Vocaloid © Crypton Corp.
My Dearest Girl
© khiikikurohoshi
―
Hanya ada satu kata yang muncul di benakku tatkala aku melihat dirinya untuk pertama kali.
Menyebalkan.
Ya. Dia sangat sangat sangat sangat dan sangat menyebalkan. Cerewet pula! Tiap aku senang, dia selalu mengganggu kesenanganku dengan satu kalimat simpel yang sudah aku hapalkan dengan sendirinya.
"Akaito Shion! Sebentar lagi ujian! Dan aku diutus untuk mengajarimu! Ayo cepat, kita ke perpustakaan!"
Dan… entah dengan kekuatan kerbau mana, dia selalu bisa menyeret badanku dengan mudahnya! Dasar kerbau betina!
Ya. Begitulah caraku memanggilnya.
Dia memang perempuan bertenaga kerbau. Mampu berlari hingga kecepatan yang tinggi, bahkan dalam jarak yang luar biasa, mampu berteriak dengan lantang tanpa terengah-engah setelahnya, mampu membawa 10 tumpukan buku dengan satu tangan, mampu menghajar lima berandalan dengan satu kali gerakan, mampu meraih gelar 'siswi berprestasi terbaik' sebanyak tiga kali berturut-turut, mampu mengikuti semua jenis olahraga, mampu menyembuhkan demam dengan waktu singkat, dan mampu melakukan segalanya dengan sempurna!
Ya, dia memang sempurna. Ah, ralat. Kelewat sempurna, malah!
Tapi, lantas, kenapa aku tahu semua kesempurnaanya?
Alasannya simpel dan tidak terduga, mungkin.
Aku suka padanya. Entah sejak kapan, aku lupa. Dan kenapa aku suka dia? Aku juga tidak mengerti! Padahal dia itu… perempuan aneh bertenaga kerbau! Jangan-jangan dia wonder woman yang diutus untuk melindungi bumi dari serangan Planet Nebula beberapa tahun nanti? Ah, norak. Aku memang memalukan.
Singkat cerita, aku suka padanya karena… ugh, kenapa, ya? Aku juga masih tidak mengerti.
Seperti… aku pingsan, dan saat tersadar, aku sudah berada di dunia lain! Mungkin begitu. Semuanya terasa serba… 'wow! Ajaib!'. Begitulah… cinta itu memang rumit. Banget. Deh.
"… to! Akai… to! Akaito…! Akaito Shion…! World to Akaito Shion! Halooo…? Hei! Bangun, bodoh!"
Ups. Sepertinya aku space out for a bit. Karena keasyikan menghayal, aku sampai mengabaikan panggilannya. Dimarahin lagi deh…
"Sadar juga! Ck! Sudah selesai belum, tugasnya?" dia bertanya sambil menarik kursi di seberangku. Duduk di atasnya, dia menyambar kertas jawabanku. Ini dia. Bagian yang paling aku suka ketika berduaan dengannya di perpustakaan.
Rambut coklatnya yang pendek selalu terlihat berkilau ketika disinari cahaya. Berkibar dengan lembut ketika didorong-dorong oleh angin. Matanya yang biasa terlihat tegas, kali ini nampak sayu. Bola matanya yang coklat bergerak-gerak dengan lincah, meneliti tiap jawabanku. Bibirnya berwarna seperti buah cherry yang manis, dengan pulpen yang biasa dia tempelkan di sudut bibir.
"Akaito…"
Suara rendahnya yang biasa memanggil namaku.
"Kamu berkembang pesat dalam waktu dua minggu ini!" dia memujiku. Inilah puncak dari kebahagiaanku. Konyol, ya?
"Benarkah? Itu juga berkatmu, lho!" aku tersenyum padanya. Menunjukkan sederet gigiku padanya. Itu khasku. Kulihat dia tersenyum malu-malu. Imut juga, sumpah.
"Kalau begitu, ujianmu pasti sukses." Dia tersenyum padaku. Dan aku ingin sekali untuk memeluknya sekarang juga. Tapi tentu kuurungkan niat tabu itu.
Ketika dirinya beranjak untuk meninggalkanku, tubuhku bergerak secara alami.
Kugenggam pergelangan tangannya, menghentikan gerak langkah kakinya. Kepalanya tertoleh, menatapku dengan mata membolak. Kedekatkan wajahku padanya, hingga bibir dan bibir saling menyatu.
Sesaat setelah ciuman berakhir, wajahnya merona. Aku menekuk satu sudut bibirku. Aku tahu.
Aku tahu dia tidak sesempurna dugaanku. Dia punya satu kelemahan.
Yaitu aku.
Dia menggenggam tanganku. Kurasakan tangannya bergetar kecil, entah karena gugup atau malu. Yang manapun alasannya, dia selalu terlihat manis.
Iya, 'kan? Meiko Sakine, gadisku tersayang…?
My Dearest Girl/ End.
© 2011
