Surat
Hetalia © Hidekaz Himaruya
K+
Romance
Prussia x Hungary
("Surat bodoh itu ternyata membawa dampak besar pada Elizaveta.")
.
.
.
.
Elizaveta menyesap teh-nya dengan pelan.
Sore hari yang indah memang sangat pas dinikmati dengan secangkir teh. Apalagi disaat tidak ada pengganggu macam pria beruban pembawa burung kuning sialan itu di dekatnya, Elizaveta merasa dirinya bebas.
"HEEEI ELIZAA!"
Astaga.
Eliza menghela nafas lelah. Cukup sudah semua penderitaannya, Eliza sudah tak mau menambahnya—maksudnya, ayolah, dia hanya ingin menikmati sore hari dengan secangkir teh seperti yang biasa dilakukan Arthur, tidak lebih! Kenapa pula pria beruban itu datang mendobrak rumahnya? Dan—sial, Elizaveta merasa burung kuning itu sedang mengejeknya.
"Apa?" Tanya Elizaveta datar. Pria—yang bisa disebut sebagai Gilbert—itu langsung duduk di hadapannya dan memamerkan sebuah amplop.
"Lihat iniiii~"
"Gaji bulanan-mu?"
"Bukan, bodoh," Gilbert me'nampar'kan amplop itu ke kepala Elizaveta pelan, "Ini surat cinta."
Cuih.
Sejak kapan Gilbert jadi aneh macam Francis seperti itu? Elizaveta menyipit curiga.
"Oh."
"Cuma 'oh'? Hei, aku datang kesini jauh-jauh untuk memberitahumu tentang surat ini, tahu! Hargailah aku sedikit!" Ucap Gilbert ketus. Lagi, Elizaveta menghela nafas lelah.
"Terserah apa katamu." Ujar Elizaveta sambil meminum teh-nya dengan cepat.
"Kau mau melihatnya?" Tanya Gilbert sambil memperlihatkan surat itu di depan wajah Elizaveta.
"Tidak."
"Kau yakiiin?"
"Ya."
"Yakiiiiin?"
"Demi Tuhan, Gilbert!" Elizaveta meletakkan cangkir teh-nya dengan kasar, "Memangnya kau tak pernah mendapatkan surat cinta? Kenapa reaksimu berlebihan sekali?"
"Oh, maaf saja, aku yang awesome ini terlalu banyak mendapatkan surat cinta!" Gilbert berujar sambil memasang wajah angkuh, "Tapi surat ini, surat yang paling spesial yang pernah kudapatkan!"
"Heh." Elizaveta memandang remeh.
"Buka saja kalau ingin tahu!"
"Tidak tertarik. Terima kasih."
"Aku tahu kau penasaran, Elizaaaa~"
"Tidak."
"Kau yakiiin? Ini istimewa, loh!"
"Tidak."
"Yakiiiiiiin?"
"Astaga!" Elizaveta langsung merebut surat yang sedari tadi menari-nari di depan wajahnya dengan kasar dan membuka penutupnya.
"Kau tahu? Aku sangat kesal padamu sehingga aku harus menuruti permintaan bodohmu ini. Jadi, setelah ini, kumohon berhen—"
Ucapan Elizaveta terhenti.
"Jadi?" Ucapan Gilbert membuat Elizaveta mendongak. Entah karena apa, Elizaveta melihat wajah Gilbert tampak berbeda. Lebih tenang, lebih damai—Gilbert tak pernah damai awalnya—, dan lebih ...
"Ya."
Lebih dari segalanya.
.
.
.
.
Hei, Eliza. Jadilah istriku. Aku yang awesome ini akan membahagiakanmu. Dari awal sampai akhir. Mau?
.
.
.
.
END
.
.
.
.
A/N : Resiko ditanggung pembaca (?).
