Byun Baekhyun menarik sedikit wajahnya dari monitor laptop setelah menghabiskan waktu berjam-jam menjelajah internet. Jemarinya bergerak pelan searah mata mengikuti tiap perkata dari layar itu. Keningnya berkerut sesekali, pada saat tertentu bergidik ngeri, terkadang membola oleh rasa terkejut pula.
Park Chanyeol, kiranya satu nama yang menjadi topik pencarian Baekhyun.
Dia merupakan pemimpin Phoenix yang baru setelah menggantikan Ayahnya 5 tahun silam. Reputasinya sebagai pemimpin mafia kelas atas telah bergaung dimana-mana, mencap dirinya sebagai pemimpin berdarah dingin tak segan melenyapkan nyawa.
Baekhyun berusaha mencari sekiranya satu gambar milik pria itu di internet nyatanya tak dia temukan satupun. Pada beberapa situs menggambarkan Park Chanyeol sebagai sosok pria bertubuh tinggi, tegap oleh postur tubuh proposional dengan rambut hitam kelam.
Dengan image bengisnya seperti itu, Baekhyun bisa membayangkan bagaimana rupa pemimpin Phoenix dalam imajinasinya. Tubuhnya pasti dilukis tato sampai ke ubun kepala, wajahnya pastilah memiliki banyak bekas luka. Baekhyun pernah menonton film action dengan karakter mafia di dalamnya, pria itu buncit dengan gigi emas terpasang penuh pada giginya. Dia gemar terkekeh sedang tangan menggerangi tubuh wanita di sampingnya tanpa peduli.
Ketakutan Baekhyun menjadi naik 100%. Pun ketika suara derap kaki terdengar diikuti sosok ayahnya terlihat pada pintu.
"Baekhyun kau sudah siap?"
Nafas Baekhyun tercekat. Pria yang bernama Siwon yang merupakan orangtua kandung Baekhyun itu menatap anaknya dengan bingung. "Baekhyun ada apa?"
"Ti-tidak bisakah perjodohan kami dibatalkan saja? A-aku tidak mau menikah dengan Park Chanyeol!" Baekhyun bersuara terpatah oleh ketakutan.
"Mengapa tiba-tiba berubah pikiran seperti ini?" Siwon mendekati anaknya itu lantas merengkuh pundaknya. "Kau sudah menyetujui pernikahan ini."
"Itu sebelum aku tau jika dia itu pemimpin yang kejam!" Baekhyun menjerit.
Siwon mengerjab dua kali, "Nak, bukankah aku sudah memberitaumu jika dia seorang mafia?"
Baekhyun mengangguk.
"Jika kau tidak lupa, ayahmu ini juga seorang mafia."
Tubuh bergetar Baekhyun berganti menegang, tiba-tiba teringat akan fakta yang kadang luput di ingatnya itu.
"Setidaknya Ayah tidak buncit dan tidak memiliki gigi emas." Baekhyun mencicit.
Siwon mengerjab lagi. "Apa yang kau katakan?" lalu tertawa menggelegar. "Aku tau kau gugup, tapi jangan khawatir semuanya akan baik-baik saja oke?" Siwon menepuk pundak anaknya itu sekali. "Nah, sekarang ayo kita temui Phoenix."
"TIDAK!" Baekhyun menjerit. "KUMOHON TIDAAKKKKK!"
Siwon tak mendengarkan, dengan ringan mengangkat Baekhyun pada pundak dan membawanya keluar kamar.
"AYAH TIDAAAAAKKKK!" Baekhyun melolong. "SELAMATKAN NASIBKUUUUUU~"
…
Dan Siwon benar-benar tak mendengarkan apapun. Dia bahkan meninggalkan Baekhyun begitu saja setelah mengantarnya ke restoran, seorang diri di dalam ruang private di temani hidangan terlampau banyak di meja.
Baekhyun merasakan jantungnya hendak meledak pun dengan keringat dingin membasahi wajahnya. Baekhyun bergetar bak gempa bumi memporak-porandakan seisi saraf.
Baekhyun tiba-tiba menyelesali segalanya. Terlebih ketika kata ya meluncur begitu saja dari bibirnya yang sewarna stroberi. Ya untuk persetujuannya atas perjodohan dengan Park Chanyeol.
Baekhyun luput mengingat akan mafia dan segudang pekerjaan busuk mereka karena nyatanya Baekhyun pun lahir dan besar di lingkungan seperti itu. Dan kesalahannya yang lain adalah luput mengingat akan tampang-tampang mafia yang kerap dia lihat pada pertemuan-pertemuan yang dia hadiri. Perut buncit, tato, bekas luka dan terpenting kegemaran mereka mengoleksi pasangan.
Baekhyun mulai menerka, untuk seorang Phoenix yang agung sudah berapa pasangan yang dia miliki? Urutan ke berapa Baekhyun untuk pemimpin itu? 10? 20? Atau mungkin lebih dari itu? Hanya dengan memikirkannya, lagi gejolak ketakutan mendera Baekhyun tanpa ampun.
Matanya yang sipit bergerak kacau menatap ke seluruh ruangan, kemudian terhenti pada satu-satunya pintu yang ada disana. Baekhyun tak meninggalkan detik segera bangkit dari duduknya dan dalam satu gerakan meraih kenop itu dalam genggaman.
Namun belum sempat Baekhyun memutarnya, daun pintu itu telah terbuka diikuti sosok besar tertangkap inderanya di balik sana. Dia seorang pria dengan setelan gelap membungkus si tubuh tinggi.
'Inikah dia… Phoenix itu?'
Baekhyun merasakan jantungnya meletup-meletup lagi, ludahnya terasa bak karang ketika Baekhyun paksa telan sebelum menggerakkan saraf lehernya untuk mendongak guna mencari paras pemilik tubuh itu.
Baekhyun mampu mendengar suara kretek kretek berasal dari tulang lehernya yang berkarat ketika dia paksa bergerak seperti itu. Sipit Baekhyun kian melotot hanya dengan dada bidang tertangkap inderanya kini, perlahan kian naik menangkap jakun yang bergerak pelan pada leher.
Baekhyun bisa melihat dagu pria itu. Itu runcing dengan rahang tajam nan tegas pada kanan kiri wajahnya. Belah bibirnya Baekhyun tangkapi berwarna merah pucat dengan belah tebal atas dan bawah.
Baekhyun tak sadar ketika meneguk ludah namun tak menghentikan jelajahan matanya pada hidung itu pula. Tulang hidung itu tinggi dengan bentuk ramping sempurna sebagai indera pembaunya.
Kening Baekhyun sedikit berkerut, terlebih ketika sepasang indera itu ditangkap sipit miliknya. Bentuknya bulat dan lebar dengan hazel bergaris cantik balas menatap Baekhyun dalam kerjapan.
"Hai," suara pemilik tubuh yang Baekhyun tatapi itu terdengar tiba-tiba. Suaranya berat, sedikit serak menyapa indera pendengaran Baekhyun. Lelaki bertubuh mungil itu tak sadar ketika menarik satu langkah mundur dan membiarkan sipitnya itu menangkap menyeluruh sosok di depannya dengan leluasa.
"Selamat siang aku Park Chanyeol. Kau bisa memanggilku Chanyeollie."
Kerutan Baekhyun bertambah satu.
"Kau pasti Baekhyunie?"
Kini mulai menikung tajam.
"Hehe…"
"…"
"…"
"HAH!?"
Baekhyun tak sadar ketika berseru keras diikuti ekspresi wajah terkejut konyol sebagai respon perkenalan itu. Park Chanyeol sama terkejutnya terbukti dengan kerjapan mata bulatnya berulang dia lakukan pun rahang jatuh dengan bibir berbentuk bulat sempurna.
"Bohong!" Baekhyun menuding tiba-tiba.
Park Chanyeol reflek menggeleng sedang sepasang inderanya benar hendak meloncat keluar. "Chanyeollie tidak bohong!" dia membantah.
Namun Baekhyun tak bisa mempercayai semuanya semudah itu. Matanya meneliti Chanyeol lagi, dari ujung sepatu hingga berakhir pada poninya yang naik hingga memperlihatkan kening sempurna miliknya disana.
Park Chanyeol mengenakan setelan serba hitam mengingatkan Baekhyun akan pertemuan-pertemuan dengan relasi Siwon yang juga mafia. Tubuhnya tinggi dan tegap dengan otot terlihat terbentuk dari setelan formal yang dikenakannya.
Secara fisik dan penampilan Chanyeol lulus ketagori sebagai mafia. Setidaknya dia benar terlihat seperti itu, kecuali senyum lebar dan kerjapan mata polos tanpa dosa—Baekhyun… berubah sanksi tiba-tiba.
Satu jari Baekhyun mengarah pada Chanyeol tepatnya pada ujung hidung. "Ka-kau sungguh Phoenix?" tergagap Baekhyun bertanya.
Park Chanyeol memberikan anggukan, "Benar." Tak lupa dengan senyum lebar dan kerjapan mata anak-anak miliknya pula.
"Ka-kau ber-bersungguh-sung-guh?" Baekhyun lagi bertanya. Rasanya sulit sekali untuk percaya.
"Benar Baekhyunie," Chanyeol kembali menjawab dengan nada serupa. "Tapi mengapa Baekhyunie bicara gagap seperti itu?" Chanyeol bertanya dengan nada sedih. "Padahal Chanyeollie 'kan tidak gigit."
Tambahan dengan bibir terkulum dalam getaran menahan isakan.
"…"
Baekhyun sampai tak bisa berkata-kata.
…
Pria asing yang berada satu ruangan dengan Baekhyun itu tidak berbohong. Dia benar pemimpin Phoenix, kelompok mafia besar yang terkenal berdarah dingin itu. Pemimpinnya bernama Park Chanyeol yang kini tengah duduk berhadapan dengan Baekhyun bersama senyum lebar dan nada bicara mendayu.
Baekhyun masih tak bisa mempercayai hal itu. Semuanya berbanding terbalik dengan apa yang internet jelaskan padanya. Mungkin jika itu hanya satu situs, Baekhyun akan dengan mudah menyangkalinya namun nyatanya Baekhyun mengunjungi banyak situs dan semuanya menjelaskan hal yang sama tentang Park Chanyeol si pemimpin Phoenix yang kejam.
Lantas siapa pria yang berada di depannya kini?
Pemimpin Phoenix bernama Park Chanyeol namun dalam jiwa yang berbeda?
Namun kemudian Park Chanyeol membuktikan jika dirinya merupakan satu orang yang sama. Seluruh anggota keluarga, relasi kerja pun membenarkan hal itu sampai Baekhyun tak mampu berkutik dan berakhir berada di altar seperti tujuan awal pertemuan mereka.
Baekhyun mendapati dirinya menikah dengan Park Chanyeol, seorang pemimpin Phoenix yang memiliki senyum lebar hingga membuatnya terlihat idiot alih-alih ramah juga tatapan mata polos terpantri pada sepasang hazel jernih miliknya.
Apa yang Baekhyun simpulkan, internet hanya mengetikkan sebaris omong kosong dengan image keras yang telah Phoenix miliki lalu menulari image Chanyeol pula ketika menggantikan posisi Ayahnya beberapa tahun silam.
Apa yang Baekhyun syukuri semua itu benar omong kosong. Park Chanyeol tidak sekejam itu, dia bahkan sama manjanya akan Baekhyun. Pria itu baik, perhatian dan pastinya memberlakukan Baekhyun dengan penuh kasih sayang.
Maka Baekhyun putuskan untuk menerima status barunya kini, menikah dan belajar untuk mencintai suaminya… Park Chanyeol.
…
"Apa menjadi pemimpin itu melelahkan?" Baekhyun selalu menyempatkan diri untuk bertanya apapun terhadap Chanyeol guna bisa mengenal pria itu lebih jauh.
Chanyeol memiliki pekerjaan yang membuatnya menjadi sibuk, namun pria itu selalu pulang ketika senja dan memberikan seluruh waktu malamnya untuk dihabiskan dengan Baekhyun saja. Keduanya makan malam bersama, kadang menonton film namun lebih sering berada di kamar; di atas tempat tidur dan memulai pembicaraan yang Baekhyun senangi itu.
"Sedikit," Chanyeol menjawab. "Mengapa bertanya?"
"Aku tidak berikan ijin oleh Ayahku untuk bekerja," Baekhyun berkata. "Katanya aku hanya harus bersantai di rumah, karena sudah menikah jadi aku hanya harus menyambut dan mengurus Chanyeollie di rumah." Sambungnya.
Senyum Chanyeol tertarik lebih lebar diikuti susupan menyenangkan dalam hatinya.
"Aku juga takkan membiarkan Baekhyunie bekerja, cukup bersantai di rumah dan menyambut kepulanganku setiap hari." Chanyeol menjawab dengan senyum yang tak kunjung meluntur. "Boleh aku minta cium?" Chanyeol bertanya lagi dengan merengek pelan seraya mengetuk bibirnya. "Yang lama~" pintanya.
Baekhyun tertawa pelan sedang wajah berubah panas oleh rona merah muda menghiasi belah pipinya yang penuh. Namun Baekhyun tak menolak alih-alih beringsut lebih dekat kepada Chanyeol lalu mencuri kecupan pada bibir pria yang menjadi suaminya itu.
Baekhyun menekannya lama dengan sebuah lumatan yang membuat sekujur wajahnya menjadi lebih panas oleh oleh rasa malu.
"Sudah." Baekhyun lekas menyembunyikan dirinya pada ceruk leher Chanyeol dan memeluk erat tubuh keras itu.
Chanyeol tertawa bahagia dan balas memeluk suaminya itu dengan erat. Keduanya berguling di atas tempat tidur mengubah posisi membuat Baekhyun terkukung di bawah Chanyeol kini.
Pemimpin Phoenix itu memulai ciuman mereka kembali. Kali ini lebih keras membuat Baekhyun mengerang dalam jarak tautan mereka.
Tangan Chanyeol yang besar bergerak membuka kain yang membungkus tubuh Baekhyun lalu membuangnya begitu saja pada lantai. Keduanya telanjang dengan keringat tersebar banyak pun desak nafas bersambut sahut dalam penyatuan itu.
"Baekhyunie aku sangat mencintaimu…" Chanyeol seolah tak bosan mengujarkan sebaris kalimat itu. Selalu dan nyatanya Baekhyun pun tak pernah bosan untuk mendengarnya.
"Aku juga sangat mencintai Chanyeollie…"
Juga membalasnya.
…
Bulan bersinar malu-malu di antara celah gorden kamar. Malam beranjak semakin larut dengan sunyi menyambut ketika Chanyeol terbangun. Mata bulatnya menatap Baekhyun lama yang tertidur lalu dengan hati-hati meninggalkan sebuah kecupan pada puncak kepalanya.
Tubuh tegap itu bergerak perlahan meninggalkan tempat tidur. Dia mengambil jubah yang tersampir pada sofa lalu membalut tubuhnya dengan kain halus itu. Ponsel di tangan tergenggam erat seraya meninggalkan kamar menuju ruangan kerja miliknya di lantai bawah.
"Katakan," suara beratnya menjadi satu-satunya yang terdengar dalam ruangan itu. Nadanya datar seirama dengan gurat wajahnya yang dingin tanpa ekspresi.
"Lokasinya telah kita temukan Bos, Jim telah memeriksanya kesana."
"Kau menemukannya?"
"Ya, semuanya lengkap seperti yang Kim katakan."
Sudut bibir tebal itu berkedut sekali menghasilkan sebuah seringaian pada parasnya yang tampan. "Kerja bagus." Pujinya puas.
"Lantas apa yang akan kita lakukan pada Kim?" bawahannya itu lagi bertanya.
Chanyeol tak segera menjawab. Langkah kakinya tenang dia bawa menuju meja miliknya lalu menempatkan diri duduk di atas kursi kebesarannya itu. Punggungnya bersandar nyaman sedang mata dia biarkan menyatu pada figura Baekhyun yang tertata cantik di depannya.
"Kuliti dia sampai mati lalu gantung mayatnya di hutan dan biarkan dia membusuk disana."
tamat
Makasih udah nyempetin baca dan #HappyChanyeolDay
