"Kita dipertemukan di dunia yang berbeda."

"Hidup di tempat yang berbeda."

"Di tahun yang berbeda."

"Akankah kita akan bertemu kembali?"


Warning: kerenyes kranci, OOC, AWAS TYPO! CERITANYA ABSURD! terganggu dengan cerita ini? silahkan langsung pergi dari cerita ini. Bahasa BIKIN BINGUNG PLES ANEH. Modern AU. Disini Cao Caonya masih muda n fresh(?) kek yang di musou blast ver

Genre: Humor, Sho-ai

Rate: T

Disclaimer: DWSW punya Koei

Meet Again

Selamat Membaca


Aku terbangun dari tidur, jarum jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Aku lupa mempekenalkan diri, namaku Mitsunari Ishida, umurku 23 tahun, bekerja sebagai guru privat. Hari ini aku sedang tidak ada pekerjaan karena belum ada orang tua yang memanggil. Selama aku menunggu klien memanggil aku hanya berdim diri di kamar rumah, dan sesekali aku membaca buku di dekat jendela. Entah kenapa saatku melihat keluar jendela seperti ada sesuatu yang kulupakan mungkin seperti seseorang yang kutemui? Entahlah.

Tak lama kemudian hapeku berbunyi, aku pun mengambil hapeku yang kutaruh di atas meja.

Klik

"Apakah ini dengan guru privat yang bernama Mitsunari?"

Dari suaranya seperti suara Bapak-Bapak. Tapi aku merasa suara Bapak-bapak ini cukup familiar.

"Iya, ada apa ya Pa?"

"Saya mau minta, anda menjadi guru privat anak saya selama beberapa bulan."

"Rumah Bapa di jalan mana kalau boleh tau?"

"Ada di jalan kenangan bersama mantan, no.1"

"Dari hari ini, atau besok?"

"Besok saja."

"Baik, sampai jumpa besok Pa."

Semoga saja kali ini anak Bapak itu cukup normal, Aku pun kembali menaruh hape di atas meja di depanku, dan kembali membaca novel yang sempat tertunda karena telpon tadi. Tak berapa lama setelah itu pintu rumahku diketok oleh seseorang dari luar. Menyebalkan. Kenapa setiap aku ingin tenang membaca buku selalu diganggu?

Karena ketokan pintu tak kunjung berhenti, aku menaruh kembali bukuku di meja, dan berjalan menuju pintu.

Cklek

Ku buka pintu rumahku, ternyata yang datang tukang paket yang sering sekali mengantarkan barang pesanannku.

"Zhao Yun,"

Sampai-sampai aku tau nama kurir yang didepanku ini saking seringnya.

"terima kasih sudah mengantarkan semua pesananku selama ini." aku berterima kasih padanya karena sudah mengantarkan barang pesananku di kondisi cuaca apapun.

"Sama-sama, oh dan satu lagi ada tamu untukmu." tunjuk Zhao Yun pada seorang anak kecil berambut coklat cepak, dan berkulit sawo matang sedang memeluk kaki kanan Zhao Yun.

"Lu Xun?" aku jongkok di depan kaki Zhao Yun agar bisa setara tingginya dengan anak kecil yang berusia enam tahun itu. "Ada apa kesini?"

"Itu, aku mau main sama Kakak."

"Udah bilang sama Ayahmu?"

Anak itu mengangguk, lalu berjalan ke belakangku. Setelah aku menerima paketku, aku kembali masuk ke dalam, kali ini tidak sendiri, aku bersama anak tetangga sebelah bernama Lu Xun. Sejak aku tinggal disini, aku dipertemukan oleh anak ini, dan berteman baik dengannya. Dan anak ini mengingatku dengan sesuatu…

Hefei… gumamku, aku tidak tau kenapa aku menggumamkan itu hanya saja seperti aku pernah mengenal anak kecil ini dalam waktu yang lama.

Aku menaruh paket yang kuterima tadi di atas meja bersama buku novel, dan hapeku. Aku baru ingat hari ini aku harus ke supermarket karena bahan makananku sudah menipis, mau tidak mau aku harus mengajak Lu Xun.

"Lu Xun, mau nemenin Kakak ke supermarket tidak?"

Lu Xun mengalihkan pandangannya dari buku pelajaran punyaku yang sejak tadi ia baca, ia menatapku, lalu mengangguk dengan senyum yang terukir di bibirnya. Lu Xun pun menutup buku yang sedang ia baca lalu berlari ke arah ku yang berdiri di tempat aku biasa baca novel.

Di perjalanan menuju supermarket, kami membeli sebuah makanan ringan yang bernama taiyaki berisi kacang merah, karena Lu Xun sudah mulai lapar, dan aku juga belum sarapan.

Pergilah kami ke supermarket yang tidak jauh dari tempatku tinggal yang sudah menjadi langgananku tiap bulan. Di supermarket itu aku membeli daging, telur, sayur, dan buah-buahhan. Diperjalanan pulang dari supermarket kami melewati sebuah toko bunga kecil, bunga-bunga yang terpajang di toko itu sangat indah, tapi ada satu bunga yang menarik perhatianku entah kenapa. Bunga itu adalah bunga kamelia merah. Aku berhenti berjalan hanya untuk melihat bunga itu dari dekat.

Saat melihat bunga itu seperti teringat akan sesuatu tapi tidak bisa ku rekam kembali di memoriku, rasanya ingatan itu sudah lama hilang.

"Zaman dahulu bunga camellia japonica sangat tidak disukai oleh para samurai."

Dari dalam toko muncul seorang perempuan dengan celemek berwarna ungu. Perempuan tersenyum padaku lembut.

Mitsunari berpikir sebentar. "Apakah samurai tidak menyukainya karena saat gugur bunga ini langsung lepas dari tangkainya?"

"Benar sekali. Karena mungkin untuk mereka itu seperti kepala yang lepas dari leher mereka."

"Maaf." kataku tanpa pikir panjang.

"Tidak apa-apa, silahkan saja lihat bunga itu sepuasmu."

"Ka-" perkataanku terputus saat Lu Xun menarik celana panjang berwarna hitam milikku. Aku pun melihat ke arahnya. "-ada apa Lu Xun?"

"Aku haus." jawab Lu Xun sambil mengelus elus lehernya.

Aku pun mengambil sebotol air mineral dari dalam kantung plastik, setelah aku membuka tutup botol itu aku berikan pada Lu Xun. Perempuan itu entah mengapa tertawa pelan saat melihatku memberikan sebotol air mineral pada Lu Xun.

"Anakmu?"

"Bukan, anak tetangga, dia memang suka bermain denganku. Dan umurku masih 23 tahun."

"Maaf kalau begitu kukira anak itu adalah anakmu habis kalian sedikit mirip."

Sebenernya saat aku mendengar pernyataan itu aku bingung, aku sama Lu Xun dimana miripnya? Tapi kuhiraukan saja kata-kata itu.

"M-mbak, sa-saya mau bunga camellia sasanka." kataku gelagapan.

"Baiklah, mau berapa tangkai?"

"Tiga saja."

"Sebentar ya~"

Perempuan itu memetik tiga tangkai buka kamelia merah itu dengan hati-hati, lalu perempuan itu masuk ke dalam tokonya. Aku merasa perempuan itu mirip dengan seseorang, mungkin itu hanya perasaanku saja, aku tidak menunggu terlalu lama sampai perempuan itu keluar dari tokonya dengan tiga tangkai bunga kamelia merah yang sudah terbungkus dengan rapi.

Aku menerima bunga itu. "Jadi berapa?"

"Tidak usah," kata perempuan itu lembut. "kadang saya lebih suka memberikan bunga ini pada orang yang menikmati keindahan bunga-bunga ini daripada menjualnya."

"Te-terima kasih." aku membungkuk sedikit, lalu pergi dari toko itu.

Di perjalan menuju rumah, Lu Xun bertanya padaku soal bunga itu.

"Kak, kenapa Kakak membeli bunga itu?" tanyanya sambil memeluk sebotol air mineral di tangannya.

"Tidak tau, mungkin karena bunga ini mengingatkanku dengan sesuatu." aku kembali melihat bunga camellia sasanka yang ada di tangan kiriku.

Setelah sampai di depan rumah, sebelum Lu Xun pamit pulang ke rumah karena sudah sore, aku memberikan setangkai bunga itu pada Lu Xun, Lu Xun mengucapkan terima kasih dengan senyumam secerah sinar matahari, lalu ia berlari ke rumahnya dengan setangkai bunga, dan sebotol air mineral di tangannya. Melihat Lu Xun tersenyum membuatku ikut tersenyum.

Tak terasa hari ini sudah sore, aku masuk ke dalam rumah, dan mengorganisir makanan yang kubeli , lalu kemaksukkan ke dalam kulkas.

"Haah… enaknya bunga ini kusimpan dimana ya?" tanyaku pada diriku sendiri sambil bergantian melihat vas berwarna biru yang kosong, dan bunga kamelia merah di tanganku. Aku memasukan dua tangkai bunga itu kedalam vas, lalu kutaruh vas itu di tengah-tengah meja makan, aku menopang dagu, lalu aku mengangkat vas biru itu lalu ku taruh di meja kecil di tempat aku biasa membaca buku.

Sepertinya disini lebih cocok, aku tersenyum puas. Tempat yang dekat dengan jendela itu memang bagus untuk tempat membaca ditambah dengan vas biru, dan bunga kamelia merah yang indah. Aku baru ingat kalau tadi pagi aku menerima paket. Kubuka paket itu dengan gunting. Barang sesuai dengan pesanan, satu komik Basara, dan buku pelajaran sosiologi kelas 12. melihat buku pelajaran aku jadi teringat dengan alamat yang dikatakan oleh Bapak-Bapak itu.

Jalan kenangan bersama mantan, aku masih bingung apakah jalan itu emang benar atau tidak ada, jadi untuk sementara aku lupakan nama jalan yang aneh itu. Aku pun duduk kembali ke kursi empuk, dan kembali membaca novel yang sempat tertunda, tetapi saat aku baru saja membaca satu halaman hapeku bergetar di atas meja.

Drrt … drrt…

Tiba-tiba hapeku berbunyi, untuk kesekian kalinya, aku hanya ingin duduk, dan membaca novel dengan damai, akhirnya aku mengambil hapeku, dan mengeceknya. Ternyata aku mendapat pesan dari sahabat lamaku yang sudah bekerja sebagai guru di sebuah sekolah menengah atas.

Yoshitsugu Otani

Bagaimana? Sudah mendapat klien?

Mitsunari

Sudah, baru saja tadi pagi, dan akan mulai mengajar, besok.

Yoshitsugu Otani

Syukurlah kalau begitu, semangat temanku!

Mitsunari

Terima Kasih Yoshitsugu. Btw, aku mau nanya emang jalan kenangan bersama mantan beneran ada?

Yoshitsugu Otani

Ada, dari tempatmu tinggal jalan beberapa meter, dan belok ke kiri, kalau kamu sudah menemukan rumah bak istana jaman kerajaan China, berarti kamu sudah ada di jalan itu.

Mitsunari

Terima kasih atas infonya karena kupikir nama jalan itu hanya fiktif

klik

Setelah aku mengirim pesan terakhir pada temanku, setelah itu tidak ada pesan masuk lagi. Aku pun kembali membaca novelku yang sempat tertunda. Selama membaca novel itu aku malah mengantuk padahal saat tadi aku belum merasakan kantuk. Daripada dipaksa baca novel lebih baik aku tidur. Hal yang paling menyebalkan saat aku sudah ada di atas tempat tidur adalah aku tidak bisa memejamkan mataku.

"ARGH!" teriakku kesal.

Dari kejauhan aku hanya melihat bunga camellia sasanka, dan tak lama kemudian aku bisa memejamkan mataku.

Kelopak bunga kamelia mulai berguguran…

"Ini dimana?" aku melihat sekitar, yang aku hanya lihat hanya kegelapan. Duduk seorang diri. Aku hanya bisa memeluk kedua lututku. Tapi rasanya ada seseorang yang memelukku dari belakang terasa nyata bagiku tapi saat ku menengok ke belakang tidak ada siapa-siapa.

Aku ingin sekali bertemu dengannya … sekali lagi. Walaupun aku tidak tahu siapa orang ingin sekali kutemui itu.

.

Keesokan harinya, aku bangun jam setengah tujuh, membuat sarapan, membersihkan diri, tapi kadang kalau sudah mendapat klien, aku bingung mau menggunakan baju apa karena kebanyakan baju untuk jalan bersama teman. Terakhir aku menggunakan baju polo berwarna biru dengan celana jeans saat datang kerumah klien Bapaknya marah anaknya engga, ibunya malah jatuh cinta sama aku. Kan jadi bingung takutnya kaya gitu lagi. Mau ga mau karena baju yang kupunya banyaknya kaos, dan kemeja hanya dua, jadi aku menggunakan kaos berwana abu-abu dengan celana jeans. Kalau di komplen lagi terpaksa pake kemeja. Setelah selesai berpakaian aku baru ingat kalau kemaren tidak bertanya Anaknya kelas berapa? Atau datang jam berapa?

Aku menepuk jidatku agak keras, aku memang selalu ceroboh kalau ada Yoshitsugu pasti dia akan mengingatkanku.

Apakah aku datang saja membawa buku pelajaran kelas dua belas? Semuanya? ada sedikit rasa ragu untuk membawa buku pelajaran itu sekaligus yang bisa dibilang besar, dan tebal. Selama beberapa menit aku hanya bisa menopang dagu di depan jendela rumah biasa tempat untuk membaca novel.

Drrt… drrt…

Hapeku berbunyi, ada telepon dari Bapak yang kemarin, aku baru ingat kalau aku menyimpan nomor kontaknya. Kuangkat telepon itu.

Klik

"Halo."

"Ini saya Cao Cao yang kemarin menelpon anda, maaf kemarin saya tidak memberitahu secara detail, anakku selalu membenci guru privat yang saya datangkan, jadi kumohon semoga anda bisa berbaur dengannya, dan membuat anak saya belajar dengan serius karena hanya dia yang bisa memenuhi kriteria untuk menjadi penerus saya."

"Bapak tidak usah meminta maaf, itu karena saya ceroboh tidak bertanya lebih detail pada Bapak."

"Kalau begitu saya mau anda datang ke rumah jam 9 setiap hari kecuali sabtu, dan minggu selama lima bulan ini."

"Baik."

"Apakah anda tidak keberatan?"

"Ti-tidak."

Telepon terputus seketika, setelah aku menjawab pertanyaan terakhir Bapak bernama Cao Cao itu. Aku mengecek jam dinding yang tidak jauh dari tempatku berdiri. Jam sudah menunjukan pukul setengah sembilan.

"SETENGAH SEMBILAN?!" jeritku panik.

Cepat-cepat aku memasukkan tiga buku paket, hape, satu buku tulis, dan sekotak alat tulis ke dalam tasku. Aku berlari keluar rumah tidak lupa sebelum pergi aku mengunci rumah dahulu.

"Kakak mau kemana? Kok buru-buru gitu." tanya Lu Xun dari depan rumahnya.

Aku berhenti dahulu di depan rumah kepunyaan Lu Jun, dan berlari di tempat. "Kakak harus mengajar, dan Kakak udah telat."

"Padahal aku mau main sama Kakak." kata Lu Xun dengan nada kecewa.

"Maaf ya Xun nanti kita main lagi."

Aku masih berlari di tempat mengingat apa yang dikatakan oleh temanku kemarin.

Jalan beberapa meter, lalu belok kiri, Aku pun mulai berlari beberapa meter, setelah itu berbelok ke kiri sesuai perkataan Yoshitsugu, pas belok kiri aku langsung melihat rumah besar bak istana.

"Apakah ini rumah Bapak Cao Cao..." gumamku, aku tidak percaya kalau rumah yang ku lihat sekarang adalah rumahnya.

Aku berjalan menuju pintu rumahnya yang kaya gerbang, kupencet bel disebelah kiri. Saat ku pencet bel itu gerbang pintu terbuka secara otomatis membuatku kaget.

"Anda Mitsunari Ishida?"

"I-iya." aku melihat ke arah seseorang yang menyambutku dari atas sampai bawah.

"Saya sudah menunggu anda dari tadi silahkan masuk." kata orang itu dengan senyum lembut.

"Emm … anda Bapak Cao Cao?" tanyaku sedikit ragu.

"Ya."

Orang yang menyambutku ternyata pemilik rumahnya sendiri, dan aku langsung diantarkan ke kamar anaknya.

Tok tok tok

cklek

"Ada apa Ayah?" dari dalam kamar itu muncul seorang laki-laki yang mirip dengan Bapak Cao Cao hanya bedanya laki-laki itu berambut panjang diikat ponytail.

"Hari ini kamu belajar dengannya ya, namanya Mitsunari Ishida." Bapak Cao Cao memperkenalkan diriku pada anaknya.

Anaknya melihatku dari atas sampai bawah dengan tatapan tajam, setelah itu anaknya langsung masuk kembali ke kamar, dan membanting pintu kamarnya.

Apa-apaan itu? Tidak sopan!

"Maafkan anak saya, sifatnya memang seperti itu."

"Tidak usah meminta maaf, saya sudah biasa menghadapinya," aku mengelus dadaku mencoba untuk sabar. "kalau boleh tau nama anak Bapak siapa?"

"Cao Pi, saya biasa memanggilnya Zihuan. Mitsunari kumohon untuk bisa berbaur dengannya."

"Saya akan berusaha semaksimal mungkin."

"Masuk saja ke kamarnya, tapi harus diketok dahulu. Tidak apa-apakan saya tinggal?"

"Tidak apa-apa."

"Kalau begitu saya tinggal ya, masih banyak pekerjaan menumpuk."

Bapak itupun pergi meninggalkanku di depan kamar anaknya. Hari pertama mengajar dimulai dari detik ini, pertama aku harus bisa menjinakkan dahulu.

Tok tok tok

"Saya masuk." aku memutar knop pintu kamarnya, dan masuk ke dalam kamarnya.

Ini kamar atau tempat sampah? Banyak sekali sampah bertembaran, aku kaget dengan isi kamar anak laki-laki bernama Cao Pi. Seperti tidak pernah diajarkan untuk membuang sampah saja.

BRAK!

Tiba-tiba saja tangan kiri anak itu ada samping kepalaku. Aku hanya bisa bersumpah serapah di dalam hati. Ini pertama kalinya hari pertama mengajar di kabedon sama anak orang, hal aneh lagi terjadi padaku cukup saat hari pertama aku di uppercut sama anak klien gegara benci sama guru. Mata anak itu menatap tajam ke arahku, membuat jantungku berdegup kencang, apakah ini yang dinamakan cinta? BUKAN!

Dilihat dari dekat anak itu mirip dengan seseorang seperti pernah bertemu sebelumnya, sadar Mitsunari! Bukan saatnya kamu melamunkan hal yang tidak perlu.

"Ngapain kamu kesini?" tanya anak itu padaku dengan nada datar, dan mata yang mengintimidasi.

"Ayah anda memintaku mengajarkan anda." jawabku.

Anak itu tersenyum tapi dimataku dia seperti senyum mengejek. "Menarik."

TBC

… YANG BILANG MITSUN OOC BANGET GUA TONJOK VIA ONLEN! Karena bikin cerita pake sudut pandang pertama itu ga gampang! Untuk aku sih.. ga gampang...

Dah itu aja.

Makasih sudah mau membaca cerita absurd ini

See you next chapter~