Lagu sendu terkadang menjadi gambaran hati

Lagu riang terkadang menjadi siraman hati

Tapi bagaimana bila lagu yang tak bernyawa?

(Puisi hati Author)


Evil Baby Snow Company featuring SM entertainment

Present

.

.


Alunan melodi balada terdengar dari sebuah ruangan yang tenang. Lagu itu terdengar sedih, menusuk namun di saat yang bersamaan begitu menghanyutkan.

Interior ruangan itu tak mewah saat di masuki, malah terkesan simple minimalis. Hanya sebuah lampu gantung kristal menjuntai yang membuat ruangan itu terlihat mewah. Aksen putih, cokelat dan sedikit krem menjadikan ruangan itu tampak nyaman.

Di tengah-tengah ruangan terdapat sofa empuk berwarna krem, di mana seorang laki-laki dengan rambut hitam kecokelatan duduk disana, matanya terpejam, dengan satu tangan menompang dagu. Bisa terdengar ia sesekali ikut bersenandung menyayikan lagu yang terputar, dengan kaki yang di silangkan, di ayun-ayunnya mengikuti alunan musik.

Sungmin mendongak terkejut, memandang keluar jendela saat suara petir menggelegar memekakan telinga. Ia beranjak dari sofa empuk, membawa langkahnya pelan saat ia berjalan ke jendela yang tertutup korden tipis. Menatap keluar.

Matanya terpaku pada pemandangan langit yang ia lihat. Awan ke abu-abuan bergerak pelan di langit sana, bergerak liar sebenarnya, seiring dengan angin yang menghembusnya. Di balik awan ke abu-abuan itu, sesekali terlihat kilatan putih dengan suara menggelegar. Melihat pemandangan itu, entah mengapa sungmin hanya bisa terdiam. Hatinya meringis seiring jatuhnya butiran-butiran air membasahi bumi.

Di tempelkan sebelah telapak tangannya ke jendela. Dingin saat ia merasakan kulitnya bersentuhan dengan kaca jendela.

Di pandang lagi hujan yang mengguyur dengan pandangan kosong. Bibirnya terbuka dan tertutup, menggumamkan sebuah kalimat yang tak terdengar.

Merasa hatinya letih, ia menyenderkan keningnya pada kaca jendela yang dingin, dengan mata tertutup.

"Appa!" teriak seorang anak balita, laki-laki, kisaran berumur 1 tahun, berjalan ke arahnya dengan tangan terlentang sambil tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang baru tumbuh 2. Sungmin membuka matanya dan menoleh. Senyum hangat spontan terulas di wajahnya.

"Aigo~ Anak appa kenapa ada disini? Kau tidak tidur?" Tanyanya dengan senyum masih terulas di wajahnya. Di angkat anak balita itu dalam gendongannya. Melempar sesekali ke udara lalu cepat menangkapnya, membuat anak balita itu tertawa senang.

"Dia terbangun saat mendengar suara petir"

Sungmin memutar bola matanya, menatap ke pintu, arah suara itu berasal. Lagi-lagi senyum hangat terulas di wajahnya saat melihat seorang wanita yang memakai dress terusan berwarna putih berdiri dengan anggun di sana. "Dia benar-benar mirip denganmu. Takut petir. Hehehe" Cekikiknya tertahan.

Di tatap mata sungmin dengan lembut, "Maaf ya, dia membuat istirahatmu terganggu" Ucap wanita itu dan ia berjalan ke arah sungmin.

Sungmin menggeleng pelan, di tatap wajah polos kekanak-kanakan tanpa dosa anak balita yang di gendongnya, "Kalau untuk hyunmin kecilku, itu sama sekali tak mengganggu" katanya, di kelitik perut anak balita itu membuat anak itu menggeliat dalam gendongannya karena kegelian.

"Suamiku, hari ini kau jadi menjenguk temanmu itu?" Wanita itu kini sudah berdiri di samping sungmin, tangannya merangkul lengan suaminya penuh kasih, sedangkan tangan lainnya yang bebas, ikut menggelitiki perut buah hatinya.

Sungmin terhentak, gerakan tangannya yang sedari tadi menggelitik anaknya langsung terhenti seketika karena pertanyaan wanita di sampingnya, Istrinya.

Ia memutar kepalanya agar matanya bisa menatap wanita di sampingnya, "Aku―" di kulum bibir bawahnya, ia ragu-ragu melanjutkan perkataannya. Bola matanya berputar ke kiri dan kanan, otaknya mencoba mencari pangalih bahan pembicaraan.

Wanita itu menghela napas pendek, senyuman masih terulas di wajahnya, di belai kening sungmin, menata poni yang jatuh menutupi mata indah suaminya, "Bukannya dari dua tahun yang lalu kau rutin mengunjunginnya? lalu kenapa sekarang ragu seperti ini?" di kecup kening suaminya sayang.

Sungmin tetap memilih diam, di tatap kedalam relung mata istrinya. Sebuah kenaifan yang ia lilhat, dan sebuah kebohongan mutlak yang bisa ia lihat tentang dirinya sendiri yang terpantul dari bola mata istrinya.

Di putar arah pandangannya menatap anak lelaki yang di gendongnya, Anak itu melihatnya dengan mata polos dan senyum lebar.

"Nanti siang aku akan pergi" Bisik sungmin, namun masih cukup bisa terdengar oleh istrinya, "Aku akan pergi―".

Istrinya mengangguk mengerti, di lepas rangkulan tangannya di lengan sungmin, "Kalau begitu aku akan persiapkan pakaianmu. Aku tak ingin kau sakit karena pergi saat cuaca hujan dan dingin seperti ini" katanya dan berlalu, meninggalkan sungmin dan anaknya, hyunmin, sendiri.

Alunan melodi balada terus terdengar berulang-ulang. Karena sungmin memang sengaja menyeting agar hanya satu lagu itu saja yang terputar.

Di tatap nanar anaknya, dan di kukuhkan pelukannya, menyenderkan kepala anaknya di dada bidangnya, "Hyunmin-ah, appa harap bila kau dewasa nanti, kau tidak memilih sesuatu yang akan kau sesali nantinya, seperti ayahmu ini" bisiknya di telinga anaknya, menepuk pelan punggung sang anak.

"Sayang" Sungmin menoleh, melihat ke arah pintu, namun ia tak melihat sosok istrinya berdiri disana, "Sayang pakaianmu sudah siap" sungmin tersenyum simpul saat mendengar suara istrinya lagi. Ia tahu istrinya tak ada di ruangan ini, karena volume suara sang istri agak kecil dan terdengar jauh.

"YA~" Sahut sungmin, "Ayo hyunmin, kita datangin ibumu yang cerewet itu" kekeh sungmin sambil mengacak-acak rambut anaknya yang masih ia gendong. Hyunmin mengangguk dan tersenyum, matanya yang masih mencerminkan sifat polos seorang anak kecil menatap ayahnya dengan sayu, setengah terbuka. Mulutnya terbuka lebar saat ia menguap.

"Kau ngantuk hyunmin?" Hyunmin mengangguk pelan, tangannya sibuk mengucek-ucek matanya yang lelah ingin tertutup. Sungmin tertawa geli melihat tingkah anaknya ini, di kecup pucuk hidung hyunmin, "Kalau gitu kau tidur ya" bisiknya.

Sungmin berjalan dengan langkah pelan keluar dari ruang pribadinya, berusaha membuat gerekan seminimal mungkin agar hyunmin tak terbangun dari gendongannya.

"Aigo~ Dia tidur?" Ucap istri sungmin saat melihat suaminya masuk ke dalam kamar, di angkat tubuh kecil hyunmin dari gendongan suaminya. Dengan senang hati sungmin memberikan hyunmin pada istrinya, senyuman terus menghias di wajahnya saat melihat ekspresi tidur anaknya.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya"

Istri sungmin mengangguk mengerti, "Pakailah mantel yang sudah kusiapkan" Ucapnya, berjalan ke arah tempat tidur, meletakkan sang buah hati di tempat tidur empuk dan menyelimutinya, Sesekali hyunmin menggeliat dalam tidurnya mencari posisi yang nyaman.

Di tepi tempat tidur sudah ada mantel tebal berwarna hitam yang memang sudah di siapkan wanita itu sebelumnya. Di ambil mantel itu dan memakaikannya pada sungmin, "Kau harus menjaga kesehatanmu, tidak lucu kan CEO muda sepertimu tumbang hanya karena flu" ucapnya perhatian. Di rapikan posisi kerah mantel sang suami dan menepuk-nepuk bilamana ada debu di sana.

Sungmin tersenyum tertahan, melihat betapa perhatian istrinya, "Aku mengerti" katanya dan mengecup sekilas kening istrinya, "Aku usahakan pulang secepatnya" katanya dan berlalu keluar kamar.

Di luar rumah, telah berdiri seorang supir menunggunya. Saat supir itu melilhat sungmin keluar rumah, ia cepat-cepat membukakan pintu dan menunduk hormat.

"Kita akan kemana tuan?" tanyanya saat ia sudah duduk di kursi kemudinya, melihat sungmin dari spion mobil.

"Tempat biasa"

Supir itu mengangguk, menyalakan mesin mobil dalam sekali starter. Dan membawa mobil BMW hitam itu menerobos derasnya hujan menuju tempat yang biasa ia datangin untuk mengantar majikannya, ke sebuah rumah sakit di daerah pinggiran seoul.

Di dalam mobil, sungmin hanya bisa melamun, menatap keluar mobil, melihat hujan yang menguyur membasahi bumi.

"Hujan yah. Sama saja seperti saat itu―" gumamnya dalam hati, menyenderkan tubuhnya ke belakang, dan memejamkan matanya.