Ma First MarkJin

BL/school au/bromance/drama (mungkin)

Please enjoy ^^

Salah satu kamar di lantai empat sebuah gedung asrama tampak gelap, berbeda dengan kamar lainnya. Satu-satunya cahaya yang dapat memberikan petunjuk letak semua barang yang ada di dalamnya hanya sinar sang bulan yang menyelinap melalui jendela di seberang ruangan. Namun agaknya si pemilik kamar lebih suka bergelap-gelapan sambil memandang – sejauh yang dapat ditangkap matanya dalam keadaan gelap – seluruh keadaan kamarnya, yang dalam waktu dekat ini tidak akan hanya menjadi miliknya seorang. Ya... bersama kegelapan inilah ia akan menghabiskan hari terakhirnya menjadi penghuni tunggal kamar tersebut. Besok pagi seseorang akan datang untuk berbagi ruang dengannya di kamar tersebut.

Hal inilah yang membuatnya kesal beberapa hari ini sejak kakeknya – Park Jin Young – pemilik sekolah sekaligus asrama yang juga menjabat sebagai kepala sekolah memberikan perintah untuk merombak seluruh susunan pembagian kamar bagi siswanya. Dan hal ini tidak dapat dibantah. Beberapa siswa terlihat tidak senang dengan berita tersebut, namun kebijakan ini sudah tidak dapat diganggu gugat sehingga mereka hanya menerimanya walau berat hati.

Berbeda dengan teman-temannya, Jinyoung tidak tinggal diam dengan kebijakan yang dibuat kakeknya itu. Ia tidak suka bahkan sangat benci jika boleh dibilang, untuk berbagi kamar dengan orang lain dan kakeknya mengetahui hal ini dengan amat sangat baik. Lalu kenapa beliau dengan senang hati melakukan hal tersebut? Jinyoung juga tidak habis pikir, hingga selepas pengumuman itu tersiar pada siang minggu lalu di seluruh penjuru asrama Jinyoung tanpa membuang waktu langsung memprotes tindakan kakeknya tersebut. Dan tahukah apa yang dikatakan kakeknya ketika Jinyoung mengungkapkan bahwa ia tidak akan mengikuti perintah konyol kakeknya itu?

" Kau hanya perlu pindah ke rumah dan tinggalkan asrama bila tidak ingin mengikuti perintahku yang satu ini Jinyoung-ah" ucap beliau tanpa berpaling dari layar komputer dan kertas-kertas dimejanya.

Jinyoung sungguh tidak menyangka kakeknya malah menyuruhnya melakukan hal yang paling tidak diinginkannya. Pindah ke rumah? Oh ayolah, ia akan memilih hal tersebut sebagai pilihan terakhirnya setelah semua pilihan ekstrim seperti menggelandang hingga tinggal di pedalaman atau bahkan di hutan telah ia lakukan.

" Aku tidak ingin pulang" tegas Jinyoung.

" Maka kau hanya perlu menerima teman sekamarmu datang minggu depan" jawab beliau dengan tenang.

" Aku tidak ingin berbagi kamar, haraboji" Jinyoung memelas yang sayangnya tak diindahkan kakeknya.

" jangan seperti anak kecil Junior!" untuk sesaat Park JinYoung menatap cucunya galak lalu kembali menatap layar komputernya dan mengetik sesuatu.

" Aku memang masih 16 tahun" gumam Jinyoung menundukkan kepalanya. Sedikit ketakutan dengan tatapan kakeknya tadi.

Mendengar gumaman itu kakeknya kembali menoleh dan menarik napas panjang, tidak percaya cucunya akan berkata demikian.
" Pilihanmu hanya dua. Berbagi kamar dengan seseorang yang aku pilih, dan jangan khawatir karena akan aku pilihkan yang cocok untukmu. Atau bila kau tak ingin, kami dengan senang hati menerima kedatanganmu kembali ke rumah" ucap kakeknya tanpa bisa dibantah lagi.

Kakeknya ternyata benar-benar serius tentang hal tersebut karena ternyata yang dikerjakannya saat itu adalah memilah dan memasang-masangkan siswa-siswanya dalam 1 kamar. Dan hal tersebut sampai ia lakukan sendiri, tanpa menyuruh asisten bahkan pengurus asrama disana. Bukankan hal ini menandakan bahwa beliau sangat serius? Tapi untuk apa? Dan bahkan perintahnya ini keluar pada pertengahan semester seperti ini?

" aku akan mengusirnya keluar bila dia tidak rapi di kamarku" Jinyoung memutuskan menyudahi acara protesnya siang itu.

Sementara kakeknya hanya memutar matanya dan menghela napas sejenak mengiringi kepergian sang cucu dari ruangannya.

.

.

.

Praak!

Suara benda yang menubruk tembok di sampingnya tidak membuat Jinyoung menghentikan kegiatannya memasukkan sampah-sampah yang sejak kedatangan tamu barunya selalu saja tidak pada tempatnya. Jinyoung juga mengambil kaleng bekas minuman yang tadi dilempar dengan tidak manusiawi itu ke dalam tas kresek besar untuk segera ia buang ke tempat pembuangan sampah di samping gedung asrama. Setelah semua sampah dalam keranjang sampah kamarnya berpindah ke dalam tas kresek itu Jinyoung segera membawanya keluar kamar.

Dari seberang ruangan, seorang namja diatas ranjangnya memerhatikan kegiatan teman sekamarnya dengan alis bertaut di satu titik.

Teman sekamar. Yah anggap saja begitu, karena mereka memang sudah berbagi kamar yang sama sejak minggu kemarin.

Park Jinyoung, nama yang sama dengan nama pemilik tempatnya bersekolah. Karena memang 'roommate'-nya ini adalah cucu dari pemilik sekolah tersebut. Mark tau hal ini sejak ia melihat pengumuman tentang perubahan anggota kamar dan namanya ia temukan bersanding dengan nama tersebut.

" kau sebaiknya minta ganti partner Mark" usul Jackson kala itu setelah mereka melihat pengumuman di papan pengumuman asrama.

" apa masalahnya?" tanya Mark bingung sambil merebahkan tubuh di atas kasur empuknya.

Jackson yang sudah duduk di kasurnya sendiri di depan Mark menatapnya tak percaya sebelum menjawab " tidak ada yang ingin berbagi kamar dengan anak itu" ujarnya berapi-api, menyuarakan kebenaran pikiran semua penduduk asrama termasuk ketiga temannya ini. Karena mereka mengangguk-angguk mengamini ucapan Jackson.

Dan seperti yang Jackson katakan memang, faktanya tidak ada yang mau berbagi kamar dengan cucu pemiliki sekolah ini. Oke, kecuali Mark mungkin. Karena sungguh dia sebenarnya sangat ingin mengganti roommate-nya. Jackson selalu ribut, dan itu membuat Mark pusing. Sstt... jangan katakan ini pada Jack. (tidak akan Mark ;))

" aku tidak mengerti " ujarnya bingung. Yaa dia bingung, kenapa teman-temannya dan - bahkan jika benar kata Jackson tadi - seluruh penduduk asramanya tidak mau berbagi kamar dengan calon roommate-nya ini?

Mark tidak pernah mendengar apa-apa tentang anak itu, teman-temannya tidak pernah membicarakan tentang cucu pemilik sekolah ini padanya. Tentang bagaimana dia? Tentang bagaimana sifat sikap dan perilakunya? Jika memang buruk, sudah pasti dia sesekali akan mendengar sedikit banyak tentang itu. Tapi tidak ada sesuatu yang buruk yang pernah ia dengar tentang si cucu bernama Junior ini - ahh oke.. Park Jinyoung (Junior). Oh ataukah dia saja yang tidak pernah memerhatikan teman-temannya saat membicarakan si Junior ini? Ahh tapi sepertinya tidak. Ya Mark yakin tidak pernah mendengar sesuatu yang buruk tentang Junior. Lalu ada apa sebenarnya dengan anak itu?

" Mark, calon teman sekamarmu itu sangat sombong" celetuk Jackson.

Benarkah? Mark menaikkan sebelah alisnya setelah mendengar fakta itu

" he'emm" gumam Youngjae mengiyakan ucapan Jackson.

" dia tidak pernah berbagi kamar dan tidak pernah punya teman selain sepupunya, kau tidak pernah tau itu?" Jaebum akhirnya bersuara menimpali obrolan teman-temannya.

" oh... dia bahkan tidak pernah berbicara jika tidak menginginkannya" timpal Youngjae.

" o jinjja?" Mark tidak bisa lagi menutupi keterkejutannya.

" dan kurasa dia tidak pernah INGIN bicara atau peduli pada orang sekitarnya" ujar Jaebum lagi.

" oh come on Jae, Mark sama brengseknya dengan calon teman kamarnya itu" ledek Jackson.

Yang dimaksud Jackson adalah bahwa dia-Mark- sama tidak pedulinya pada apapun yang tidak berhubungan dengannya. Jackson menganggap Mark sebagai orang kedua – setelah Junior tentu saja – di sekolahnya yang sangat tidak berperikemanusiaan. Namun jelas Jackson tau teman kamarnya itu masih sedikit lebih berperilaku selayaknya manusia sosial dari pada si cucu pemilik sekolah yang bahkan tak pernah berteman dengan siapapun – kecuali sepupunya dan temannya yang berada satu tingkat dibahwahnya.

" oh yeah... kurasa kau akan cocok dengan roommate barumu Mark" ujar Jaebum yang disertai anggukan setuju kedua temannya.

" oh yeah, pasti. Paling tidak aku akan mendapatkan ketenanganku kembali seperti sebelum Jackson merusaknya" Mark sungguh berharap akan mendapatkan itu setelah setengah semester dia harus menerima semua keributan yang Jackson buat.

" ya ya ya... " Jackson tidak terima dituduh sebagai perusak ketenangannya, " ah sudahlah... kita lihat saja sampai kapan kau bertahan dengannya Mark" Tantang Jackson.

" oohh... tenang saja Jack, aku akan pindah minggu depan ke kamarnya, lalu membuatnya bicara padaku dan kita akan menjadi teman baik, dia akan memberikan ketenanganku dan aku tidak akan pernah keluar dari kamar itu" Mark tersenyum miring ketika mengatakannya.

" aww.. wish you luck then beibehh" sungut Jackson dengan senyum meremehkan " jangan pernah mengemis untuk kembali padaku Mark!"

Ceklek. Brak.

Junior kembali ke kamar dan segera menuju kamar mandi. Terdengar suara air mengalir dan keluar sesaat kran air itu telah mati.

Sudah satu minggu mereka tinggal satu kamar, namun Mark tidak pernah mendengar suara namja yang baru saja kembali dari membuang sampah itu. Namja itu akan berjalan lurus menuju tangga kecil dalam ruangan itu dan akan tetap di daerah kekuasaannya (istilah Mark untuk menyebutkan lantai atas di kamar tersebut) sana hingga besok pagi untuk ke sekolah. Sangat jelas namja itu mengabaikan Mark. Bahkan sejak pertama ia datang ke kamar itu. Dan Mark sangat tidak suka diabaikan. Itulah alasannya mengapa ia sangat suka membuat kamarnya – terutama lantai bawah, karena ia juga tidak akan pernah ke atas sepertinya – berantakan. Mark tau sedikit tentang 'roommate'-nya ini dari ketiga temannya bahwa Junior ini juga sangat rapi dan sangat benci siapapun yang membuat barang miliknya berantakan.

Mark tidak pernah membayangkan akan sefrustasi ini hanya karena selama 3 hari setelah ia menempati kamar barunya, si roommate bahkan tidak pernah meliriknya. Mark yang notabene adalah sang prince sekolah yang bahkan sangat terkenal di antara gadis-gadis diluar sekolah mereka, merasa aneh dan tidak suka ketika ada seorang yang mengabaikan – oh dan ia benar-benar diabaikan – pesona kuat yang tak pernah lepas sejak ia lahir. (Oh Mark please! -_-)

Mark sungguh tidak bisa membiarkan hal ini. Dan ingatlah ia pada satu hal yang dibisikkan Youngjae ketika hendak kembali ke kamarnya setelah mengantar Mark 3 hari sebelumnya, " em Mark, kurasa kau harus tau ini. Dia – Junior – kabarnya sangat rapi, kuharap kau tidak akan terusir besok olehnya karena tidak meletakkan barangmu dengan rapi di kamarnya"

" hahaha, aku tidak sejorok Jackson kau tau? Dan aku tidak akan terusir dengan tidak hormat hanya gara-gara masalah itu" Mark tertawa renyah menjawab saran temannya.

" lagi pula ini juga kamarku sekarang" ujar Mark melirik lantai atas dimana roommate barunya berada.

Mark tau dia sudah jahat dengan tidak pernah lagi ikut membersihkan kamarnya setelah hari itu. Ia hanya ingin melihat reaksi apakah yang akan diberikan teman sekamarnya itu. Namun sepertinya usahanya tidak membuahkan hasil. Junior tetap tidak berbicara atau mengeluh tentang hal itu. Bahkan Junior lah yang membersihkan lantai bawah untuk Mark.

Mark tidak gentar. Di hari kelima ia membuat sampah yang biasanya selalu rapi ditempatnya berserakan keluar dari tempatnya.

Mungkin dia akan marah besar kali ini.

Namun sayangnya dugaan Mark kala itu tidak terjadi. Dan mungkin tidak akan pernah terjadi.

" heh? Dia bahkan tidak marah kau lakukan itu?" Youngjae sedikit terkesiap mendengar cerita Mark malam itu. Ya, tadi dia langsung pergi menemui teman-temannya saat si Junior itu memasuki daerah bersemedinya itu.

Mark mengangkat bahu, " dia hanya membersihkannya begitu saja seperti biasa" ucapnya.

" huwaaa.. daebak" Youngjae berseru takjub.

Namun kemudian ia terdiam sejenak, seakan mengingat sesuatu. Dengan mengerutkan keningnya ia berkata " Tapi apakah tidak aneh?"

" apa maksudmu?" Jaebum menganggkat sebelah alisnya ke arah Youngjae yang tengah sibuk menyeruput ramennya.

" kudengar dia pernah memecat salah satu pelayannya yang tidak rapi meletakkan barang di kamarnya" ujar Youngjae sambil tetap mengunyah.

" jinjja?" ketiga temannya berteriak ke arahnya. Dan hanya dijawab dengan mumble-an Youngjae.

" dan dia bahkan tidak mengeluh padanya, apakah itu tidak aneh?" sungutnya menunjuk Mark.

" kau benar-benar diabaikan kawan" Jacksonson yang berada di sebelah kiri Mark tiba-tiba merangkul dan menepuk-tepuk pelan pundak Mark seolah simpati pada temannya ini sembari terkikik geli. Kedua temannya yang lain sontak ikut tertawa mendengar ocehan Jackson.

Oh god. Jackson benar. Dia telah diabaikan Park Jinyoung. Mark melarikan jari-jari tangannya ke rambut coklatnya, mengacaknya pelan menyalurkan rasa frustasinya. Rasanya ada yang tidak benar dengan itu – terabaikannya seorang Mark Tuan oleh Park Jinyoung. Benar-benar tidak benar.

" relax dude! Lagi pula sejak kapan kau peduli jika ada orang yang mengabaikanmu?" Jackson kembali berkomentar masih merangkul mantan roomate-nya itu.

" kau biasanya hanya peduli pada gadget-mu" Youngjae menyahut pelan.

" oh dan berapa lama kau diabaikan? 7 hari?" pertanyaanJaebum membuat Mark menoleh ke arahnya "Come on Mark, kau sudah mengabaikan kami sejak pertama kau datang dua tahun lalu, and we're okay with that. Apa bedanya?"

" ya, biarkan saja. Lagi pula kau tidak kenal dia" Jackson menarik kembali tangannya kemudian kembali mengambil sumpit melanjutkan makannya yang terhenti. Ketiga temannya kini sibuk menghabiskan ramen dihadapannya.

Mereka sungguh tidak membantu. Mark memutar kedua matanya sebelum kembali beringsut memperbaiki posisi tidurnya di salah satu kasur di kamar itu.

" kau tidak akan kembali ke kamarmu?" Youngjae disela kegiatan mari-menyeruput-ramen-nya heran melihat Mark yang sudah mulai memejamkan matanya.

" biarkan aku tidur disini" jawab Mark sembari menyelimuti dirinya.

" kalau kau tidur disana, lalu Youngjae akan tidur dimana hah?"

" berbagilah dengannya Jaebum-ah. Atau kalau kau mau, kau bisa tidur di kamarku Youngjae-ah"

" thank you, tapi sebaiknya aku tidur dengan Jaebum saja" Youngjae berdigik membayangkan apa jadinya jika ia tidur di tempat Mark.

tcb~

Halo ^^

Apa kabar?

Jadi ceritanya ini adalah FF Markjin pertama yang saya buat sebelum Say U Friend dan FF Markjin Oneshot lainnya di Markjin Love Stories yang sudah saya publish di sini

FF ini sebelumnya sudah pernah saya publish di AFF dan ga tau kenapa kepingin saya publish di sini juga akhirnya, so ya saya kirim deh...

Maafkan untuk semua bentuk kesalahan yang saya buat disini entah itu dalam bentuk ejaan, pemilihan kata, atau ketidak rapihan kalimat dll dll

Semoga suka ^^

Maafkan untuk FF sebelah yang belum lanjut2 ya, sebenernya idenya udah rapih di kepala cuma waktu buat nulisnya ini yang rada susah nyarinya. Mana juga kalo ga dapet feel-nya, duhh bye deh haha...

Terimakasih sudah nengok, mampir dan baca FF saya

* Bungkuk Bungkuk *