rumah


Karena rumah adalah tempat dimana orang yang kau sayangi berada.


Miki menatap butiran salju yang jatuh dari langit. Tangannya terulur dan dia tersenyum lebar. Bulatan putih itu terasa lembut dan menyejukkan ketika mendarat di tangannya, bagaikan sebuah permen gulali yang manis.

Bibirnya membentuk senyuman lebar dan dia berjongkok, mengambil segenggam salju lalu tertawa sendiri. Dia menyukai butiran perubahan air menuju fasa padat itu. Warna putihnya terasa sangat menyilaukan, tapi juga terasa sangat indah. Mengingatkannya pada seseorang.

Tangannya merogoh saku mantelnya dan dia mengeluarkan ponselnya. Jemarinya dengan cepat mengetikkan nomor seseorang yang sangat dikenalnya. Jantungnya berdebar lebih cepat saat mendengar nada tunggu.

"Miki?"

Sebuah suara menyahut. Gadis dengan rambut merah panjang itu mengangguk riang. "Piko!" panggilnya pelan. "Apa yang sedang kau lakukan?"

"Sedang dalam perjalanan pulang. Kau sendiri, apa yang kau lakukan?"

"Kau pulang? Obaasan pasti akan senang sekali," senyum kembali mengambang di wajahnya, "aku sedang melihat salju, warna putihnya mengingatkanku padamu."

"Kau merindukanku?" Suara di seberang terdengar menggoda.

"Tentu saja!" Pipi Miki menggembung. "Tapi aku nggak boleh egois kan?" Kenyataan bahwa orang yang sedang di teleponnya berada di kota yang terpisah dengannya, membuat Miki tahu bahwa permintaannya untuk bertemu menjadi hal yang sulit dilakukan. "Begini saja sudah cukup kok," lanjutnya pelan, "mendengar suaramu, mengetahui bahwa kau baik-baik saja, semuanya sudah cukup kok." Gadis itu mengangguk lagi sambil tersenyum.

"Umm... ya..." Tawa kecil terdengar. "Aku ingin pulang ke rumah."

"Yap. Obaasan dan Otoosan pasti menyukainya."

"Bukan rumah yang itu."

"Umm? Maksudnya—" Pekikan nyaring terdengar dari mulut Miki ketika dia merasakan sesuatu yang hangat menempel pada pipinya. "Kau—" Namun, kalimatnya menghilang di tengah udara ketika menemukan pemuda putih bagaikan salju berdiri tepat di hadapannya, tersenyum lebar dengan sorot mata lembut. "Piko?"

"Aku pulang," dia berkata pelan.

Rasa hangat serta merta langsung terasa di hati Miki. Melihat Piko mendadak berada di hadapannya sungguh membuatnya merasa bahagia. Namun, logikanya bergerak, otaknya bekerja mengartikan ucapan Piko barusan. "Pulang... kemana?" Alis gadis itu terangkat. "Rumahmu ada di dua perfektur dari tempat ini. Kau... kesasar? Salah turun kereta?"

Piko tertawa pelan dan meraih tangan kanan gadis di hadapannya yang masih memegang ponsel. "Kan barusan aku bilang, aku mau pulang ke rumah."

"Yeah, tapi rumahmu dua perfektur dari tempat ini. Kau nggak dalam keadaan mabuk dan salah turun di stasiun yang salah kan?"

Pemuda itu tertawa dan mengenggam jemari Miki erat. "Rumah adalah tempat dimana orang yang kusayangi berada."

Miki memiringkan kepala, masih tidak mengerti.

"Aku sayang padamu."

Gadis itu mengerjap lama, berusaha memaknai ucapan pemuda itu. Kemudian, senyuman terbentuk di wajahnya, membuat matanya menyipit perlahan. Dia langsung memeluk pemuda itu erat. "Okaeri~"


—Karena dimana pun kau berada, tempat itu adalah rumah bagiku.


end.


"ini apa sih?" nggak tahu.

vocaloid milik pengembangnya dan distributornya masing-masing.

yap. untuk orang-orang yang kesasar dan nggak tahu rumahnya dimana, selama kamu masih punya orang yang kamu sayang, nggak usah bingung, nebeng aja di tempatnya mereka.

komentar apapun diterima ;)