SasuNaru's Daily Life
Disclamer: Masashi Kishimoto
Pair: Sasu x Naru
Rate: T / T+
Warning: Sho-A or BL. MPREG. OOC. AU. Lime. Typo(s)?
.
.
.
Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan bagi pemuda tampan nan seksi bernama Sasuke Uchiha. Selain harus mengerjakan banyak tugas di kantor, pasalnya sang "istri" tercinta juga dengan semena-mena menyerahkan tugas menjaga buah cinta mereka, padanya.
"Suke, hari ini aku pingin belanja lagi seharian, jadi titip Yuu-chan ya~ sekalian mau ke rumah sakit Baa-chan," begitulah titah sang "istri" saat mereka sedang makan pagi bersama. Seperti yang sudah-sudah, Sasuke hanya bisa menuruti keinginan pandamping hidupnya itu
Well, tentu sebenarnya itu tak jadi masalah besar kalau saja hari ini dia tak sedang dalam keadaan sibuk. Kalau saja semuanya tak harus dilakukan dalam waktu bersamaan.
Sasuke baru mengetahui bahwa hari ini juga akan diadakan meeting perusahaan setelah sekretarisnya, Haruno Sakura menyampaikan jadwal mendadak yang telah disusun ulang setibanya dia di kantor.
Yuu-chan; bocah lelaki berumur dua tahun yang lincah dan aktif. Hasil dari bercocok tanam Uchiha bungsu pada Naruto itu, pernah hilang di pusat perbelanjaan terbesar di Konoha. Waktu itu, saat Naruto tengah sibuk memilah-milih barang, Yuu-chan yang diyakini Naruto masih berdiri di sampingnya tiba-tiba menghilang entah kemana. Hal itu kontan membuat Naruto selaku ibu dari bocah hilang tersebut panik luar biasa. Bahkan Sasuke selaku ayah, yang saat itu tengah berada di luar kota pun ikut heboh karenanya.
Tak butuh waktu lama, setelah pihak kepolisian dikerahkan, Yuu-chan akhirnya ditemukan juga. Tidak seperti dugaan Sasuke atau Naruto atau bahkan keluarga besar Uchiha yang mengira Yuu-chan diculik, Sasuke junior itu hanyalah salah mengikuti seseorang yang mirip ibunya. Polisi melihat, Yuu-chan tengah mengikuti salah seorang pemuda yang juga berambut blonde seperti Naruto. Dan lucunya pemuda tersebut tak sadar kalau ada seorang makhluk mungil nan menggemaskan sedang mengikuti dirinya dengan cara menarik ujung baju belakangnya. Lucu sekali.
Oke, cukup. Sejak kejadian itu Naruto benar-benar kapok membawa Yuu-chan ke pusat perbelanjaan atau tempat keramaian lain jika sedang tak bersama Sasuke maupun Iruka.
Naruto lebih memilih menitipkan Yuu-chan pada Sasuke.
Banyak orang yang bertanya, kenapa tidak memakai jasa pengasuh atau pengawal, atau apalah itu namanya pada Sasuke dan Naruto. Sebenarnya dulu itu, Naruto juga pernah mengusulkan hal serupa pada Sasuke, namun sang suami tak mengizinkan. Bukan hal yang terlalu baik mengingat saat kecil Sasuke pernah diculik oleh pengasuhnya sendiri. Setidaknya itu membuat Sasuke trauma dan tak ingin anak tercintanya mengalami hal yang sama seperti dirinya.
"Yuu-chan~ ayo ke sini," perempuan berambut pink yang menjabat sebagai sekretaris Sasuke, memanggil bocah imut itu saat melihat Yuu-chan sedang di gandeng Sasuke ketika berjalan menuju ruangan direktur, yang merupakan ruangan Sasuke sendiri.
Kemudian setelah Sasuke dan Yuu-chan mendekat pada Sakura. Wanita itu berlutut di hadapan Yuu-chan, "Bibi punya permen, mau?" tawarnya ramah.
"Mauuuu! mau!" sorak Yuu-chan heboh. Dan Sakura memberikan sebuah permen lollipop kecil dari kantong blazernya.
"Sakura? Jam berapa kita meeting?" tanya Sasuke tiba-tiba.
Sakura mendongakkan kepalanya sedikit ke atas, melihat Sasuke yang sedang kebingungan, "Jam sepuluh. Kenapa?" tanya Sakura pada sahabat yang kini jadi bosnya itu.
"Yuu tidak mungkin aku bawa dalam meeting nanti," keluh Sasuke.
"Tumben sekali Yuu-chan ikut ke sini, memang Naruto kemana?"
"Naruto katanya mau belanja, dan kau pasti tahu, sejak kejadian kemarin dia takut membawa Yuu bersamanya tanpa aku," kata Sasuke.
Sakura hanya tersenyum sambil mengelus-elus rambut Yuu-chan yang sibuk dengan permen pemberiannya tadi. Wanita cantik itu mengerti, "Kita titipkan saja pada Ino dan Tenten," usulnya.
Sasuke nampak berpikir sejenak. Menitipkan anaknya pada resepsionis? Bukan hal yang terlalu buruk juga, selain itu tak ada pilihan yang lebih baik daripada ini sekarang. Sasuke pun mengangguk menyetujui usul sekretarisnya tersebut, "Hn, baiklah," katanya mau tak mau.
Saat Sasuke, Yuu-chan dan Sakura tiba di lobi bagian informasi. Dua wanita cantik tengah memandang mereka dengan senyum manisnya. Yang satu memiliki rambut blonde dan satunya lagi berambut hitam bercepol dua.
"Yuu-chan~" seru Tenten dan Ino heboh melihat anak bosnya yang sedang menjilat permen dengan imutnya sambil mengandeng tangan Sasuke.
Yuu-chan yang melihatnya, sukses merinding, dia berlari memeluk kaki papanya, mencoba menyembunyikan tubuh mungilnya.
"Haha…" Sakura tertawa geli sedangkan Sasuke mendengus sebal melihat jagoan kecilnya itu telah bernasib sama sepertinya.
"Ino, Tenten. Tolong jaga Yuu-chan ya, sebentar lagi direktur ada meeting," kata Sakura menjelaskan tujuannya datang ke lobi.
"Wah, benarkah begitu Direktur? Tak apa?" tanya Tenten sangsi. Baru kali ini dia dan Ino diberi tugas menjaga anak., terlebih yang harus mereka jaga adalah anak pemimpin perusahaan sendiri.
Walaupun sebenarnya bukan kali ini saja Yuu-chan ikut ke Sharingan corp., tapi pada kenyataannya memang dia tak pernah dititipkan pada Ino dan Tenten atau siapapun selain Iruka, pamannya. Beginilah kalau Iruka sedang tak di Konoha, sudah dua bulan dia dan Kakashi ke luar kota untuk berlibur. Membuat Sasuke kelimpungan dibuatnya.
"Hn, awas kalau kalian tak menjaganya dengan baik," ancam Sasuke sambil menatap tajam dua karyawatinya itu, membuat Tenten langsung gugup, tapi tidak dengan Ino. Perempuan yang memiliki rambut pirang panjang tersebut malah terpesona dengan tatapan tajam sang Direktur.
"Tenang Sasuke-kun~ Yamanaka Ino akan menjaga anak kita ini dengan baik," Sasuke hanya menggeleng menanggapi perkataan Ino. Tak heran kalau Sasuke begitu, sebab dia sudah sangat terbiasa melihat perempuan aneh seperti Karyawannya ini.
"Dasar Ino" gumam Sakura dan Tenten sweatdrop.
"Oke Sasuke, rapat sebentar lagi," kata Sakura mengingatkan.
"Hn!" Melihat anaknya, Sasuke sebenarnya tak tega untuk meninggalkannya. Apalagi menyadari situasi di kantornya, begitu banyak fangirl gila. Bisa-bisa selesai meeting, anaknya sudah tak bernyawa. Tapi mau bagaimana lagi, dia harus professional, harus bisa memisahkan antara masalah pribadi dan pekerjaan.
Sasuke berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan sang anak yang hanya sebatas lulutnya.
"Sama bibi ini dulu ya, papa ada urusan sebentar, oke!" ucapnya sambil membelai sayang rambut Yuu-chan. Sang anak menatap papanya serius, "Nanti papa datang ke sini lagi, jadi jangan nakal. Mengerti?" ucapnya lagi.
Yuu-chan mengangguk patuh.
"Pintar," puji sakura, "Ini bibi beri satu lollipop lagi."
"Sakura, kau selalu memberinya permen, kalau giginya sampai sakit dan Naruto mengamuk, kau yang harus bertanggung jawab," ancam Sasuke.
Di bilang begitu Sakura hanya membalas dengan senyum angelnya.
.
.
.
Tak ada seorangpun yang tak gemas kala melihat seseorang yang begitu mirip Uchiha Sasuke sang direktur muda, tampan dan berkharisma. Semua setuju bahwa anak kecil ini adalah versi mininya Sasuke. Memiliki rambut dan bola mata berwarna hitam kelam, kulit putih bersih, hidung yang sudah mancung walau masih kecil, persis Sasuke, di tambah lagi pipi yang menggemaskan, kontan saja Uchiha Yuu menjadi bahan perhatian seisi kantor, khususnya para wanita.
Lihatlah sekarang ini, setelah ditinggal Sasuke, beberapa karyawati berkumpul mengerubungi bocah kecil tersebut dengan hebohnya. Betapa Yuu-chan yang sedang duduk tenang sambil bermain boneka panda yang selalu dibawa kemanapun olehnya di meja resepsionis, terlihat begitu menggemaskan bagi mereka.
"Aih~ imutnya."
"Ya ampuuun~ mirip sekali dengan Sasuke-sama!"
"Iya, kawaiiiii~"
Teriak wanita-wanita itu.
"Kyaaa~ tadi saat aku mencium pipinya, aku jadi merasa mencium Sasuke-kun," jerit hysteris salah satu karyawati setelah berhasil mencium Yuu-chan secara paksa.
"Haha, aku juga mau cium ah."
"Pipinya juga menggemaskan."
Karyawati lain pun tak mau kalah dan tak kalah semangatnya.
"HEIII" Ino dan tenten bukannya hanya santai dan membiarkan hal itu terjadi, mereka bahkan sudah seperti pasukan anti huru-hara sekarang…, sibuk mengusir kerumunan massa itu. Beberapa kali mereka berteriak tak juga berpengaruh, sampai mereka putus asa membubarkannya. Apa mau dikata, jumlah massa tersebut jauh lebih banyak dibandingkan mereka yang hanya berdua.
"Hei sudah! Sudah! Nanti kalau direktur lihat, kalian bisa dipecat!" kata tenten masih mencoba menghentikan aksi para fangirls gila itu. Sayang, suara tenten lagi-lagi tak terdengar karena suasana yang semakin menjadi-jadi berisiknya.
Kalau papanya tak bisa didekati, anaknya pun tak apa. Tak perduli walau sang direktur yang dicintai telah menikah dan punya anak atau apapun, kami tetap setia mengidolakan Sasuke sampai mati.
Begitulah obsesi dan slogan mengerikan para karyawan yang ternyata adalah fans beratnya Sasuke.
Ini benar-benar terlihat mengerikan, karena Semakin lama semakin banyak saja yang mengerubungi Yuu-chan, sampai-sampai bocah imut itu mulai tak nyaman dan merasa takut.
Ino pun mulai panik. Bagaimana kalau Sasuke tahu, dan Yuu-chan, bocah yang diakuinya sebagai anak dengan seenaknya itu, sampai menangis. Alamat di pecat mereka semua.
Hanya ada satu cara.
"DIREKTUR DATAAAANG!" teriak Ino akhirnya.
Benar saja, berkat kebohongan Ino barusan, para karyawati bandel tersebut kabur semua dan menghilang dari hadapan Yuu-chan.
Tenten dan Ino dapat bernafas lega akhirnya, "Syukurlah."
"Anakku, kau tak apa kan sayang?" tanya Ino setelah semua insiden tadi berakhir. Dipeluknya Yuu-chan hingga membuat bocah itu semakin merinding. Matanya menatap Ino dengan berkaca-kaca, di pegangnya erat-erat boneka pandanya. Ini sih sama saja, lepas dari mulut buaya masuk mulut singa. Kalau Yuu-chan bisa berbicara seperti orang dewasa, mengkin dia akan mengatakan kalimat itu sekarang.
"Ino, ternyata kau sama saja seperti yang lain," Tenten hanya menggeleng melihat teman seperjuangannya kembali tak waras.
Tak berapa lama setelah Tenten berkata begitu, Sasuke datang untuk menjemput anaknya. Untunglah Ino telah melepas pelukannya sedari tadi, sebelum Sasuke melihatnya. Kalau tidak, dipastikan dalam waktu dekat tak akan ada lagi nama Yamanaka Ino tercantum di daftar nama karyawan Sharingan corp.
"Sasuke-kun~ sudah selesai rapatnya?" kata Ino terlampau semangat sampai membuat bulu kuduk Sasuke meremang.
"Hn" jawab Sasuke dan dengan terburu-buru membawa kabur anaknya dari sarang Fangirls penyamun itu.
"Thanks!" tak lupa Sasuke mengucapkannya sebelum keluar dari kantor.
"Apa? Tadi Sasuke-kun bilang thanks?" tanya Ino tak percaya.
Tenten mengangguk polos.
"HWAAA! Sasuke-kun mengucapkan terima kasih!" jerit Ino kesenangan dan Tenten tersenyum bangga.
Jangan heran melihat Ino seperti itu, sebab direktur mereka bukanlah orang yang bisa mengucapkan kata "terima kasih" atau "maaf" dengan sembarangan. Hanya pada orang tertentu dan orang yang dianggapnya penting atau sangat membantunya baru dia akan mengatakannya. Wajar kalau Ino bahkan Tenten begitu senang. Mereka merasa sebagai karyawati paling beruntung sekarang.
.
.
.
"Tidak menangiskan tadi?" tanya Sasuke pada anaknya.
"Tidyak pappa…" jawab Yuu-chan yang sedang digendong Sasuke.
Sasuke tersenyum, "Pintar, kau memang keturunan Uchiha," puji sang ayah, "Bagaimana kalau sekarang kita ke taman?" tanyanya yang langsung disambut Yuu-chan dengan heboh.
Sesampainya di taman, Sasuke tak menyangka jika hari ini ternyata sedang diadakan festival caravan unik. Taman yang jaraknya tak begitu jauh dari Sharingan corp. hingga Sasuke hanya berjalan kaki untuk mencapainya, sangatlah ramai.
Terlihat di sana ada yang berjualan di caravan, ada pameran caravan berbagai jenis dan model, ada juga yang hanya berkumpul dengan teman dan keluarga sambil melihat-lihat caravan unik tersebut, serta kegiatan lainnya yang membuat taman semakin padat.
Sudah terlanjur, mau bagaimana lagi, sebenarnya Sasuke ingin kembali saja ke kantor dan pulang, tapi melihat Yuu-chan yang sudah sangat senang, dia jadi tak tega.
Akhirnya pemuda berumur dua puluh empat tahun itu melanjutkan acara jalannya bersama sang anak.
"Eskeliiim! Eskeliiim!" Rengek sang anak ketika mereka melintasi beberapa caravan-caravan di sana.
"Hn, oke!" kata Sasuke. Dia memesan satu cone es krim rasa tomat seperti keinginan Yuu-chan, yang sedari awal terus menunjuk gambar tomat yang terpampang di depannya.
"Tampan sekali, anaknya ya?" tanya si penjual es krim sambil men-scoop es krim yang di pesan.
"Hn, begitulah," jawab Sasuke sekedarnya. Dua pembeli lelaki yang berada di sebelahnya juga ikut memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama pembicaraan tersebut.
"Sepertinya kau begitu kerepotan, mengurus anak disaat bekerja. Ibunya tak ada?" tanya penjual itu lagi dengan wajah mengasihani. Siapa tak merasa kasihan melihat seorang pemuda masih berpakaian rapi dengan jas dan kemeja biru serta dasi yang masih tersimpul di lehernya, membawa-bawa anak ke taman. Menemaninya bermain, padahal papanya baru saja pulang dari bekerja.
Dua lelaki tadi masih memperhatikan Sasuke, "Iya kasihan, aku mau jadi pendampingmu," inner salah satu pemuda itu.
"Ada, tapi dia sedang ada urusan," jawab Sasuke, "Apa bisa lebih cepat? Dia sudah tak sabar," katanya lagi setelah melihat anaknya berusaha menggapai-gapai es krim yang di pegang si penjual wanita.
"Oh. Tentu saja. Maaf," kata si penjual tertawa kecil, "Untuk anak imut ini kutambahkan satu scoop gratis."
"Arigatou," ucap Sasuke. Ternyata menikah dengan Naruto bisa juga menularkan sifat baik Naruto padanya. Terbukti, dua kali dalam seharian ini dia mengucapkan kata "terima kasih" selain pada keluarganya sendiri. Sungguh mengharukan.
"Ya," jawab si penjual seraya menyerahkan satu cone es krim pada Yuu-chan. "Cuma untuknya? apa kau tak mau?" tanyanya lagi pada Sasuke.
"Aku tak begitu suka es krim," Jawab Sasuke sembari membayar es krim tersebut.
Penjual menerima selembar uang kertas dari Sasuke, "Oh, apakah kau dulu seorang model?" tanya penjual sebelum Sasuke benar-benar pergi dari hadapannya.
"Kenapa?" tanya Sasuke membalikkan badannya lagi untuk melihat wanita itu.
"Kau seperti seorang model."
Pemuda berambut hitam panjang yang berada di samping Sasuke mengangguk tanpa sadar… 'Itu benar, dia tampan sekali seperti model atau artis."
"Bukan, aku bukan model," Jawab Sasuke dan dia beranjak dari caravan yang menjual es krim tersebut.
"Oh begitu," si penjual tersenyum, "Sampai jumpa~ kembali lagi ya~" teriaknya semangat.
"Mampus… Tampan sekali dia," gumam pemuda berambut hitam terus mengagumi Sasuke.
"Jadi aku tak tampan begitu?" gerutu lelaki di sebelahnya tersinggung. Melihat pacarnya memperhatikan Sasuke terus, dia jadi cemburu.
"Ya jelas, dia lelaki paling tampan yang pernah kulihat… Jadi simpanannya juga aku rela," kata sang pacar senyum-senyum sendiri.
"HAKU! jangan membuatku marah ya!" teriak Utakata kesal.
"Cerewet!" pemuda cantik memiliki rambut hitam, yang ternyata bernama Haku itu melenggang pergi dari caravan penjual es krim dan meninggalkan Utakata yang kesal.
"Ini es krimnya."
"Sial!" Utakata mengejar Haku sambil membawa es krim yang baru saja dibelinya.
"Kau lihat Konan, wajah seperti lelaki muda tadi memang membuat orang sengsara," seseorang yang baru melayani Utakata barusan, bersuara. Tak lain adalah suami penjual es krim yang melayani Sasuke sebelumnya.
"Pacarnya itu saja yang bodoh, membandingkan dirinya dengan… Ya ampun!, aku lupa menanyakan namanya tadi!" pekik penjual es krim yang bernama Konan itu histeris, membuat lelaki di sampingnya yang bernama Hidan hanya kembali melanjutkan membaca Korannya lagi dengan wajah masam.
'Dasar.'
.
.
.
Setelah membeli es krim dan meninggalkan masalah diantara pasangan Utakata dan Haku. Sasuke beserta anaknya duduk di bangku taman yang banyak disediakan di sana.
Selagi menunggu Yuu-chan menghabiskan es krimnya, Sasuke yang merasa bosan, menggunakan waktunya untuk menelepon pemuda berumur dua puluh dua tahun yang telah menjadi pendamping hidupnya sejak tiga tahun lalu. Pemuda manis yang telah memberikannya seorang anak lucu dan imut, penerus clan Uchiha.
"Ya Suke? Ada apa?" suara di seberang sana bertanya.
"Hn, tidak."
"Pasti kau merindukanku ya?" tanya Naruto dengan nada menggoda.
"Siapa bilang Dobe," jawab sasuke tetap cool
"TEME! KAU SUDAH BERJANJI TAK AKAN MEMANGGILKU BEGITU!" teriak Naruto membuat Sasuke segera menjauhkan handphone dari telinganya sebelum salah satu organ vitalnya rusak. Teriakan Naruto berbahaya bagi jantung dan pendengaran. Ingat itu baik-baik.
Naruto terus saja mengomel panjang lebar di sana, sedangkan Sasuke hanya tersenyum mendengarnya. Entah mengapa Sasuke senang sekali membuat pasangannya ini menjadi kesal.
Dan rasanya sekarang ini Naruto benar, Sasuke merindukan dia, sosok pemuda berisik dan cerewet miliknya ini.
"Kau dimana?" tanya Sasuke.
"Ini sedang di rumah sakit Baa-chan," jawabnya ketus.
"Aku jemput," kata Sasuke lagi.
"Tak usah," tolak Naruto membuat Sasuke bingung.
"Jangan bilang kau marah karena hal tadi Naruto?" terka Sasuke.
"Bukan, ini karena sebentar lagi aku pulang, jadi kita bertemu di rumah saja," jelas Naruto, "Jangan berpikiran yang aneh-aneh, aku bukan orang yang pendendam."
Ini dia salah satu yang paling disukai Sasuke dari Naruto, hatinya sangat baik tak seperti wanita atau lelaki cantik lain yang pernah dekat dengannya, "Baguslah kalau begitu, jadi aku tak perlu tidur di luar," canda Sasuke.
"Haha…" Naruto tertawa, "Heuh, aku rindu anakku," ucapnya kemudian.
"Kau tak merindukanku?"
Mendengar nada jealous Sasuke itu membuat Naruto kembali tertawa, "Tidak, maaf ya tuan Uchiha."
"Ck."
"Suke? Sedang apa anakku?" tanya Naruto.
"Dia juga anakku."
"Iya, iya dia juga anakmu. Sekarang sedang apa anak kita?" desah Naruto malas, "Begitu saja dipermasalahkan," gerutunya.
"Makan es krim" jawab sasuke tanpa membalas cibiran Naruto.
"Es krim lagi? Hahaha ternyata dia tidak mirip kau seratus persen Suke," Naruto tertawa mengejek. Selama ini Sasuke selalu saja mengatakan dan mengolok-olok Naruto bahwa Yuu-can adalah keturunannya seratus persen. Memang dari fisik semuanya terlihat sama seperti Uchiha pada umumnya, tak ada sedikitpun yang mirip Uzumaki atau Namikaze, warna rambut atau warna mata setidaknya. Hal itulah yang kadang membuat Naruto sering marah-marah pada Sasuke yang semakin besar kepala.
"Kenapa Yuu-chan mirip kau semua Uchiha Sasuke? padahal waktu itu kita membuatnya bersama, apalagi aku yang melahirkannya. Seharusnya ada bagian dari diriku juga padanya!"
Begitulah yang sering kali diucapkan Naruto ketika semua orang mengatakan Yuu-chan sebagai versi mininya Sasuke.
Dan sekarang merupakan hal yang menggembirakan bagi Naruto, walau Yuu-chan tak memiliki paras seperti dirinya, tapi setidaknya Yuu-chan menyukai apa yang ibunya ini juga suka.
"Hn, tapi dia hanya mau es krim rasa tomat," kata Sasuke terdengar bangga dan tak mau kalah.
"Baiklah kalau begitu, nanti akan kuajak Yuu-chan ke Ichiraku Ramen, dia pasti akan sama sepertiku," tekad Naruto.
"Aku tak yakin."
Selagi Sasuke berdebat dengan Naruto, Yuu-chan yang baru saja selesai menghabiskan es krimnya turun dari bangku panjang itu tanpa disadari oleh Sasuke.
"Baloooooon…"
Setelah Yuu-chan berteriak, barulah Sasuke menghentikan perang tak penting antara dirinya dan Naruto. Kemudian saat dia melihat arah kanannya, betapa dia begitu terkejut melihat anaknya sudah tak berada di sampingnya lagi, hanya ada boneka panda tergeletak di bangku putih yang didudukinya. Buah cintanya bersama Naruto itu ternyata kini telah berlari kencang menuju penjual balon yang sedang berkeliling taman.
"Suke? Yuu-chan kenapa?" tanya naruto panik sendiri karena mendengar suara anaknya barusan dan Sasuke yang menjadi diam mendadak.
"Tidak kenapa-kenapa, dia hanya ingin balon… Aku akan membelikannya dulu, sehabis itu kami akan langsung pulang…, dan Naru cepatlah pulang, aku tak mau Yuu-chan merengek dan rewel karena mencarimu," kata Sasuke cepat lalu tanpa menunggu jawaban Naruto dia memutuskan komunikasinya untuk mengejar anaknya yang sudah menarik perhatian orang-orang yang berada di taman.
Pada awalnya orang-orang yang melihat Yuu-chan, menganggap bocah lucu itu adalah anak hilang atau semacamnya. Namun mereka segera tau kalau Yuu-chan bukanlah anak hilang setelah Sasuke mendekati dan menggendong Yuu-chan.
Sasuke hanya menggeleng tak habis pikir melihat ulah bocah yang berhasil ditangkapnya ini, dan dia jadi berpikir apakah sewaktu kecil dirinya juga berbuat hal aneh seperti sang anak.
'Pasti tidak,' Sasuke menggeleng pelan, 'Pasti ini adalah sifat Naruto,' pikirnya lagi dengan seenaknya.
"Mau itu?" tanya Sasuke ketika Yuu-chan berontak ingin lepas dan menjangkau balon berwarna-warni tak jauh darinya.
Sasuke mengerti lalu segera berjalan medekati penjual balon yang juga tengah melayani pembeli cilik lainnya.
"Haloooo adik kecil, mau balon?" tanya penjual balon tersenyum pada Yuu-chan.
"Mau paman" kata Yuu-chan membuat Sasuke sekaligus si penjual balon terkejut. Sasuke melihat penjual balon, begitu juga sebaliknya.
Lama Mereka terdiam sampai akhirnya mata Yuu-chan mulai berkaca-kaca, "Huwee mau balon paman?" rengeknya.
"Oh maksudnya balon paman?" si penjual balon tertawa, "Nah, mau yang mana?" tanyanya lagi sambil mendekatkan semua balon yang di pegangnya pada Yuu-chan.
Dengan wajah yang kembali ceria Yuu-chan berusaha menarik balon yang memiliki bentuk kepala kucing dan berwarna orange.
"Ck," Sasuke semakin yakin kalau seluruh sifat anaknya ini lebih mirip sang "istri".
Setelah membeli balon, Sasuke memutuskan untuk pulang, tapi sewaktu melintasi bangku taman yang tengah diduduki beberapa gadis yang masih memakai seragam sekolah, Sasuke terpaksa berhenti, pasalnya beberapa pelajar tersebut menghadangnya secara tiba-tiba.
Mereka kini melihat Sasuke dengan mata berbentuk love dan berbinar-binar.
"Ya ampun, tampan sekali~" kata salah seorang dari pelajar itu , "Persis dengan karakter di manga We Love," lanjutnya sambil melihat Sasuke dari atas sampai bawah membuat Sasuke risih.
"Iya, pangeran impianku… Kyaaa~" jerit temannya nyaring.
Manga We love adalah manga paling laris belakangan ini atau dengan kata lain manga of the year. Banyak gadis terobsesi untuk mencari kekasih seperti karakter pemuda tampan di manga tersebut. Konyol memang, tapi itulah impian gadis belia zaman sekarang. Sampai tak bisa membedakan mana yang wajar dan tak wajar.
Merasa bahaya besar sedang mengancamnya, Sasuke segera menyingkir dari hadapan para gadis. Dan dengan terburu-buru berlari meninggalkan fangirls barunya itu.
Gadis-gadis tadi terkejut. Ini begitu tiba-tiba, padahal mereka belum sempat menanyakan nama, meminta nomer handphone, berfoto bersama, bahkan menanyakan alamat rumah sang pangeran.
"WAAAAA PANGERAAAN! JANGAN LARIIIIII!" teriak mereka heboh.
"AYO KEJAAAAR!" gadis berambut hitam yang disinyalir sebagai ketua kelompok, mengomando seluruh temannya untuk ikut mengejar Sasuke dan Yuu-chan.
"Sial!" umpat Sasuke terus memperkencang larinya sambil mengendong sang anak.
Sementara itu Yuu-chan bukannya heran atau ketakutan sekarang, bocah cilik itu malah tertawa senang melihat papa tercintanya saat ini begitu mirip dengan Oscar si kadal gurun yang sedang digandrunginya. Ini benar-benar mengasyikkan baginya.
"Pangeran tunggu!
"Gila! Mereka terbuat dari apa sih?" gerutu Sasuke melihat siswi SMA tersebut belum juga lelah untuk mengejarnya.
Selama setengah jam mereka terus berkejar-kejaran di taman yang luas itu, sampai seluruh pengunjung taman merasa heran melihatnya.
Sebagian pengunjung tersebut bahkan beranggapan kalau Sasuke dan fangirlsnya sedang melakukan olahraga lari bersama sampai mereka pun ikut melakukan aktifitas itu.
Dan ketika Sasuke melihat ke belakang, dia sukses jantungan karena semakin banyak saja yang mengekor di belakangnya. Betapa sekarang ini dia benar-benar merasa sebagai penjahat kelas kakap yang sedang menjadi buronan.
"Hosh! Hosh!" Sasuke mulai kelelahan dan kehabisan energi. Lalu saat melihat ke sana-sini tak sengaja matanya tertumbuk pada tempat yang bisa dijadikan sebagai tempat persembunyian yang cukup aman, paling tidak untuk sekedar mengecoh para fangirlsnya.
"Kemana my Prince?"
Benar saja, para fangirl menjadi kehilangan arah, mereka tak menemukan Sasuke sejauh mata memandang.
Setelah melihat kesana-kemari, Tak juga menemukan sosok yang mereka cari, akhirnya gerombolan gadis berjumlah lima belas orang tersebut pergi mencari ke tempat lain dan meninggalkan the lost prince yang ternyata tengah bersembunyi di salah satu caravan yang sedikit tertutupi pohon besar di dekat situ.
Mengetahui situasi telah aman, tanpa mau berlama-lama lagi, Sasuke segera kembali secepat mungkin Ke Sharingan corp. untuk mengambil mobilnya sebelum ketahuan.
'Lain kali aku akan membawa mobil kalau ke sini.'
.
.
.
"Sudah puas belanja seharian?" sindir Sasuke.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul Sembilan malam. Setelah Naruto menidurkan Yuu-chan di kamar sebelah, ia bergegas juga untuk segera tidur. Tapi baru saja membuka pintu kamarnya dan Sasuke, dirinya sudah dihadang oleh sindiran sang suami.
Naruto melompat pelan ke tempat tidur, di mana Sasuke tengah membaca sebuah buku sambil bersandar pada kepala ranjang.
"Puh! Jangan menyindirku Suke. Kau tahu kan kalau aku hanya menuruti keinginan dia," kata Naruto menunjuk-nunjuk perutnya.
"Konyol" tukas Sasuke
"Kau bisa bilang begitu, tapi itulah kenyataannya," balas Naruto, "Kalau kau yang hamil, baru kau mengerti, Suke."
"Aku tak mungkin bisa hamil," Sasuke menyeringai, "Lagipula yang kumasuki selalu kau, jeruk."
"Ya ya" desah Naruto malas lalu membaringkan tubuhnya di samping Sasuke.
Sasuke menutup bukunya dan meletakkannya di atas meja di samping ranjangnya. Setelahnya dia beringsut sedikit mendekati perut Naruto dan mencium perut yang mulai nampak membuncit itu dengan lembut. "Sepertinya dia perempuan?" katanya sambil mengelus-elus perut sang istri yang sedang mengandung buah cinta kedua mereka.
Belakangan ini Naruto memang sering melakukan hal yang sedikit aneh dan berbeda dari kehamilan pertama maupun kebiasaan pada waktu sebelum hamil.
Misalnya saja seperti belanja. Padahal Naruto bukanlah seorang Shopaholic, tapi sudah dua minggu ini dia selalu berkunjung ke pusat perbelanjaan, menghabiskan waktunya untuk berkeliling butik tanpa membeli benda apapun di sana.Namun, yang lebih aneh lagi sejak mengandung anak kedua ini, dia senang sekali bermanja-manja dengan Sasuke, sangat bertolak belakang sewaktu dia mengandung Yuu-chan dua tahun yang lalu. Saat itu dia begitu anti berdekatan dengan suaminya itu, bahkan dia kerap kali menjadi badmood dan akhirnya marah-marah pada Sasuke dengan alasan tak jelas.
Seperti perempuan. Pantas bukan kalau mereka menganggap anak yang sedang dikandung Naruto sekarang adalah perempuan.
"Iya, sepertinya begitu," Naruto menyetujui.
"Bagaimana? Tsunade bilang apa tadi tentang kandunganmu?" tanya Sasuke masih mengelus perut Naruto.
"Katanya baik-baik saja, tapi Baa-chan bilang aku harus rajin makan Sayur dan Buah," Naruto cemberut mengatakannya, "Kalau buah aku pasti memakannya, kalau sayur kau tau sendiri, aku tak suka… dulu saja waktu hamil Yuu-can, aku selalu muntah setiap memakannya."
"Tapi kau harus tetap memakannya Naruto, demi kebaikan anak kita."
"Tidak mau" tolak Naruto
"Kau pasti mau kalau aku meminta dua orang aneh untuk memaksamu," Ucap Sasuke membuat Naruto tersentak dan langsung memelas "Jangan Suke, Pleaseeeee."
Sasuke tersenyum melihat Naruto, sembari beranjak naik kembali keposisi semula.
"Sudahlah" Kata Sasuke memeluk Naruto.
"Awas saja kalau mereka sampai memaksaku!" ancam Naruto.
Sasuke tak menanggapi omongan Naruto, karena dia begitu menikmati moment mesranya malam ini. Sasuke membuat Naruto bersandar di dada atletisnya dan tangannya mengelus-elus sayang perut Naruto yang menurutnya sangat seksi.
Naruto pun terbuai dengan sentuhan di perutnya… Begitu hangat dan nyaman. Sentuhan yang selalu menjadi obat untuknya ketika perutnya terasa sakit atau karena bayi di dalam kandungannya mulai rewel.
"Hmm, Suke?" panggil Naruto memecah keheningan tersebut.
"Hn?" sahut Sasuke.
"Tadi sewaktu menidurkan Yuu-chan, aku melihat pipinya merah-merah? Kira-kira kenapa ya? Apa ada yang mencubitnya?"
"Mungkin. Tapi yang aku tau, Yuu akan bernasib sama denganku," ujar Sasuke dengan mata terpejam dan tetap mengelus perut Naruto. Kegiatan yang selalu dilakukannya ini sangat menyenangkan…
Naruto mendongak melihat Sasuke, "Maksudnya?" tanyanya polos.
"Di kejar-kejar manusia mengerikan," jawab Sasuke.
"Fangirls maksudmu?" Sasuke mengangguk dan kemudian menceritakan seluruh kejadian yang dialaminya bersama Yuu-chan di taman sore tadi.
"BHUFFF HAHAHA" tawa Naruto menggema di kamar bercat biru langit itu setelah mendengarkan penuturan suaminya.
"Kau tertawa disaat aku kesusahan?" Sasuke men-death glare Naruto, "Sama saja seperti Yuu."
Naruto akhirnya tertawa kecil, "Maaf, habis kau lucu Suke. Ternyata punya wajah terlampau tampan itu tak selalu bagus ya?" katanya.
"Hn."
"Dulu saat masih sekolah di Suna dan belum memiliki pacar, aku juga mempunyai banyak penggemar," ucap Naruto bangga.
"Pasti lelaki semua."
Naruto mencubit perut Sasuke kesal, "Tentu saja ada perempuannya!" katanya ketus, "Jangan meremehkan aku."
Sasuke tersenyum tipis sampai tak disadari oleh Naruto.
"Sejak bersamamu saja pamorku jatuh," tuding Naruto memanyunkan bibirnya, "Tapi kenapa ya setelah menikah dan punya anak pamormu tak turun juga?" tanyanya heran.
"Mana aku tau."
"Ck, tak adil!" cibir Naruto membuat Sasuke semakin gemas melihatnya. Diciumnya puncak rambut pirang nan lembut milik Naruto, belahan jiwanya, "Aku tak peduli, yang penting aku hanya milikmu seorang dan kau juga hanyalah milikku seutuhnya," ucapnya pelan.
Naruto yang tadinya cemberut, mendengar ungkapan suaminya tersebut menjadi tersenyum.
Dengan lembut Sasuke menyentuh pipi Naruto dan menariknya pelan untuk menghadap padanya…
Sapphire dan onyx bertemu, mereka saling berhadapan. Tak perlu banyak kata, Sasuke memiringkan sedikit wajahnya dan akhirnya mencium lembut bibir Naruto.
Satu kali, dua kali, tiga kali ciuman lembut itu semakin lama semakin dalam dan bernafsu hingga membuat Naruto sedikit sulit untuk mengimbangi Sasuke yang merupakan seorang good kisser. Suara kecipak dari dua bibir yang bersatu itu semakin nyaring terdengar.
"Hmmmmmhhh…" Naruto mulai merasakan panas di tubuhnya.
Sambil mencium bibir Naruto, dengan tangan kanannya yang bebas dan terampil, Sasuke mulai membuka kancing piyama bercorak zebra yang dikenakan Naruto. Terlihat olehnya kulit tubuh berwarna tan yang sangat mengairahkan terpampang dengan indahnya.
Puas mengecup dalam bibir Naruto, kini bibirnya turun ke leher, memberikan beberapa kissmark di sana , hingga kemudian bibir tipisnya semakin turun ke dada Naruto, mengecupnya pelan dan penuh perasaan.
Tak cukup sampai disitu, Sasuke lalu menggigit kecil-kecil nipple pink menggoda pemuda manis di sampingnya ini.
"Hhhhhh…" Naruto mendesah tertahan saat bibir Sasuke menghisap nipplenya seperti seorang bayi.
"Sasssuuhke~" Desah Naruto ketika Sasuke tak hanya menyedot nipplenya tapi tangannya juga ikut bekerja, membelai perut bawah Naruto membuat Naruto semakin menginginkan lebih sekarang, dia ingin Sasuke memanjanya lagi seperti malam-malam kemarin.
"AHhhhh hhhhmmmhh~" Naruto bergerak gelisah, tangannya meremas-remas rambut hitam model emo milik Sasuke dengan begitu bernafsu. Nafasnya semakin tak teratur akibat perlakuan Sasuke. Kini nipplenya telah memerah sempurna.
Tak ada yang mampu menolak seorang Sasuke, begitu juga dengan Naruto, tak ada yang mampu menolak pesonanya. Malam ini untuk kesekian kalinya menjadi saksi atas apa yang dilakukan dua manusia bergenre sama itu, dan malam ini juga seharusnya akan menjadi malam yang panjang kalau saja Sasuke tak menghentikan aksinya dengan tiba-tiba.
Saat membuka mata ingin mencium Naruto, dia baru menyadari bahwa saat ini dirinya telah menindih Naruto.
"Kenapa?" tanya Naruto dengan wajah yang memerah serta tangan yang masih lagi meremas rambut Sasuke saat melihat sang suami menghentikan secara tiba-tiba jilatannya dan kini bergerak turun dari atas tubuhnya.
"Karena terlalu bernafsu, aku tak sadar telah menindihmu."
Naruto tersenyum mendengarnya. Dia tahu benar apa yang sedang dibicarakan Sasuke saat ini padanya. Sasuke selalu berhati-hati untuk melakukan hubungan seksual mereka sejak dirinya mengandung… Dihadapkannya wajahnya ke samping kiri untuk melihat wajah tampan yang juga memandangnya dengan seductive.
"Masih bisa melakukannya dengan posisi yang aman kan? Kata Naruto sambil membelai pipi putih Sasuke.
Sasuke tersenyum, menggenggam tangan Naruto yang menyentuh pipinya dengan sangat lembut, "Sudahlah, aku tak ingin terjadi apa-apa dengan anak keduaku," ucapnya lalu mengecup punggung tangan Naruto mesra.
"Yakin?" goda Naruto.
"Untuk malam ini… Ya."
Naruto tertawa kecil, "Jadi malam selanjutnya tidak? Dasar!" katanya mencubit pipi Sasuke dengan gemas.
"Hn."
"Ya sudah ayo kita tidur," ajak Naruto seraya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan Sasuke.
"Good night," Ucap Sasuke mengecup cepat bibir Naruto dan memeluk Naruto erat.
"Good night, too."
TBC…
A/n: Kepanjangan yaaaaaaaaaa? Huweeeee Maaf … Maaf juga untuk cerita yang gaje banget. (-.-)
Review pleaseeee.
