Maaf, disini saya author baru. Ini fic pertama saya. Jadi kalo ada kesalah mohon maaf yaaaa..

Kuroko no Basuke bukan milik saya

Kuroko no Basuke milik paman Fujimaki Tadatoshi

Fic ini jelas milik saya

Rated T

Warning: AU, OOC (sangat), Typo, abal, garing, flat dan bikin ngantuk.

DON'T LIKE DON'T READ !

Basket, Friend and Past

Chapter 1

"Tetsu-kun kau kenapa ?" tanya kaa-san khawatir saat melihat putra kecilnya tidak kunjung bangun dari tempat tidur. "Kaa-san, aku pusing," jawab Kuroko lemah. Kaa-san berjalan memasuki kamar dan duduk di samping Kuroko.

"Kau demam," terang kaa-san saat tangan lembutnya menyentuh dahi pucat Kuroko. "Baiklah, hari ini kau di rumah saja ya, jangan main keluar," jelas kaa-san sambil pergi dari kamar. Beberapa menit kemudian ia kembali dengan sarapan di tangannya.

"Tetsu-kun, kau harus makan dan minum obat," jelas kaa-san sambil menaruh baki sarapan di meja samping kasur dan hendak beranjak pergi. Tapi tangan kecil Kuroko berhasil menangkap pergelangan tangan kaa-sannya.

"Kaa-san disini saja," pinta Kuroko. Ia menatap kaa-san dengan tatapan memohon. "Maaf sayang, kaa-san hari ini ada rapat," jelas kaa-san. Ia mengusap rambut Kuroko pelan. "Kaa-san janji, kaa-san akan pulang cepat." Kuroko melebarkan matanya. Ia senang mendengar ibunya akan pulang cepat.

"Sungguh?"

"Iya sayang. Kalau begitu kaa-san pergi dulu ya." Setelah mencium kening Kuroko, ia berjalan keluar kamar.

.

Hari sudah semakin siang, tapi tidak ada tanda-tanda kaa-san akan pulang. Ini membuat Kuroko sedikit jengkel.

"Kenapa kaa-san harus mengumbar janji sih," gerutunya kesal. Kuroko memeperhatikan rumahnya, besar dan sepi. "Ah, main di luar saja deh." Kuroko berlari mengammbil jaketnya. Setelah mengunci pintu ia berlari keluar.

Di taman, Kuroko melihat beberapa anak tengah bermain basket. "Hei, cepat bertahan!" seru seorang anak berambut blonde. Ia tengah berhadapan dengan anak berambut merah.

"Kau kira bisa menghalangi, eh ?" ujar anak berambut merah dengan aura intimidasi. Dengan gerakan gesit ia berhasil melewati anak yang lebih tinggi darinya itu.

Hap !

Bola itu berhasil dilempar memasuki ring.

"Yey! Kita menang lagi!" teriak anak cowok yang berkulit gelap. Ia melakukan Hi-five dengan anak berambut merah itu. "Sekarang-" anak itu mengalihkan pandangan kearah tiga cowok yang merupakan lawannya tadi "-teraktir kami Es Krim !" serunya senang.

"Geezzz.." keluh anak blonde itu.

"Aku tidak ikut, aku mau pulang," sahut anak berambut merah saat kelima temannya mulai beranjak meninggalkan taman.

"Untunglah, dengan begini aku bisa menghemat," ujar anak berkacamat berambt hijau. Ia tengah memegang mainan kodok. Katnya sih itu lucky itemnya.

"Dahh Akashicchi! besok main lagi ya " seru anak blonde sambil melambaikan tangannya. Kemudian ia berlari menyusul temannya yang sudah berjalan di depannya.

Kuroko menyaksikan adegan di depannya dengan iri. Ia ingin punya teman. Ia ingin bermain. Terkurung di dalam rumah bukanlah pilihannya, melainkan kewajibannya. Kuroko tidak pandai bergaul. Lagipula keberadaanya bisa dibilang invisible. Ia sering terabaikan, tidak terlihat bahkan terlupakan.

"Kau duduk di empat favoriteku." Kuroko menengokan kepalanya ke arah sumber suara yang sudah membubarkan lamunannya. "Geezz, reaksi mu lambat sekali sih," gerutunya. Ia duduk di samping Kuroko. Kemudian ia meneguk air mineral di tangannya. "Kenapa melihatku seperti itu ?" tanya risih melihat tingkah Kuroko.

"Tidak. Tidak ada apa–apa kok," jawab Kuroko gugup. Hening. Keduanya sibuk dengan pikiran masing–masing.

Tes...tes...Zraassshhh !

Tiba – tiba hujan turun dengan lebat. Setelah merapikan barang – barangnya anak itu berniat beranjak pergi. tapi tiba -tiba saja..

Brukk!

Tubuh Kuroko rubuh dan membentur bangku taman. "Hei, hei bangun!" Akashi- si anak berambut merah itu menggoyang – goyangkan tubuh Kuroko. Hening. Kuroko tidak juga bangun. Karena hujan yang semakin lebat, Akashi menggendong Kuroko. Membawanya ke rumahnya.

.

Kuroko mulai membuka matanya. Mengetahui ada pergerakan, anak berambut merah itu mendekati sofa. "Kau sudah sadar?" tanyanya.

"Ini dimana?" tanya Kuroko lemah. Ia mencoba bangun, tapi gagal. Tubuhnya terlalu lemas.

"Ini di apartemenku, tadi aku menemukanmu pingsan di jalan. Karena aku tidak tahu dimana rumahmu, makanya aku membawaku ke sini," jelas anak itu. Ia membantu Kuroko duduk dan menyungguhkan coklat panas. "siapa namamu ?"

"Koroko Tetsuya," jawab Kuroko ragu. "Lalu namamu?"

"Akashi Seijuurou. Senang bertemu denganmu Kuroko," serunya senang. Kuroko memperhatikannya anak didepannya itu. Senyumnannya membuat Kuroko merasa hangat. Selama ini, ia selalu saja di rumah. Tidak memepunyai teman sama sekali. "Hei kau kenapa?" Akashi menggoyangkan tubuh Kuroko.

"Ah, tidak." Kuroko mengalihkan pandagannya mengelilingi rumah. Tempat itu sangat sederhana, tapi sangat nyaman.

"Akashicchi," panggil seorang perempuan yang baru saja masuk ke ruang tamu. "Ah kau sudah sadar." Perempuan paruh baya yang memiliki rambut sewarna dengan Akashi itu langsung menghambur memeluk Kuroko. Seketika juga wajah Kuroko berubah merah.

"Mom, kau bisa membuatnya mati karena tidak bisa bernapas!" seru Akashi sambil menarik ibunya menjauh dari Kuroko.

"Kau ini terlalu kaku Akashicchi." Wanita itu mencubit wajah Akashi gemas. "Nah siapa namamu?" kini wanita itu kembali mengalihkan perhatian ke Kuroko.

"A-aku Kuroko Tetsuya," jawab Kuroo gugup. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Bahkan oleh ibunya.

"Kuroko, nama yang unik. Perkenalkan, aku Sera ibu dari Akashicchi," jelasnya. Ia mencubit pipi Kuroko gemas. "Ah, kau imut sekali," serunya bagai tante – tante pedopil.

"Mom, hentikan!" Akashi harus kembali menarik ibunya menjauh dari Kuroko.

"Kenapa, Akashicchi cemburu ya?" goda ibunya. Kini wajah Akashi berubah sewarna dengan rambutnya. "AAAAA! ANAK IBU MEMANG PALING IMUT!" seru Sera sudah tidak terkontrol. Akashi dan Kuroko hanya bisa sweatdrop melihatnya. "Oh ya, Kuro-chan kenapa kau tidak mandi dulu? nanti kau tambah sakit," jelas Sera.

"Ti-tidak usah. Saya tidak mau merepotkan," balas Kuroko mencoba menolak.

"Akashicchi, cepat berikan Kuroko handuk dan baju ganti ya," jelas Sera tidak memperdulikan penolakan Kuroko. Ia berlalu menuju dapur.

"Percuma kau menolak, Mom tidak akan mau mendengar," jelas Akashi melihat wajah bingung Kuroko. "Ayo ikut!" Akashi menarik Kuroko untuk ke kamarnya.

.

15 menit kemudian Kuroko sudah selesai mandi. Ia berjalan kembali ke kamar Akashi. "Kau sudah selesai? ayo aku antar pulang."

Kuroko mengangguk pelan. "Letakkan saja handuknya di atas kasur. Aku akan pamit dengan Mom dulu." Setelah mengatakan itu, Akashi menghilang di balik pintu. Kuroko mengamati keadaan kamar. Banyak pernak–pernik basket yang dimiliki Akashi. Mulai dari poster pemain NBA, komik komik bertemakana basket dan figure – figure anime basket. Tapi yang paling menarik perhatian Kuroko adalah foto keluarga yan tergantung didinding.

Akashi memeiliki warna mata yang berbeda kanan dan kirinya. Warna mata kanan adalah warna mata ibunya dan kiri adalah warna mata ayahnya. Akashi benar – benar paduan dari kedua orang tuanya.

"Kau masih di sini rupanya, kukira kau sudah di depan." Kuroko sedikit terlonjak karena kemunculan Akashi yang tiba – tiba. "Melamun lagi?" Kuroko menggeleng pelan. "Baiklah, ayo ku antar pulang. Nanti keburu malam."

.

"Mau masuk?" tanya Kuroko Kuroko pada Akashi saat mereka sudah sampai. "Tidak, aku langsung pulang saja," jawab Akashi pelan

"Tetsu-kun? itukah kau?" tanya seorang perempuan berambut biru langit yang baru saja keluar dari rumah. "Ya ampun Tetsu-kun, kau darimana saja? kau kan masih sakit!" seru kaa-san panik. Ia menarik Kuroko ke dalam pelukannya. "Kau siapa?" tanya kaa-san yang baru saja menyadari keberadaan Akashi.

"Saya Akashi Seijuurou, teman Tetsuya," jawab Akashi sopan.

"Oh ya ampun, mau masuk dulu?" tanya kaa-san menawarkan.

"Ah tidak, sudah malam. Sebaiknya saya pulang saja," tolak Akashi sopan. "Tetsuya, aku pulang dulu ya," pamit Akashi. Kuroko memperhatikan punggung Akashi yang semakin menghilang.

"Kaa-san tidak tahu kau mempunyai teman sepertinya, Tetsu," ujar kaa-san heran. Ia menuntun Kuroko masuk ke rumah.

"Itu teman baruku, kaa-san," jawab Kuroko pelan.

.

Keesokan harinya, Kuroko berlari menuju apartemen Akashi. Ia ingin memberi titipan ibunya sebagai tanda terima kasih.

Ting .. tong .. ting .. tong..

Kuroko membunyikan bel apaertemen. Lama tidak ada jawaban.

Ting .. tong ... ting .. tong...

Kuroko kembali membunyikan bel. Tetap tidak ada jawaban. "Mungkin sedang keluar," kata Kuroko lemas. Ia sedikit kecewa karena tidak bisa segera bertemu dengan Akashi, teman barunya.

"Hei Nak, sedang apa kau di sini?" tanya seorang wanita tua.

"Saya ingin mengunjungi apartemen ini," jawab Kuroko sopan. Wanita itu mengerutkan keningnya, heran.

"Setahu saya, apartemen ini sudah kosong. Pemiliknya baru saja pindah tadi malam," jelas wanita itu. Kuroko melebarkan matanya tidak percaya.

"Terima kasih atas informasinya Bu," balas Kuroko pelan. Setelah saling menunduk, wanita itu berjalan pergi. Tubuh Kuroko terasa tidak bertenaga. Ia menjatuhkan barang bawaan di lantai. Rasa kecewa menyeruak di dadanya membuatnya tak mampu menahan air mata. Teman pertamanya kini pergi.

To Be Continued

Jelek kan ?

Review please, flame juga ga apa – apa :D

Saya masih baru sih, jadi masih harus banyak belajar. :D

Arigatou buat yang udah baca :D