My Own Miracle
By : Jlovefood
Cast : Park Chanyeol, Kris Wu , EXO, RV, de el el
Main Pair : KRISYEOL , sisanya tergantung mood 😆
Rating : niatnya T, tapi tergantung mood juga siiih! (Ada sisipan M, jadi yg masih under n gak suka silahkan cari genre yg sesuai yaaaa..)
Warning : Y-A-O-I, MPreg alias Male bisa Preg, rating sukasuka author, jalan cerita bergantung mood, author gak pintar bahasa Indo jadi.. yah..
Yang gak suka silahkan bakar obat nyamuk, jangan bakarbakaran disini~
Singkat Cerita : Chanyeol tidak menyangka akan hamil dalam usia semuda ini. Belum lagi orang yang bertanggung jawab atas kehamilannya bukan orang biasa. Ikuti petualangan Chanyeol setelah garis di hcg-stik nya menunjukkan hasil positif.
Monggo dinikmati~
..
..
"Makasih ya sayang udah mau nemenin aku."
"Iya dong sayang, aku kan gak mungkin ngebiarin kamu sendirian dalam keadaan kayak gini."
Chanyeol tersenyum lembut sembari menundukkan wajahnya. Telapak tangan kirinya tengah menyentuh perut bagian bawah yang rata dibalik hoodie abu-abu. Sebuah senyum getir tiba-tiba hadir diwajah imutnya.
"Park Chanyeol-ssi."
Chanyeol menengadah dan bergegas berdiri dari tempat duduknya. Meninggalkan pasangan mesra yang sedari tadi berada disebelah. Dengan sebuah anggukan kecil, ia mengikuti sang perawat sembari membenarkan posisi kacamata tebalnya.
"Silahkan masuk."
Chanyeol menahan nafas saat ia memasuki ruangan berwarna biru laut yang dihuni sang dokter dan perawatnya.
Dr. Zhang Yixing,
Mata Chanyeol beralih dari papan nama di atas meja ke sosok seorang pemuda tampan berjas putih ala dokter kebanyakan. Ia mengedipkan mata beberapa kali saat sang dokter tersenyum manis menampakkan lesung pipinya yang begitu menarik.
"Silahkan duduk, Chanyeol-ssi."
Pemuda bertubuh jangkung itu mengikuti kata-kata sang dokter. Mata nya kemudian mengikuti sang perawat yang bergerak ke sisi sang dokter. Menyerahkan sebuah map yang Chanyeol yakin adalah formulir yang tadi ia isi. Wajahnya menunduk saat ia melihat alis sang dokter yang terangkat ke atas. Ia tahu sang dokter tentu menyadari beberapa kejanggalan dari form yang ia isi.
Sebuah tawa kecil menghancurkan lamunan Chanyeol.
"Tidak usah takut dan gugup, Chanyeol-ssi. Saya tidak akan menjudge keadaan anda. Bukan hanya anda yang pernah menghadapi saya dengan keadaan yang sama." Dokter Zhang menyerahkan dokumen tadi ke tangan sang perawat dan memutar kursi untuk menghadap lurus ke Chanyeol yang tampak mengedipkan mata lucu.
"Ah, ndae.." Lidah Chanyeol terasa kelu. Ia tak dapat menahan rasa pedih dihatinya. Sudah ada orang selain dirinya yang hamil dan tanpa suami mendatangi sang dokter, duduk dalam diam menunggu hasil pemeriksaan sembari mencari keputusan yang tepat akan kandungannya.
"Baiklah, jadi.. hasil hcg-test nya sudah positif?"
"Maaf?" Chanyeol membesarkan matanya gugup, sedikit terkejut dengan pertanyaan sang dokter. Dokter Zhang kembali tersenyum manis. Dada Chanyeol bergetar melihat ketampanan sang dokter. Ayolah Chanyeol! Bukan saatnya!
"Ah, maaf! Maksud saya hasil stik tes kehamilan anda sudah positif?"
Chanyeol menundukkan wajah dan mengangguk pelan. Sang dokter ikut menganggukkan kepala.
"Jadi, anda datang untuk benar-benar memastikan kehamilan anda? Atau anda sedang berusaha meyakinkan keputusan yang akan anda ambil setelah pemeriksaan?"
Dokter Zhang kemudian berdiri dan mempersilahkan Chanyeol mengikutinya. Chanyeol berdiri dari kursi yang sedari tadi ia tempati dan berjalan melewati sebuah ruangan di balik tirai yang disingkap sang perawat.
Wajahnya memerah saat sang perawat membantu Chanyeol membuka jaketnya dan naik ke tempat tidur pemeriksaan di tengah ruangan tersebut. Dokter Zhang tengah sibuk menghidupkan mesin yang Chanyeol yakin adalah mesin USG seperti yang ada di film-film. Ia meneguk gugup ludahnya yang kering.
Chanyeol berjengit saat sang perawat mulai melingkarkan sejenis sabuk di lengan kiri atasnya.
"Ah, rileks saja Chanyeol-ssi. Nona Seulgi hanya membantu memeriksakan tanda vital anda."
Chanyeol terdiam selama beberapa saat, ia hanya menggigit bibir bawahnya saat sang perawat berseragam serba putih itu mulai mengukur tekanan darahnya dan lain-lain. Dari nada bicara sang perawat, sepertinya tanda vital Chanyeol tampak memuaskan sang dokter. Karena dokter Zhang tak berhenti tersenyum dan menganggukkan kepala.
Chanyeol terkesiap saat dokter Zhang meminta izin untuk menyingkap baju nya sedikit. Tangan Chanyeol tanpa sadar menggenggam erat ujung kaos yang ia kenakan. Ia tampak gugup saat mengangkat kepala dan bertemu mata dengan sang dokter.
Dokter Zhang hanya terkekeh pelan, sedangkan sang perawat tampak tersenyum mendapati kedua dokter dan pasien yang bertingkah sangat menarik.
"Tenang Chanyeol-ssi. Saya hanya akan memeriksakan keadaan rahim anda dengan alat USG ini. Tidak akan ada rasa sakit sama se-"
"Saya belum memastikan apakah saya akan mempertahankan anak ini atau tidak."
Sang dokter berhenti dan mengedipkan mata beberapa kali saat Chanyeol menyela kata-katanya. Chanyeol menggigit bibir bawahnya keras. Genggamannya semakin mengerat di kaos yang ia kenakan.
Sebuah tangan mungil nan lembut kemudian mampir dikepalan tangannya. Chanyeol terkesiap dan menatap kaget saat ia mendapati sang perawat tengah mengelus pelan tangannya yang tengah gemetaran. Dokter Zhang tersenyum pelan. Ia membiarkan sang perawat memberikan support mental ke pasiennya. Ia juga menarik sebuah kursi ke sisi Chanyeol.
"Saya tahu betapa besar beban yang saat ini anda tanggung Chanyeol-ssi. Nyaris sebagian besar pasien saya dengan riwayat seperti anda; hamil, berusia muda, sendirian, hasil dari sebuah kecelakaan, dan lain-lain; berakhir di meja aborsi."
Genggaman Chanyeol meregang, ia melemparkan sebuah senyum gugup ke sang perawat yang saat ini tengah tersenyum manis sembari menggenggam tangan kirinya.
"Namun tidak sedikit dari mereka yang bertahan dan berjuang untuk janin mereka. Tidak sedikit yang berhasil keluar dari keputus asaan, namun ada beberapa yang akhirnya merelakan calon bayi mereka hilang akibat tekanan hidup dan masa depan suram yang dihadapi. Tidak ada yang akan menghakimi tindakan anda. Kehidupan anda adalah milik anda, namun tak ada salahnya mengambil beberapa saat untuk memikirkan keputusan dan tindakan yang tepat untuk masa depan anda, dan mungkin saja masa depan calon bayi anda."
Sebuah senyum penuh kebijaksanaan membuat Chanyeol tersenyum lembut. Sang perawat dan sang dokter tampak terenyuh melihat senyuman manis milik sang pasien.
"Ah, Chanyeol-ssi. Senyuman anda bikin saya goyah."
Candaan sang perawat membuat tawa sang dokter meledak. Chanyeol tampak memerah mendengar kata-kata sang perawat.
"Yaaaah, saya juga nih.. seandainya anda berminat saya dan perawat Seulgi sama-sama sedang kosong loh!"
"Mau saya laporin ke nona Xi, dokter?"
Sang perawat menepuk pelan lengan sang dokter. Chanyeol tersenyum melihat kelakuan kedua orang ini.
Pemeriksaan berlanjut saat Chanyeol menarik kaosnya memperlihatkan perut rata nan mulus ke dokter yang susah kembali ke mode seriusnya. Chanyeol tampak terkesima melihat bagaimana sang dokter mengubah mood dari serius menjadi penuh canda dan kembali serius.
"Ah!"
Sang perawat membantu dokter Zhang memiringkan monitor ke arah Chanyeol saat sang dokter tersenyum lebar ke arah si pasien. Chanyeol yang baru saja berhasil beradaptasi dengan rasa dingin gel di perut bawahnya menatap bingung kedua tim medis ini.
Jari telunjuk sang dokter; yang sedang tidak memegang alat USG; tampak menekan sebuah titik di layar gelap tersebut. Chanyeol memanjangkan leher untuk memfokuskan lensa matanya ke monitor. Kacamatanya bergeser sedikit saat si perawat menggerakkan monitor tadi lebih dekat.
Dan disana, dilayar gelap yang ditunjukkan sang dokter, sebuah benda asing berbentuk kacang tampak diam tak bergerak saat sang dokter menekan roller di perut Chanyeol lebih dalam. Mata Chanyeol beralih dari monitor ke wajah sang dokter dan kembali ke eksistensi kecil diujung jari telunjuk sang dokter.
"Mari kita perbesar sedikit."
Mata Chanyeol sedikit berkabut saat kacang yang tadi ia perhatikan membesar dan berubah membentuk gambaran gamblang benih kehidupan di dalam perut Chanyeol.
"Dua titik disisi atas itu adalah calon organ penglihatannya, dan keempat bagian kecil ditengah itu akan jadi kaki dan tangannya."
Dokter Zhang semakin bersemangat mendeskripsikan bagian-bagian dari gambar alien yang ada dimonitor. Hingga tangan Seulgi mampir dibahunya.
"Chanyeol-ssi."
Chanyeol melepaskan kacamata tebalnya, jemarinya berusaha menyingkirkan butiran air mata yang mulai memenuhi penglihatannya.
"Maaf, uisa-nim. Silahkan.. hiks.. teruskan..."
Seulgi segera mengambil beberapa helai tissue dan membantu Chanyeol mengelap air matanya. Dokter Zhang menekan beberapa tombol di monitor dan tersenyum saat dua lembar hasil screen-caps USG tadi muncul dari printer kecil yang tersambung dengan mesin tersebut.
Setelah membereskan peralatannya, dokter Zhang berdiri dari bangku yang ia duduki dan bergerak membuka tirai yang tadi disingkapnya. Meninggalkan Seulgi yang tengah menolong Chanyeol berbenah.
Chanyeol tersenyum lembut saat dokter Zhang menyerahkan dua lembar poto mungil hasil pemeriksaan tadi. Ia mengambil poto tersebut dan menatap lembut ke gambar alien yang tercetak di kertas glossy itu.
"Jadi.. hasil pemeriksaan kali ini.. semuanya normal, Chanyeol-ssi. Uhm.. biasanya saya mengucapkan selamat, jadi saya tidak akan merubah kebiasaan saya. Selamat, anda hamil 8 minggu atau 2 bulan Chanyeol-ssi. Melihat perkembangan janin dan keluhan anda yang hanya berkisar di nafsu makan dan rasa letih berlebihan, anda adalah salah satu ibu yang beruntung memiliki perkembangan kehamilan yang normal. Jadi, anda hanya perlu mengkonsumsi vitamin yang akan saya resepkan dan mengubah menu makan ke makanan yang tinggi serat, karbohidrat dan protein. Dan mengenai kunjungan ulangnya, jika anda berharap untuk menterminasi kehamilan anda-"
"Kapan kunjungan pemeriksaan selanjutnya dok?"
"Maaf?"
Dokter Zhang menelengkan kepalanya. Seulgi yang baru saja kembali dari merapikan ruangan pemeriksaannya juga ikut-ikutan menelengkan kepala. Chanyeol tersenyum penuh makna ke kedua orang asing yang baru saja meringankan sedikit bebannya.
"Maksud saya.. uhmmm.."
Chanyeol membenarkan posisi kacamatanya dan mengeluarkan cengiran penuh arti.
"kunjungan rutin.. maksud saya.. uhm.. per bulan atau.. uhmm.."
Chanyeol mengelus lembar poto ditangannya gugup, dokter Zhang dan perawat Seulgi tampak saling berpandangan. Kemudian sebuah senyum hinggap diwajah masing-masing.
"ah, Chanyeol-ssi. Saya tidak menyangka anda akan mengambil keputusan secepat itu. Kalau begitu, kunjungan selanjutnya kita atur di minggu kedua bulan depan. Jika ada keluhan diluar jadwal anda bisa langsung menghubungi saya di nomor ini."
Dokter Zhang menyerahkan kartu namanya ke Chanyeol. Dengan penuh senyum, Chanyeol menyelipkan kartu nama tersebut diantara lembaran poto USG nya.
Dokter Zhang kembali menjelaskan detil kebutuhan Chanyeol di trimester pertama kehamilannya. Beberapa makanan yang patut dihindari dan diwajibkan, kebutuhan istirahat dan lain-lain. Perawat cantik yang sedari tadi menemani juga memberikan nomor kontaknya jika Chanyeol merasa membutuhkan bantuan sesegera mungkin yang berhubungan dengan kehamilannya ataupun jika Chanyeol sedang ingin bertemu dan bercengkrama di luar jam dinasnya.
"Terima kasih, dokter Zhang, nona Seulgi."
"Lay, saya orang China Chanyeol-ssi. Jadi Chanyeol-ssi bisa pakai alias saya untuk lebih mudahnya. Lay, seperti nama snack dari kentang."
Tawa sang dokter membuat Chanyeol tersenyum lembut. Ia membungkuk hormat ke sang dokter, mengambil resep dan bertukar candaan singkat dengan Seulgi.
"Sampai jumpa lagi, Chanyeol-ssi!"
Seulgi tersenyum lebar dengan tangan melambai ceria ke pemuda imut yang baru saja meninggalkan ruang si Obstetrician.
"Menarik ya dok?"
Seulgi tersenyum penuh canda. Dokter Zhang tergelak pelan.
"Yeah.."
Mata sang dokter beralih ke file yang terlampir di layar macbook nya.
...
Park Chanyeol, 21 tahun, single, bekerja di SM entertainment, hamil 2 bulan.
Tapi ini bukan cerita romantis antara dokter dan pasiennya. Ini adalah sebuah cerita hidup seorang Park Chanyeol yang tengah duduk di kursi penumpang sebuah taksi komersil kota Seoul dengan lelaki lain pemilik sebagian DNA janinnya. Pemuda jangkung dengan wajah imut nan tampan itu tengah bersandar santai menatap barisan gedung yang dilewati mobil taksi ini. Kedua telapak tangannya berada di permukaan perut bagian bawah yang kembali ditutupi kaos dan jaket tebal berwarna abu-abu. Ia masih mengulum senyum mengingat kejadian tadi pagi. Bayangan kacang kecil yang tengah berbagi kehidupan dengannya membuat senyum Chanyeol kembali mengembang. Ia tak memperdulikan kacamata yang melorot turun ke ujung hidung mancungnya.
Sang supir kemudian memelankan laju mobil dan berhenti tepat disebuah gedung besar di area perumahan mewah dikota Seoul. Senyum Chanyeol menghilang dalam sekejap, ia mengeluarkan beberapa lembar uang dan keluar dari taksi. Dieratkannya jaket yang ia kenakan dan bergerak menuju gerbang tinggi di seberang.
Perut Chanyeol serasa diaduk-aduk, dan rasa mual menyambut kegugupanya. Namun Chanyeol meneguk kembali rasa takutnya, kaki jenjangnya bergerak mendekati intercom di sudut gerbang. Jari lentiknya berhasil menekan tombol berwarna merah.
Chanyeol baru saja membuka mulut ketika suara gerbang yang terbuka menyambut kedatangannya. Senyum miris mampir diwajahnya. Seorang pelayan datang menyambut, Chanyeol hanya mengangguk dan mengikuti sang pelayan memasuki mansion mewah tersebut.
"Tuan sudah sibuk mencari anda dari kemarin. Tuan bilang jika anda sudah sampai, ia ada di kamar."
Chanyeol hanya menghela nafas panjang. Ia menatap barisan mobil mewah digarasi dan mengurut pelan pelipisnya. Ia pasti sudah menunggu lama kedatangan Chanyeol, karena Audi hitam yang biasa ia kendarai masih terparkir dalam kondisi yang sama seperti dua hari yang lalu.
Rasa mual kembali menghantui Chanyeol saat ia melewati kedua pintu megah dan masuk ke dalam ruangan serba mewah dalam mansion itu. Ia menolak halus gerakan sang pelayan yang hendak mengambil jaket yang masih ia kenakan.
Sang pelayan hanya mengangguk pelan dan bergerak meninggalkan Chanyeol yang tengah berjalan menaiki tangga menuju kamar dimana sang pemilik rumah tengah menunggu kedatangannya. Menarik nafas panjang, Chanyeol menyelipkan tangannya kekantong jaket dan meraba ujung lembut kertas poto yang ada dikantong kanan. Sebuah senyum kembali menghiasi wajahnya, ia dapat membayangkan apa yang mungkin terjadi. Dan bisa jadi firasat buruknya (Chanyeol tidak bisa menghilangkan ketakutannya akan kemungkinan penolakan sang Namja Chingu) tidak benar-benar menjadi kenyataan. Ia dapat memperkirakan jalan pikiran sang pemilik rumah, sekaligus namja-chingu yang juga adalah penanam benih di rahimnya itu. Ia mungkin egois, tapi Chanyeol tahu Kris pasti memiliki alasan jika ia menentang keinginan Chanyeol. Namun ia tak peduli, ia siap. Dan masih ada kemungkinan Kris dapat menerima keadaan dan keputusannya.
"Chanyeol-ah!"
Sesaat setelah Chanyeol membuka pintu kamar utama di mansion itu, sesosok jangkung menyambut kedatangannya. Ia terlempar dalam pelukan erat sang namja, dan Chanyeol berusaha menikmati perhatian dari sang pacar. Yah.. setidaknya ia masih bisa memanggil Kris sebagai pacar sampai saat ini.
"Darimana saja? Aku sudah menghubungimu berulang kali, kukira kau... uhm.. kukira kau masih sibuk dengan pekerjaan mu itu."
Chanyeol berjengit dan menurunkan tangannya dari punggung lebar Kris, Chanyeol menyadari betapa remeh pekerjaannya sebagai asisten produser di mata seseorang seperti NamChin nya ini. Kris pun melepaskan pelukannya, ia menarik pergelangan tangan Chanyeol dan mengajak sang NamChin duduk di kasur luas nan empuk yang terletak tepat di tengah kamar mewah itu. Chanyeol tersenyum tipis saat Kris menggenggam erat kedua tangannya.
Ia dapat melihat garis kerutan diantara kedua alis tebal Kris. Wajah tampan si pemuda Chinese ini tampak berubah melembut saat Chanyeol mengelus telapak tangannya pelan.
"Maaf." Chanyeol menjawab lembut. Senyum tipisnya terbalas saat Kris ikut mengeluarkan cengiran tampannya.
"Its okay.. oh ya, apa kau tau, Yeol-ah. Aku mendapatkan tawaran film lagi. Another blockbuster, again."
Kris tampak bersinar saat ia menyambar i-phone nya dan menunjukkan konten di layar smartphone tersebut ke Chanyeol yang tampak sedikit memucat.
Chanyeol menatap gugup tulisan berbahasa Inggris di depan matanya. Kaca matanya dengan jelas menunjukkan baris-baris kalimat yang bisa membuat aktor manapun di dunia ini iri. Hollywood. Chanyeol menatap sendu layar handphone berharga jutaan won itu.
"Selamat."
Kris tampak menyadari sikap Chanyeol yang sedikit lain dari biasanya. Si Happy Virus biasanya akan melompat ke pelukannya dan menghujani wajah tampannya dengan jutaan light-kiss. Yang mungkin akan berakhir dengan adegan lain di atas ranjangnya ini. Kris mengeratkan genggamannya ditangan Chanyeol.
"Whats the matter, babe?"
Wajah Kris kembali mengeras. Senyum lembut Chanyeol tak dapat lagi menahan rasa penasaran sang pacar. Chanyeol menarik nafas panjang, ia membuka matanya dan dengan penuh keseriusan ia menatap mata tajam Kris.
"Aku hamil."
Sunyi.
Hingga beberapa detik kemudian Kris melepaskan genggamannya di tangan Chanyeol.
"You are kidding."
"Am not."
Chanyeol menjawab penuh percaya diri. Matanya masih menatap mata Kris yang tampak bergetar melihat keseriusan di iris Chanyeol. Kris berdiri dan berjalan menjauhi Chanyeol yang kembali menyelipkan telapak tangannya ke dalam kantong jaket.
"How.. but.. we.. you, you cant Chanyeol-ah!"
Chanyeol menggigit bibir bawahnya. Ia melepas kaca matanya, meletakkan lensa tambahan itu ke permukaan kasur Kris yang lembut dan berdiri untuk menatap lurus sang pacar yang tampak pucat dan bingung.
"I am pregnant. Aku hamil. Dua bulan. Anakmu." Chanyeol mengeraskan tekadnya. Harapan indahnya memudar saat Kris mengusap kepala plontosnya dengan gugup.
"I cant, Chanyeol-ah. You... I am sorry, tapi aku belum siap. You know my situation right now. Gak ada empty slot buat kehadiran seorang anak di my karir. I am sorry, Yeol-ah.. but can you... just.. abort it?"
Chanyeol mengutuk kemampuan berbahasa inggrisnya. Pria berkewarganegaraan Canada itu berusaha menarik pergelangan tangan Chanyeol. Namun sang pemuda Korea bergeming.
"Cant you.. overthink this decision, Yifan-hyung?"
Chanyeol tak lagi berusaha menutupi ekspresinya. Ia tengah dengan terbuka menunjukkan betapa serius ia dengan permintaannya.
"Please Chanyeol-ah. Keadaannya gak memungkinkan. Aku.. please.. aku bakal support all the needed accomodation and money. Aku gak mau kehilangan my bright future. Dan aku gak mau kehilangan kamu, babe."
Chanyeol meringis saat Kris merengkuh tubuhnya yang hanya berbeda beberapa senti. Chanyeol membenamkan wajahnya di dada keras Kris dan menutup matanya pelan. Sudut tajam dari kertas dikantong bergeser di genggamannya. Chanyeol menarik nafas menghirup aroma maskulin dari parfum mahal yang Kris kenakan.
Tangan Kris tengah membelai lembut leher dan punggung Chanyeol. Bibir dan hidung Kris tak henti-hentinya menyelinap di antara rambut coklat madu sang pacar.
"Aku bakal minta tolong manager-ge untuk nyari dokter yang tepat for you."
Chanyeol membuka matanya perlahan. Ia kemudian mendorong pelan tubuh Kris. Kris tampak terkejut saat Chanyeol menundukkan wajahnya, menghindari tatapannya.
"Hey, you are not breaking up with me, right? Please Chanyeol.. Saranghae.. jinjja! Aku sayang banget sama kamu! Tapi-"
Chanyeol menggenggam erat pergelangan tangan Kris yang tengah menahan setiap sisi lengan Chanyeol. Sebuah senyum hadir di wajah Chanyeol. Ia sudah menyiapkan hati saat dokter Zhang menyerahkan potret janin di kandungannya.
"Thats okay, hyung."
Kris kembali memeluk Chanyeol. Ia mencium setiap inci wajah manis Chanyeol dan tersenyum saat Chanyeol membiarkan mantan atlit NBA itu mencium bibir tebalnya.
"I am gonna send you beberapa juta won. You know kalo aku bakalan sibuk beberapa bulan ini, tapi aku bakal nyempatin waktu untukmu, babe. I"ll be missing you, dan aku tau ini pasti berat buat kamu ngejalanin ini sendirian. Tapi tenang aja, aku bakal support kamu penuh waktu kamu recovery. Just... Aku bakal segera kembali buat nebus kesalahan aku. dont forget to call, kay? I'll be waiting for you. Dont rush, no pressure."
Chanyeol membiarkan Kris memeluk tubuhnya erat. Ia pun menghabiskan hari ini didalam pelukan hangat Kris.
..._...
(Song- No Pressure*JB ft Big Sean)
Dedicated to all bumil 'accident' yang tetap teguh bertarung mempertahankan jabang bayinya, maupun yang dihadapkan dengan buah simalakama.
Kris dibikin gini buat nyesuain perannya sebagai world (atau galaxy ?) star. Artinya bisa dilihat dikamus! Harap maklumi yah, ini story awalnya pakek bahasa inggerisseu, jadi yah.. agak anehaneh gimana gitu..
So,,, review juseyo~~
And see you.. maybe.. next time...
