Ingatanku kabur pada hari-hari awal kehidupan. Terbangun dan memeluk seekor naga kecil. Saudariku. Itulah hal kecil ketika aku bertemu Kururu. Aku tidak terlalu ingat bagaimana rasanya ditimang Sang Kaisarina, ibuku. Ketika dua buah anting ini menggantung di daun telinga, aku tersadar. Tidak ada lagi harapan dari posisi ini. Ratu telah pergi. Menyisakan satu-satunya keturunan.
Benak selalu bertanya, "Apakah ini yang ingin kulakukan?", "Apakah ini yang aku suka?"
Meluah. Mual.
Di awal-awal peralihan sebagai anak-anak, aku telah mendapati kehidupan ini munafik. Kekaisaran, orang-orangnya, pekerjaan, ... semuanya busuk. Lantas bagaimana bisa aku hidup di lingkungan ini? Rasanya, tidak ada harapan lagi. Bertahun-tahun busuk ini terpendam.
Tubuhku sehat. Selalu mendapat pemeriksaan rutin setiap hari. Menepuk dada, hati ini sakit menerima kenyataan.
Kaisar juga sama. Tiada pernah aku mendapat perhatian darinya. Mata dinginnya menyiratkan, siapa kau? Terhempaslah kata cinta, kabar, dan kontak kasih sayang. Ia membenciku. Ia tidak menginginkanku. Ia hanya menganggapku alat. Alat untuk kuasanya.
Di musim dingin umurku 16 tahun kurang beberapa hari, aku lari dari tempat busuk ini. Mencari cahaya pengobat di luar sana.
Aku menyukai zaiphon-ku. Fenomena ini seakan pesan dari Tuhan Seluruh Alam. Tugasku adalah mengobati yang tersakiti. Menasihati yang butuh penawar rindu. Memberi harapan untuk terus berjuang.
"Aku ingin menjadi dokter." —tak ada satu pun yang akan mendengarkannya. Mereka hanya mendengar.
"Jangan bergurau aneh-aneh. Kau disiapkan untuk memimpin Kekaisaran Barsburg."
Harapanku tentang seseorang akan menjungjung bersama cita-cita itu lenyap. Hati ini tak bisa menyangkal. Masih tersisa harap untuk bisa berbagi mimpi ini.
… Kepada siapa?
Aku yakin kepada seseorang yang mungkin saja tak kukenal. Bahkan bisa jadi belum pernah kutemui. Sosok yang bisa mengerti diriku. Yang melihat dari hati tulus ini yang ingin menolong dunia.
Di suatu pagi musim dingin, salju ini sudah menumpuk. Diriku dan Kururu bersanding menatap awan kelabu. Tak terbesit rasa pikir untuk kembali. Sedikit perlahan, aku mendekati cahaya itu.
"Burupyaa!"
Eh?
Aku mendengar suara riang dari bawah tangga.
—Aw, makhluk seperti kelinci berlari riang mendekat. Aku menangkapnya yang meloncat ingin dibelai.
"Ah, manisnya. Kau seperti malaikat yang diutus Tuhan. Siapa namamu?"
"Mikage. Namanya Mikage. Dia adalah sahabatku."
Sekujur tubuhku tersentak mendengar suara manusia lain. Menoleh, seorang remaja sepertiku tegap berdiri.
Pertemuanku dengannya adalah jalan takdir hidup kami, ... jauh sebelum hari ini.
07-Ghost copyright © Yuki Amemiya & Yukino Ichihara
waiting for season two be like...
100+ years later...
