyol dialam semesta ini.

"U-uuh… shhhh… arghhh…" rintih kesakitan mulai terdengar dengan jelas ditelingaku, aku langsung mencari asal suara itu dengan sigap.

Aku terus mempertajam indra pendengaranku sampai akhirnya menemukan seorang lelaki berambut biru yang sedang meringis kesakitan dengan darah-darah segar yang terus mengalir dari pelipis dan pergelangan tangan kirinya.

Dari seragam yang lelaki itu pakai sangat terlihat kalau dia menduduki jabatan yang tinggi, ya… seragam putih lengkap dengan lambing pangkat berwarna kuning ke emasan, pimpinan utama.

"K-kau… s-sia…pa?" Tanya lelaki itu bersusah payah melontarkan dua kata tadi.

"Aku seorang perawat, kau tidak melihat pakaianku ini? Sudahlah, jangan banyak bergerak. Lebih baik kau tenang saja dulu," jawabku dengan nada datar dan mulai duduk didepan lelaki itu.

Aku mulai mengambil perlatanku dan mulai membersihkan lalu mengobati luka-luka yang melekat pada tubuh lelaki berambut biru itu perlahan.

"H-hei… S-sak…it…" ringisnya, tergambar jelas diwajahnya kalau dia mencoba menahan rasa sakit yang menjalar dari luka-luka yang sedang kubersihkan sebelum memulai mengolesi obat-obatan pada luka ditubuhnya, dan membalutnya.

"Tahan, kau ini lelaki kan? Makanya kau harus kuat." Responku yang mulai serius mengolesi alcohol pada luka yang 'menempel' dikulitnya.

Hening. Itulah kata yang menggambarkan suasana kami berdua selama aku mengobati lukanya, sampai akhirnya aku selesai mengobati dan membalut luka-luka ditubuhnya.

"Minum ini," suruhku sambil menyodorkan sebuah botol air minum. Awalnya, lelaki berambut biru itu hanya menatap botol itu penuh kecurigaan, tetapi akhirnya air itu diminum juga, bahkan hingga habis tak bersisa.

'orang ini… rakus.' Ujarku dalam hati.

"Uhm… Namamu siapa, miss?" Tanya lelaki itu dengan senyum ramah setelah mulai merasa bisa berbicara dengan lancar.

"Luka, Luka Megurine." Jawabku seadanya.

"Oh ya, namaku Kaito Shion. Aku salah satu dari tiga pemimpin utama Volition. Dan kau?" Tanya lelaki—Kaito Shion—lagi.

"Kepala perawat Healdton," jawabku jujur dan tanpa ekspresi.

"Hah? Healdton? Berarti kau ini musuhku? Aku tak percaya kau yang seorang musuh menolong musuhmu sendiri?" kaget Kaito dengan mata membulat tak percaya.

"Tapi itulah faktanya. Aku memang membenci melihat orang lain yang meringis kesakitan dan menderita karena peperangan yang tak berguna seperti ini." Jelasku sambil menatap mata Kaito yang masih menyiratkan kebingungan.

"Lagi pula kenapa gadis berumuran 15 tahun sepertimu ada dimedan perang seperti ini, miss?" Tanya Kaito sambil menatapku heran dan sedikit memiringkan kepalanya.

"Namaku 'Luka' bukan 'miss', dan umurku sudah 19 tahun, bahkan tahun ini akan menjadi 20. Camkan itu." ucapku risih karena disebut-sebut anak berumur 15 tahun.

"EH? 20 tahun, tahun ini? Umurku tahun ini 23 lho! Berarti kita berbeda 3 tahun ya?" kata lelaki itu sambil menatapku antusias.

"Tidak ada gunanya aku berdiam diri dan mengobrol denganmu. Lebih baik aku pergi saja dan mencari orang lain yang masih membutuhkan pertolonganku." Balasku cuek sambil mulai merapihkan peralatanku.

"KAITO-KUN!" teriak seseorang tergesa-gesa, lelaki yang bernama Kaito itu langsung merespon suara itu.

"Hah… Haah… Haaahh… Ternyata kau disini! Aku senang kau selama—eh, tunggu… kau ini siapa?" Tanya seorang gadis yang sepertinya seumuran denganku berambut biru tosca panjang diikat dua, wajahnya sangat manis.

"Ah, iya… Miku-chan, ini Luka kepala perawat dari Healdton… Luka, ini Miku perawat khusus dari Volition," jelas Kaito sambil memperkenalkan diriku pada gadis itu—Miku.

"APA? KEPALA PERAWAT HEALDTON? Apa kau bercanda?" jerit Miku kaget sambil mulai menjaga jarak denganku.

"Tapi itulah faktanya. Apa ada yang salah?" Tanyaku bernada sinis dan dengan tatapan tajam yang menusuk kearah Miku.

"Tidak salah sih, aku hanya kaget saja. Err… tapi aku sangat berterimakasih padamu Luka-san. Arigatou, sudah menolong Kaito-kun, Luka-san." Ucap Miku tersenyum menatapku.

"Ya, sepertinya sudah waktuku untuk kembali ke markas. Karena si 'jendral ungu pencinta eggplant' itu bisa menghujaniku berjuta-juta pertanyaan jika aku ketahuan keluar markas. Hhhh…" Jelasku panjang lebar sambil menghela nafas bosan.

"Wait… 'Jendral ungu pencinta eggplant'? Jangan bilang maksudmu… SIR GAKUPO KAMUI?" kaget Kaito mendengar perkataanku.

"Itu memang maksudku. Well, aku mengganggu suasana diantara kalian berdua kah? Lebih baik aku pergi sekarang." Ucapku sambil mulai beranjak meninggalkan kedua insan yang seharusnya menjadi 'musuh'ku.

Tetapi tiba-tiba langkah kedua kaki jenjangku terhenti ketika pergelangan tanganku ditarik sebuah tangan yang menurutku besar dibandingkan tanganku.

"Arigatou, miss Luka, aku berhutang budi padamu. Temui aku jika kau punya waktu senggang," bisikan itu seakan menggelitik telingaku. Aku hanya bisa mengangguk mendengar bisikan itu.

"Kaito-kun, kau sedang membicarakan apa dengan Luka-san? Lebih baik kita juga kembali ke markas! Aku yakin Len-kun pasti sudah sangat cemas menunggu keberadaanmu!" seru Miku dengan tampang… kesal? Kenapa dia kesal melihat Kaito berbisik kepadaku? Cemburu? Berarti Miku menyukai Kaito? Hah, sudahlah.

"Eh, iya… Aku sampai melupakan Len… Yasudah, ayo kita juga kembali. Sampai jumpa, miss Luka!" ucap Kaito seraya tersenyum kearahku. Aku tak tau mengapa… tapi, wajahku serasa panas. Padahal ini malam hari. Oke, lupakan.

End Luka's POV

.

— Love is War

.

"LUKAAAAAAAAAAA~! Kau dimanaaaa?" teriak seseorang ditengah-tengah malam yang saking nyaringnya teriakan itu bisa membuat nenek-nenek tuli menjadi sembuh(?). (author: eh, abaikan kalimat barusan -_-)

"Sir Gakupo, saya mohon anda tidak usah berteriak-teriak ditengah malam seperti ini! Kalau sampai terdengar para prajurit bisa-bisa mereka terbangun dan tidak bisa tidur semalaman ini karena teriakan anda! Bagaimana jika itu terjadi? Lalu, stamina mereka untuk perang besok sangat labil, dan akhirnya kita kalah. Apa anda mau hal buruk itu terjadi?" Tanya seorang gadis yang menggunakan baju perawat yang mirip seperti Luka.

"Tidak, aku tidak ingin itu terjadi, Meiko. Tapi masalahnya diamana Luka? Aku tidak ingin gadis sejenius dan secantik dia disandra oleh musuh kita!" resah lelaki berambut ungu yang disebut-sebut Gakupo dengan memasang tampang horror.

"Ya-ya-yaa! Saya tau anda mengalami 'crush' yang mendalam pada miss Luka, sir. Tapi, saya yakin bahwa miss Luka tidak akan mudah disandra oleh lawan. Well, miss Luka itu tidak boleh diremehkan! Dia sebenarnya jago bela-diri loh, sir!" pendapat gadis berambut coklat pendek berbaju perwat yang dipanggil Meiko.

"Yang pasti dimana Lukaaaaaaa?" teriak Gakupo lagi.

"Aku disini, Gakupo." Tiba-tiba Luka muncul dari belakang Gakupo dan Meiko, terlihat dari mukanya kalau dia sangat lelah hingga berkeringat.

"Luka, akhirnya aku menemukanmu! Aku cemas memikirkanmu kau tau? Kau tadi dari mana saja? Kenapa kau berkeringat? Apa kau lelah? Kau bertemu musuh? Kau tidak apa-apa? kau—" kata-kata Gakupo terpotong oleh Luka yang menatapnya tajam dan mengucapkan sebuah kata.

"Cerewet." potong Luka singkat yang membuat Gakupo ber-jlebb-ria, Luka yang melihatnya hanya memberi tatapan dingin dan menusuk kearah Gakupo.

"Hahaha, Luka memang selalu begitu ya! Tapi… Terimakasih untuk semuanya ya Luka! Aku senang bisa kenal dengan gadis sehebat dirimu!" ucap Gakupo tersenyum riang.

"Maksudmu apa?" tanyaku heran dengan pujiannya.

"Karena banyak prajurit yang tertolong nyawanya karena dirimuuu!" kata Gakupo lagi.

"Oh, hanya karena itu? Kukira karena apa…"

.

— Love is War

.

DOR…

Suara tembakan pertama berbunyi, Luka menggigit bibir bawahnya.

DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR DOR

Suara tembakan mulai beradu, para manusia yang berada di'arena' mulai saling membunuh satu sama lain.

RATATATATATATATATAT

Suara yang sangat nyaring itu terdengar dengan sangat-amat jelas diindera pendengaran seorang Luka.

CROOOOT…

Darah segar mulai menetes, satu persatu dari mereka mulai berjatuhan dan berpulang ke yang maha kuasa dengan tragis, Luka merasa hatinya tercabik-cabik ketika melihat darah segar terus terbuang dengan sia-sia.

"MISS LUKA! Tolong bantu kami! Pasien mulai bertambah!" teriak histeris seorang perawat berambut hijau.

"Eh, iya. Obat-obatan kita masih diatas rata-rata 'kan, Gumi?" Tanya Luka sambil mulai beranjak dari tempatnya menyaksikan 'pertunjukan' yang sangat tidak pantas untuk dimasukan kelayar lebar menurut Luka.

"Iya, semalam sudah saya check, miss." Jawab Gumi sambil membuntuti Luka menuju ruang dimana para 'pemain' di'pertunjukan berdarah' itu diobati oleh para perawat.

Sesampainya diruang rawat pasien (ruangan besar dengan tempat tidur yang jumlahnya ratusan) Luka segera menangani para prajurit dengan cekatan. Sebagai seorang 'kepala perawat' wajar saja bukan bila dia bertindak cepat dan akurat?

"MISS LUKA! KEMARI, SIR GAKUPO TERTEMBAK DIBAGIAN PERGELANGAN TANGANNYA!" teriak histeris Meiko sambil melambai-lambaikan tangannya kearah Luka. Dengan sigap Luka berlari secepat mungkin kearah Meiko.

"A-astaga… luka ini sangat dalam…" kaget Luka sambil menguncupkan kedua tangannya didepan bibirnya dengan mata membelak menatap luka yang berada tepat dipergelangan tangan kanan dan didekat jantung Gakupo.

"Persiapkan alat-alat untuk oprasi! Kita jahit luka ini sekarang! Cepat." Suruh Luka pada Meiko.

"Baik," patuh Meiko sambil memanggil Gumi dan beberapa perawat lain untuk ikut dalam oprasi dan menyiapkan peralatan yang mereka butuhkan.

"Gakupo, kenapa kau sebodoh ini? Kau memang orang idiot! Membunuh satu sama lain, akhirnya kau juga yang kena imbasnya 'kan?" ucap Luka dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Seorang Luka menangis? Tidak mungkin. Tapi itulah kebenarannya.

"L-L…uk…a…" panggil lelaki yang terbaring lemah diatas tempat tidur putih yang mulai 'dihiasi' dengan warna merah dari bercak darah.

"Gaku… Gakupo! Bertahanlah, aku akan menyelamatkanmu! MEIKO! GUMI! DIMANA ALAT-ALATNYA?" teriak Luka lantang sambil tetap menahan air mata beningnya dipelupuk matanya.

"KAMI SEGERA KESANA, MISS!" teriak Gumi sambil berlari kearah Luka. Tapi apa daya? Diruangan itu ada banyak orang yang berhilir-mudik sehingga mereka kesusahan menghampiri Luka.

"Kenapa mereka harus lama? Bertahanlah sedikit lagi, Gakupo." Pinta Luka sambil menggigit bibir bawahnya melihat Meiko dan Gumi yang terus berusaha secepat mungkin menghampiri Luka. Tiba-tiba pergelangan tangan Luka terasa dingin.

"Lu… ka… sa… ki… t…" rintih Gakupo sambil menatap Luka sendu.

"Sudah pasti sakit, bodoh! Mana mungkin ditembak dibagian pergelangan tangan bagian kanan dan didekat jantung itu tidak sakit? Hanya seorang yang lebih dari kata gila yang menganggapnya tidak sakit!" seru Luka tak karuan.

"ehe… heh… e…" tawa Gakupo, tapi suara tawanya yang sekarang ini berbeda, "aku… suka… seka… li… deng… an… Lu...ka…"

DEG

Luka's POV

Detak jantungku berhenti sesaat, aku menatap Gakupo yang sedang tersenyum padaku.

Aku menundukan kepalaku untuk menutupi semburat merah yang muncul dikedua belah pipiku, "Gakupo bodoh."

"…"

Tidak ada respon darinya.

"Hei, idiot! Kau mendengarku tidak?"

"…"

Tidak ada respon lagi darinya.

"Kalau kau tidak merespon perkataanku dalam 3 detik, aku akan masa bodo padamu!" ucapku kesal, "Satu…"

"…"

"dua…" lanjutku sambil menelan ludah.

"…"

"…tiga!"

"…"

Masih tak ada respon, tetapi mukanya masih tersenyum keaarahku.

"Tunggu, t-tidak mungkin!" kuraih pergelangan tangan bagian kirinya.

BRAAAAAK

Aku kehilangan keseimbangan, tubuhku lemas seketeika. Saat menyadari satu hal;

'ini tidak mungkin! D-denyut nadinya…berhenti? T-tidak mungkin dia meninggal! Tidak mungkin!'

"MISS LUKA! J-jangan bilang kami terlambat?" teriak Gumi histeris. Aku menatap rekan-rekan perawatku lalu tersenyum miris dan mengangkat kedua tanganku.

"I-ini… tidak mungkin!" shock Meiko dengan mata membelak.

Aku juga tidak percaya akan kematiannya yang secepat ini.

'Terimakasih untuk semuanya ya Luka! Aku senang bisa kenal dengan gadis sehebat dirimu!'

Kalimat yang diucapkan Gakupo semalam mulai menghantui pikiranku.

'Jangan-jangan… dia sudah menyadari akan kematiannya?' batinku mulai aneh-aneh. Aku menggelengkan kepalaku, itu tidak masuk akal.

Aku hanya bisa menatap jasad seorang Gakupo yang biasanya penuh semangat dan sekarang dia hanya akan selalu menjadi kenangan.

.

— Love is War

.

Tap… Tap... Tap… Tap… Tap…

Aku berjalan dengan cepat untuk menaiki kapal laut yang sudah dipersiapkan sejak awal kami dating kemari.

Peperangan itu dimenangkan pihak Volition, dan berakhir dengan kami (Healdton) harus berpulang ketanah air dengan tangan kosong. Err… kutarik ucapanku, kami dating ketanah air membawa para korban yang tewas mengenaskan di medan perang.

"Miss, duduklah disebelahku jika anda tidak keberatan." Panggil Gumi yang disamping kanannya sudah diduduki Meiko.

"Tentu saya tak keberatan. Terimakasih, Gumi." Ucapku sopan dan berkesan formal.

"Hehehe, iyaa~!" jawab Gumi sambil tersenyum dengan manisnya.

"Ngomong-ngomong, Miss…" kata Meiko memulai topic pembicaraan.

"Hm… kenapa?" responku sambil menatap Meiko.

"Apa anda menyadari kalau sir Gakupo itu mengalami 'crush' yang mendalam pada diri anda semenjak pertama kali kalian bertemu?" Tanya Meiko.

"Tidak." Jawabku singkat.

"Apa anda yakin? Padahal beliau itu sangat tergila-gila pada anda bahkan sampai-sampai ia menjadi salah tingkah didepan anda." Jelas Meiko.

"PERHATIAN-PERHATIAN! PENUMPANG ATAS NAMA 'LUKA MEGURINE' DIHARAP MENDATANGI BAGIAN INFORMASI. SEKALILAGI,PENUMPANG ATAS NAMA 'LUKA MEGURINE' DIHARAP MENDATANGI BAGIAN INFORMASI. TERIMAKASIH."

"Loh, itu nama lengkap anda 'kan, miss?" Tanya Gumi heran, "kok anda dipanggil ke bagian informasi ya?"

Aku mengangkat bahu, "mana saya tau… permisi, sepertinya saya harus pergi dulu." Ucapku lalu beranjak pergi menuju bagian informasi dengan langkah cepat.

"formal sekali." Guman Meiko singkat.

.

— T . B . C —

.

Author's Note

Suzuki Honoda: Hajimemashite, Suzuki desu!

Yusue-Mint: Hajimemashite, Yue desu.

Hehehe, perkenalkan! Saya author pendatang dari fandom anime/manga~!

Yusue-Mint: Yap, kami berdua biasanya nyampah(?) difandom-fandom anime/manga.

Salam kenal buat senpai-senpai diFVI! ^ ^

Yusue-Mint: Ya, salam kenal. Maaf kalau fict ini banyak kekurangannya, yaa!

Gomenne, kalau fict ini jelek, abal, ga jelas, pokoknya saya minta maaf banget kalau tidak berkenan dihati readers dan senpai-senpai diFVI!

Yusue-Mint: Lagi pula kami dapet ide buat fict ini pas baca 'riwayat hidup'nya tokoh dunia favoritenya Suzuki…

FLORANCE NIGHTINGALE! Tokoh dunia dibidang keperawatan!

Yusue-Mint: Nah, iya itu nama tokohnya…

Intinya saya mau ngucapin salam kenal buat senpai-senpai difandom FVI ini~!

Yusue-Mint: Kamu udah buat 1st fict diFVI, eh… Malah buat fanfict multi-chap lagi… -_-

Hehehe, gomen… maklum saya kebiasaan buat fict multi-chap sih!

Yusue-Mint: Err… a/n nya segini aja kali yah?

Yup! Arigatou buat yang baca dan apa boleh kami minta…

.

REVIEW, PLEASE! ^ ^