.
COOL DOCTOR .
.
Rumah sakit adalah salah satu tempat dimana gosip menyebar cepat sekali. Uzumaki Karin, resepsionis Rumah Sakit Suna sedang makan siang di kantin rumah sakit bersama kedua suster. "Tahu tidak,...?" kalimat yang sering biasa dimulai ketika akan bergosip, "dokter Sabaku,..." ucap Karin.
Kedua suster itu penasaran, apalagi yang dibicarakan oleh Karin adalah dokter Sabaku. Iya, dokter Sabaku Gaara yang merupakan dokter umum yang masih muda itu. Yang tampannya minta ampun, tinggi dan berat badannya ideal. Dia memakai kaca mata minusnya, kesannya terlihat sangat pintar. Usianya baru 21 tahun tapi sudah menjadi dokter umum dan sekarang sedang mengambil spesialis dokter bedah umum. Bagaimana dia bisa mencapai posisi itu di usia 21 tahun?
Tentu bisa, Sabaku Gaara kan genius. Dia masuk sekolah dasar di usia 5 tahun, sekolah menengah pertama hanya 2 tahun, begitu juga dengan sekolah menengah atas ditempuh hanya dua tahun. Jadi, dia masuk fakultas kedokteran pada usia 15 tahun. 3,5 Tahun melakukan pendidikan kedokteran, 1,5 tahun koas dan 1 tahun menjadi dokter di pedesaan agar dapat mendapat posisi dokter umum.
Dengan semua kelebihan yang dia miliki, banyak gadis yang menyukainya. Hanya saja dia begitu dingin. Tersenyum saja jarang. Ekspresinya selalu datar, bahkan nada bicaranya juga. Jadi dia sangat sulit untuk didekati. Pasti dokter Sabaku tidak punya pacar, mana ada gadis yang tahan dengan orang seperti itu.
"Tadi sebelum makan siang, ada seorang gadis menanyakan dokter Sabaku." Karin menceritakan ciri-ciri gadis itu; dia masih muda, berpakaian seperti gadis remaja pada umumnya hanya lebih terlihat sopan, yah jeans panjang biasa kaos dan cardigan, warna rambut indigo dan warna matanya lavender. Dia membawa kotak bento.
Dia menanyakan "Permisi, dimana ya ruangan dokter Sabaku Gaara?"
Karin penasaran, siapa gadis ini? Ada perlu apa ingin bertemu dengan dokter Sabaku? Tidak mungkin kalau dia pasien, pasien pasti mendaftar dulu bukan langsung menanyakan ruangan dokter Sabaku.
"Ada perlu apa ya Nona?"
Karin tidak ingin memberitahukan ruangan dokter Sabaku dengan Cuma-Cuma pada gadis ini.
"Ehm, aku..." gadis itu tampak canggung dan seperti bingung mau menjawab apa.
"Nona, kalau ingin bertemu dengan dokter Sabaku nanti saja ya. Sekarang beliau sedang sibuk." Yah memang sih ini belum jam makan siang, pasti benar dokter Sabaku sedang sibuk, pikir Karin tanpa tahu pasti apa benar dokter Sabaku sedang sibuk atau tidak.
"Oh, begitu ya?..." gadis itu menunduk sebentar, kemudian mengangkat wajahnya "Saya hanya mengantarkan ini." Gadis itu menunjukkan kotak bento yang dibungkus kain merah. "Kalau begitu, nanti tolong berikan saja ini pada dokter Sabaku ya. Arigatou gozaimasu."
Karin menerima kotak itu, dia nanti akan memberikan kotak itu kepada dokter Sabaku. Ya walau bagaimanapun ini adalah bagian dari pekerjaannya. Omong-omong "Maaf, nama Nona siapa ya?"
"Saya,.." gadis itu tampak bimbang, menggigit bibirnya sebentar, lalu berkata "Sabaku Hinata."
Karin terkejut, Sabaku? Berarti nona ini adalah kerabat dokter Sabaku atau mungkin adiknya. Tapi kok tidak mirip kalau adiknya? Aduh Karin merasa sangat bodoh, kenapa dia berlaku seperti tadi kepada saudara dokter Sabaku. Dokter Sabaku akan menilai jelek Karin kalau begitu.
"Halo, Nona. Ada perlu apa ya?" Dokter Suigetsu yang mata keranjang itu tiba-tiba berada di depan meja resepsionis. Dia bertanya kepada Hinata. Karin berpikir, ah dokter yang satu ini tahu saja ada gadis cantik, sinyal di kepalanya bagus sekali.
"Saya mengantarkan itu untuk dokter Sabaku" Hinata menunjuk bento yang dipegang oleh Karin.
"Oh, Nona ada hubungan apa dengan dokter Sabaku?" frontal sekali dokter Suigetsu ini, langsung ke intinya.
Hinata gugup, takut salah bicara. Ini kan tempat Gaara bekerja, dia takut jawabannya akan membuat Gaara tidak nyaman.
Tiba-tiba ada suara menyela "Sedang apa di sini?" itu adalah dokter Sabaku Gaara.
Hinata terkejut, "Ano, aku...tadi sudah mengirim email, kalau aku akan mengantarkan makan siang ke sini."
Gaara mengambil ponsel di saku celananya "Oh, aku belum membacanya." Nada bicara yang tanpa rasa bersalah sama sekali.
Bahkan kepada saudaranyapun dia tetap dingin seperti itu, pikir Karin.
Gaara melihat bento yang sedang dipegang oleh Karin dan memintanya, Karin yang mengerti segera menyerahkan bento itu kepada Gaara. "Ini ya?" tanya Gaara.
"Iya" Hinata mengangguk.
"Dokter Sabaku, kau tidak memperkenalkan adikmu kepadaku?" ucap dokter Suigetsu, dasar. Dokter Suigetsu sempat mendengar saat Hinata menyebutkan namanya, jadi dia berpikir apa Hinata adalah saudara Gaara.
"Adik?"
Gaara justru balik bertanya, lalu "Aku tidak punya adik."
Karin dan dokter Suigetsu terkejut, bukan adiknya. Oh mungkin sepupunya, dokter Suigetsu memandang Hinata berusaha menyelidik. Gaara mengikuti arah pandang dokter Suigetsu "Dia bukan adikku, dia istriku."
Karin dan dokter Suigetsu tentu terkejut, bagaimana bisa? Bagaimana bisa dokter Sabaku yang masih muda itu, oke baiklah banyak yang masih muda juga sudah menikah. Tapi dokter Sabaku kan dingin, sangat kecil kemungkinan dia mendapatkan perempuan. Yang mau sih banyak, tapi dia seperti tidak punya ketertarikan pada perempuan. Ini tidak masuk akal. Hey, bukannya di dunia ini memang banyak hal yang tidak masuk di akal.
"Ayo, ikut denganku!" Gaara mengajak Hinata pergi ke taman rumah sakit.
Hinata masih mematung, belum merespon sampai Gaara berjalan mendahuluinya "Iya", baru dia mengikutinya.
Karin dan dokter Suigetsu sama-sama terkejut "Dasar, anak itu." Suigetsu terkejut, namun tersenyum. Dia dokter umum dan sedang mengambil spesialis dokter anak. Hanya saja dia melalui masa sekolah dengan kurun waktu yang normal, jadi sekarang usianya 24 tahun.
Suster yang mendengar cerita Karin, juga sama terkejutnya. "Ja, jadi dokter Sabaku sudah punya istri?"
"Ini tidak bisa dipercaya."
Kesempatan para suster dan para perempuan lainnya untuk mendekati dokter Sabaku yang selama ini sudah sulit menjadi tidak mungkin. Apalagi menurut Karin, sekalipun dokter Sabaku tetap dingin saat bertemu dengan gadis yang disebut istrinya tersebut, namun tatapan mata dokter Sabaku baru kali ini Karin melihat tatapan mata dokter Sabaku yang terlihat memuja kepada seorang gadis, yaitu istrinya.
Siapapun gadis itu, para suster jadi merasa minder dalam hal mendekati dokter Sabaku. Gadis itu muda dan cantik dan lemah lembut. "Tapi aku jadi penasaran, bagaimana mereka bisa menikah ya? Lalu, bagaimana kehidupan pernikahan mereka?"
.
Hinata dipilih oleh kampusnya untuk pertukaran mahasiswa selama satu semester, Hinata yang kuliah di Universitas Konoha untuk melakukan pertukaran pelajar dengan mahasiswa Universitas Suna. Hinata tidak masalah dengan hal itu, menambah pengalaman baru, tinggal di luar kota.
Tapi orang tua Hinata, terutama ibunya yang terlalu khawatir takut Hinata kenapa-kenapa, membiarkan gadis itu tinggal sendiri di luar kota adalah hal yang berbahaya. Tapi, masa Hinata harus pulang pergi Konoha-Suna, yang benar saja. Suna itu jauh sekali, 6 jam perjalanan menggunakan kereta. Tapi, Hinata sudah terlanjur menyetujui pertukaran pelajar tersebut terhadap pihak kampus. Ini salah Hinata karena menjadi mahasiswa yang terlalu rajin dan terlalu penurut.
Lalu, apa orang tuanya harus pindah ke Suna? Itu tidak mungkin, ayah Hinata harus mengurus perusahaannya di Konoha. Ah, ada Neji kakaknya mungkin bisa menemaninya tinggal di Suna. Itu juga tidak mungkin, Neji kan sedang berada di luar negeri, kuliah S2 nya.
Tapi datang ide yang menurut ibu Hinata adalah ide cemerlang untuk menjadi solusi masalah ini. Sabaku Gaara kan tinggal di Suna, Hinata tinggal saja bersamanya di sana. Ya ampun Ibu Hinata ini malah mempercayakan kepada orang lain.
Sabaku Gaara bukan orang lain ko, "Tapi, Kaa-san kenapa aku harus menikah dengannya?" Iya Gaara itu orang yang dijodohkan dengan Hinata, yang baru ditemui Hinata satu kali itu saat makan malam keluarga "Menikah nanti ataupun sekarang tidak ada bedanya kan?" ucap Ibu Hinata. Bagi Ibu Hinata, lebih baik mereka menikah kalau harus tinggal bersama. Rasanya ada yang mengganjal kalau mereka belum menikah tapi tinggal bersama.
Tapi apa laki-laki yang bernama Gaara itu menyetujui perjodohan ini? Saat bertemu, dia tidak berkata sedikitpun kepada Hinata. Kemudian, belum ada pembicaraan lebih lanjut tentang perjodohan mereka. Hinata pikir, walaupun mereka dijodohkan, setidaknya mereka akan menikah beberapa tahun lagi karena mereka masih terlalu muda. Ok, Gaara sudah menjadi dokter. Tapi, Hinata masih 21 tahun dan baru akan menjalani semester 6, belum lulus kuliah. Setidaknya biarkan Hinata lulus kuliah dulu.
"Memangnya Sabaku-san setuju menikah denganku dalam waktu dekat?"
"Setuju kok, Kaa-san sudah bicara dengannya di telpon. Sabtu ini dia ke sini untuk menikah denganmu."
Hinata memijat keningnya, pria yang lebih tua beberapa bulan darinya itu ternyata menyetujui pernikahan ini. Jadi, pertemuan keduanya nanti dengan Gaara adalah hari pernikahannya. .
.
Pernikahan mereka begitu sederhana, hanya upacara pernikahan saja dan hanya dihadiri oleh keluarga masing-masing. Neji pulang sementara untuk melihat adiknya menikah. Neji mau tidak mau setuju atas keputusan ibunya ini. Walaupun dia menginginkan Hinata menikah nanti saja.
Karena waktunya mendadak, mereka tidak melakukan resepsi pernikahan. Karena Hinata harus segera mengurus kuliahnya di Suna pada hari lusa. Jadi, setelah upacara pernikahan dan makan bersama dengan keluarga, Hinata dan Gaara pergi ke Suna naik kereta malam hari.
Mereka berangkat di malam hari, agar hari Minggu Hinata bisa sedikit beristirahat di Suna. Di Suna, Gaara tinggal sendirian di apartemen. Ayah dan Ibunya tinggal di Konoha, kedua kakaknya, Temari dan Kankurou sudah menikah. Hanya Temari bersama suami dan putra mereka yang berusia 3 tahun tinggal bersama orang tuanya.
"Ini apartemenku."
Dalam perjalanan, Hinata dan Gaara sangat sedikit bicara. Selain karena Gaara yang dingin, Hinata yang pemalu, mereka juga lelah setelah upacara pernikahan mereka hari ini. Selain kalimat seperti "Kau mau minum?" atau "Tidurlah, perjalanan kita masih panjang." yang diucapkan Gaara, Gaara dan Hinata hanya tidur di dalam kereta. Mereka sampai pagi hari.
Hinata melihat isi apartemen itu, seperti apartemen pada umumnya tapi ini cukup mewah. Hinata melihat sepertinya Gaara orang yang rapi, tidak ada sampah yang berceceran. "Gaara-san yang membersihkan apartemen ini sendiri?"
Hinata menutup mulutnya, bodoh! Kenapa pertanyaan seperti itu tiba-tiba muncul hanya karena Hinata keheranan melihat apartemen ini yang bersih. "Bukan, aku menyewa orang untuk melakukannya seminggu 2 kali."
Ah begitu, "Bolehkah aku yang membersihkan apartemen Gaara-san dan memasak?"
Hinata kan istrinya, jadi itu memang tugasnya "Hn, boleh."
Hinata tersenyum, "Terima kasih, Gaara-san."
"Kenapa memanggilku seperti itu? Kita kan sudah menikah."
Hinata menggigit bibirnya "A, ano, aku menghormati Gaara-san. Kau sangat pintar dan sudah menjadi dokter." Padahal kan mereka seumuran.
Gaara tidak mau ambil pusing dengan panggilan itu. Terserahlah, Gaara menjelaskan apartemen ini memiliki dua kamar, satu kamar mandi, ruang makan, dan meja makan yang dekat dengan dapur. Hinata mengerti. "Kau bisa tidur di kamar yang itu."
Hinata melihat pintu kamar yang ditunjuk oleh Gaara "Karena mungkin kau belum terbiasa, kita tidur terpisah dulu."
Hinata terkejut, bukannya Hinata mesum. Tapi bukankah suami istri tidur dalam satu kamar. Tapi kata Gaara, berarti ini sementara. Ah mungkin Gaara juga belum terbiasa, mereka belum lama mengenal dan langsung menikah. Mereka bisa pelan-pelan dengan hubungan ini.
.
Hinata menyiapkan sarapan di pagi hari, suami istri muda itu sarapan dan makan malam di rumah. Karena Gaara makan siang di rumah sakit dan Hinata di kampus. Sebelum ada Hinata di sini, Gaara memesan makanan atau makan di luar. Tapi hubungan mereka belum ada kemajuan sedikitpun walaupun sudah memasuki dua bulan pernikahan mereka. Setiap minggunya, ada jadwal Gaara menjadi dokter jaga. Jadi, Hinata sendirian tinggal di apartemen.
Sampai pada suatu hari, Gaara tidak kunjung bangun untuk sarapan. Hinata agak heran, dia mencoba mengetuk pintu kamar Gaara, namun Gaara tidak menjawab. Hinata membuka pintu kamar Gaara. Gaara terlihat masih tidur, namun seperti orang gelisah. Hinata mencoba menyentuh kening Gaara.
Panas...
Gaara demam, Hinata sebentar lagi harus pergi kuliah. Tapi Gaara demam, Gaara membuka matanya saat merasakan ada rasa dingin di kepalanya. Itu handuk, Hinata mengompres Gaara dengan air dingin. Gaara tidak melihat Hinata, ah mungkin Hinata sudah pergi kuliah. Iya ini kan jam dia masuk kuliah.
Gaara mengambil ponselnya, kepalanya agak pening, dia mengirim pesan kepada rumah sakit kalau hari ini dia tidak bisa masuk karena sakit. Hey, dokter juga manusia, bisa sakit juga.
"Gaara-san sudah bangun?"
Gaara terkejut, Hinata ada di hadapannya dan membawa nampan dengan mangkuk dan segelas air. "Kau tidak kuliah?" suara Gaara agak berat. Ini pasti efek hujan semalam, terkena air hujan di hari pertama hujan memang bisa sakit.
"Aku membuatkan bubur untuk Gaara-san, setelah itu Gaara-san mau aku antar pergi ke dokter atau dokter kenalan Gaara-san dipanggil ke sini saja?"
"Kau belum menjawab pertanyaanku?"
Hinata mendudukkan dirinya di ranjang Gaara, "A, ano Gaara-san demam, aku harus merawat Gaara-san."
Apa dia bertingkah seperti seorang istri? Ya dia memang istrinya sih.
"Tidak perlu." Hinata terkejut dengan ucapan Gaara, apa dia tidak boleh merawat Gaara seperti ini. "Ma-maksud Gaara-san?" seolah memastikan apa benar yang dipikirkan oleh Hinata.
"Tidak perlu memanggil dokter. Minum obat juga sembuh."
Ah Hinata sedikit lega, "Tolong ambilkan termometer dan obat di laci lemari dapur." Gaara sudah tahu obat apa yang cocok saat sakit seperti ini. Dia selalu menyediakan obat di lemari, kalau jaga-jaga dia sakit.
"Iya, Gaara-san makan bubur ini dulu. Nanti aku ambilkan."
"Hn".
Saat Hinata akan keluar kamar Gaara untuk mengambil obat "Setelah ini, kau bisa pergi kuliah jam kedua."
Ya kalau untuk mata kuliah pertama, mungkin tidak akan cukup waktunya. "Tidak apa, aku hari ini tidak masuk saja."
"Kau mau bolos?"
Gadis ini hanya tersenyum, Gaara tidak pernah bolos sekolah atau kuliah. Kecuali kalau dirinya sakit dan itu sangat jarang terjadi. Itu bukan bolos, tapi Gaara punya alasan untuk tidak masuk sekolah atau kuliah. "Hanya hari ini Gaara-san." Toh hari ini tidak ada tugas yang harus dikumpulkan. Tidak akan jadi masalah kalau hanya tidak masuk sekali kan?
"Terserah saja." Gadis ini keras kepala ternyata. Dan Gaara tidak suka berdebat. Bagi Gaara ilmu pengetahuan itu penting, tapi merasakan orang lain yang begitu memerhatikannya seperti ini, Gaara merasa hatinya menghangat.
.
"Kau sedang apa?" hapus...
"Kau sudah pulang?" hapus...
"Malam ini masak apa?" aduh, entah sudah berapa kalinya Gaara menghapus pesan di ponselnya kepada Hinata. Gaara tidak mengerti, ini kenapa sih? Kenapa dia jadi selalu mengingat Hinata?
Hinata adalah tanggungjawabnya, selain dia adalah istrinya, dia juga harus menjaga Hinata. Setidaknya, Hinata harus mengatakan kepadanya hal-hal seperti terlambat pulang ke dari kampus, ada kerja kelompok, atau kegiatan lainnya yang di luar rutinitasnya. Hinata selalu mengatakan kepada Gaara melalui pesan. Kalau soal masakan, Gaara tidak akan protes Hinata mau masak apa, yang penting enak dan tidak terlalu manis.
Sedangkan Gaara hanya mengirim pesan kalau dia akan pulang terlambat. Tapi sekarang, dia mengetik pesan berulang-ulang. Gaara ingin cepat melihat wajah Hinata. Saat ini sudah tidak ada pasien, Gaara mengatakan kepada pihak rumah sakit, dia akan pergi sebentar.
"Apa kau masih di kampus?" akhirnya pesan itu yang Gaara kirimkan kepada Hinata. Setelah mendapat balasan "Iya, Gaara-san. Ada apa?"
Tapi Gaara tidak membalas, justru langsung pergi ke sana. Gaara ingin bertemu Hinata, nanti dia akan membuat alasan kepada Hinata kalau dia pergi ke perpustakaan kampus untuk mencari buku.
Hinata sedang bercengkerama bersama dua orang laki-laki, ya mungkin itu teman kampusnya. Hinata tersenyum dan tertawa, lalu tatapan para laki-laki itu seolah menginginkan Hinata. Gaara kesal melihat pemandangan itu. Dia pulang lagi ke rumah sakit, menyebalkan melihat kejadian itu.
Gaara lupa kalau Hinata itu cantik, sangat cantik malah walaupun pakaiannya tidak terlalu terbuka. Selama ini Gaara tidak peduli akan para gadis yang mendekatinya. Menurut Gaara hal itu tidak menarik, tujuan hidupnya dan ilmu pengetahuanlah yang lebih penting.
Apa Hinata tidak memberitahu kepada teman-temannya kalau dia sudah punya suami? Itulah yang dipikirkan Gaara. Dengan begitu mereka tidak bisa bersikap seenaknya kepada Hinata.
Sudahlah itu tidak penting, batin Gaara. Tapi tetap saja pemandangan tadi mengganggunya. .
.
Karena kejadian tadi siang, Gaara jadi malas pulang. Baguslah tadi dia ada operasi dan mengharuskannya pulang terlambat, sebagai dokter pembantu dokter bedah. Jadi dia bisa pulang agak malam. Dia tidak memberi kabar kepada Hinata kalau dia akan pulang terlambat.
"Tadaima". Ini sudah pukul 8 malam, tapi kenapa lampu apartemennya belum dinyalakan. Apa Hinata belum pulang? Tapi dia tidak memberi kabar akan pulang terlambat. Apalagi di luar mulai hujan deras. Sebenarnya Hinata kemana, Gaara mulai khawatir.
Gaara baru saja mengambil ponselnya dan berniat menelpon Hinata, tapi lampu menyala.
"Selamat ulang tahun Gaara-san."
Hinata membawa kue lemon dengan dilingkari lilin-lilin kecil berwarna merah dan menghampiri Gaara. Gaara menurunkan ponselnya dari telinganya, Gaara lupa kalau hari ini ulang tahunnya. Lagipula Gaara tidak terlalu peduli dengan hal-hal kecil seperti itu, ya bagi Gaara merayakan ulang tahun bukanlah hal yang penting.
Hinata sudah berada di hadapannya, "Tiup lilinnya, Gaara-san."
Gaara akan meniup lilinnya tapi Hinata mencegahnya "Tunggu,...ucapkan permohonan dulu."
Gaara menutup matanya, dia memohon dalam hati "Tetaplah bersamaku, Hinata." Kemudian Gaara meniup lilinnya. Hinata membantu meniup lilinnya.
.
"Kenapa Gaara-san tidak bilang kalau pulang terlambat?"
Hinata bertanya saat mereka sedang memakan makan malam, Hinata menyiapkan makanan spesial di meja makan untuk merayakan ulang tahun Gaara.
"Aku ada operasi tadi." Padahal Gaara sedang kesal, jadi tidak menghubungi Hinata.
"Hm begitu, oh iya ini untuk Gaara-san." Hinata mencoba mengerti, mungkin Gaara sibuk sampai lupa menghubunginya. Hinata menyerahkan kotak berwarna hijau untuk Gaara. Gaara membukanya.
Dompet...
Hinata membeli dompet untuk Gaara, dompet berwarna coklat dengan model biasa. "Aku tidak tahu mau memberikan hadiah apa. Tapi kata temanku, laki-laki akan suka diberi barang seperti dompet atau jam tangan. Karena jam tangan yang dipakai Gaara-san sepertinya sudah sangat mahal. Aku beli dompet saja."
Gaara menyentuh dompet yang diberikan oleh Hinata, ini adalah hadiah yang paling membuat hatinya senang, bukan karena hadiahnya, tapi karena ini dari Hinata. "Kau bertanya pada temanmu?"
"Iya, tadi siang aku bertanya kepada beberapa teman laki-lakiku."
Berarti yang dilihatnya tadi siang adalah Hinata membicarakan hadiah untuknya. Gaara sudah merasa kesal duluan padahal Hinata sudah repot-repot menyiapkan ini semua. Dasar, biasanya Gaara bisa mengontrol emosinya. Apa ni yang dinamakan cemburu?
"Terima kasih" ucap Gaara.
Hinata tersenyum, itu ucapan terima kasih pertama kalinya yang Gaara ucapkan kepadanya. "A, ano Gaara-san..." Satu bulan lagi, Hinata akan ujian akhir dan itu berarti Hinata akan segera pulang ke Konoha. Tapi hubungannya dengan Gaara masih jalan di tempat. Lalu nanti bagaimana kalau Hinata pulang ke Konoha? Bagaimana dengan hubungan mereka?
"Ada apa?"
"A-aku sudah terbiasa di sini dan bersamamu, ke-kenapa kita belum tidur satu kamar?"
Hinata gugup mengatakannya. Gaara tersedak makanannya, dan berusaha mengendalikannya dengan meminum air putih. Iya yang dikatakan Hinata memang benar, seharusnya dari awal mereka tidur dalam satu kamar sebagai sepasang suami istri. Karena pernikahannya mendadak, Gaara jadi menyuruh Hinata tidur di kamar terpisah, untuk membiasakan diri. Ya setidaknya membiasakan diri kalau mereka sudah menikah, setidaknya mengenal dan bertemu setiap hari dulu.
Gaara senang, tentu Gaara sangat senang. Dia bisa lebih dekat dengan Hinata "Hn, mulai malam ini tidurlah di kamarku, bersamaku."
.
Sudah dua hari ini Hinata seperti menghindarinya, kalau pagi Hinata sudah pergi kuliah tanpa sarapan bersama dengan Gaara. Tapi dia sudah menyiapkan sarapan untuk Gaara. Hinata mengirim pesan kepada Gaara kalau dia harus buru-buru ke kampus karena ada quiz.
Kalau malam, Gaara tidak menemukan Hinata di apartemen, katanya ada kerja kelompok dan pulang malam. Gaara diminta pesan makanan untuk makan malam. Gaara sudah tertidur, saat Hinata sudah pulang.
Hinata seperti ini setelah malam itu, malam dimana mereka pertama kali tidur bersama dalam satu kamar. Malam itu, hujan begitu deras. Hinata mengeratkan selimutnya, dia antara kedinginan dan gugup. Mereka berdua sama-sama belum memejamkan matanya.
DUAARRRR...
"Ya ampun..." Hinata spontan memeluk lengan Gaara karena terkejut. Gaara juga terkejut, bukan karena petir tapi karena Hinata memeluk lengannya. "Kau takut petir?" tanya Gaara.
"Ha, hanya kaget, Gaara-san."
Kalau keadaannya begini, jantung Gaara jadi berdebar-debar.
DUAARRRR...
Ketika Gaara sedang merasakan jantungnya yang berdebar kencang, sampai otaknya yang genius berpikir dengan bodohnya kalau Hinata mungkin akan mendengar debaran jantungnya. Gaara dan Hinata sama-sama terkejut dengan suara petir yang lebih kencang dari sebelumnya. Mereka berdua tanpa sengaja dalam keadaan yang begitu dekat.
Hinata yang memeluk lengan Gaara dan Gaara yang memegang lengan Hinata. Ketika mereka berdua menyadari dalam posisi seperti itu, tidak ada yang mau berkata dan melepaskan satu dengan yang lainnya. Mereka justru saling menatap.
Semakin dekat dan semakin dekat, bibir mereka bertemu. Awalnya hanya saling menempel, si suami memulai dengan kecupan sekali dua kali. Si istri membalasnya. Tanpa sadar Gaara sudah menggerakkan tubuhnya dan berada di atas tubuh Hinata.
Karena ini pertama kalinya bagi mereka, ciuman mereka terasa kaku, gerakan bibir mereka masih meraba-raba, tapi tidak ada yang ingin melepaskan diri. Mengikuti nalurinya, lama-lama gerakan bibir mereka berubah menjadi tarik-menarik, melumat dan menghisap bibir pasangannya.
Gaara melepaskan ciuman mereka, napasnya memburu. Hinata? keadaannya tidak jauh berbeda dengan Gaara. Mereka saling menatap, satu yang ada dalam pikiran Gaara 'Hinata cantik'.
Gaara menurunkan wajahnya ke lekukan leher Hinata, mencium aroma Hinata dan mencium kulit leher Hinata "Ahh" Hinata melenguh saat Gaara mulai mencium lehernya berulang-ulang. Mencium tulang selangkanya. Tangan Gaara merayap ke bagian bawah tubuh Hinata dan menyingkap gaun tidur Hinata, menyentuh bagian-bagian sensitifnya.
Gaara memijat keningnya, apa Hinata marah karena malam itu mereka sudah melakukan malam pertama mereka? Tapi, Hinata tidak menolak malam itu bahkan mendesahkan nama Gaara. Lalu kenapa dia marah? Apa Gaara terlalu kasar? Tidak ah, Gaara justru agak kaku melakukannya dan takut dia menyakiti Hinata, makanya dia melakukannya pelan-pelan, walaupun dia sulit mengontrol dirinya.
"Setidaknya, jangan sampai dia hamil sebelum dia menyelesaikan kuliahnya." Gaara jadi teringat wejangan Neji, kakak Hinata. Waktu itu setelah upacara pernikahan, Neji berbicara dengan Gaara. Neji mengatakan kepada Gaara, kalau Neji mengerti laki-laki tidak akan sanggup menahan nafsunya. Neji tidak melarang Gaara untuk menyentuh Hinata. Toh mereka sudah menikah. Neji menyarankan Gaara untuk menggunakan pengaman, setidaknya sampai Hinata lulus kuliah. Biarkan Hinata berkonsentrasi dulu terhadap kuliahnya.
Mana Gaara tahu kalau mereka akan melakukannya malam itu. Gaara belum membeli pengaman. Malam itu terjadi begitu saja dan sialnya Gaara mengeluarkannya di dalam, menanam benihnya di rahim Hinata. Semoga saja Hinata tidak hamil.
.
Gaara tidak tahan dihindari oleh Hinata, dia menjemput Hinata kuliah. Mereka akhirnya berbicara setibanya di apartemen.
"Kau seperti menghindariku, Hinata. Apa aku melakukan kesalahan? Apa karena malam itu?" tanya Gaara.
Hinata meremas roknya, menggigit bibir bagian bawahnya, menundukkan wajahnya "Ti-tidak, Gaara-san tidak salah kok."
Lalu, kenapa Hinata menghindarinya?
"Aku hanya sedikit canggung dan malu untuk bertemu dengan Gaara-san setelah malam itu. Maaf..."
Gaara duduk di samping Hinata. "Aku juga begitu"
"Tapi, jangan menghindariku Hinata." Gaara merasa tidak suka dan tidak nyaman kalau hal itu terjadi.
Hinata mengangguk "Maaf..."
Gaara merangkul pundak Hinata "Sudahlah. Maafkan aku juga." Hinata menyenderkan kepalanya di pundak Gaara.
"Apa malam itu masa suburmu?" tanya Gaara. Hinata tidak tahu "Aku tidak tahu."
Gaara membelai rambut Hinata "Kau harus tahu, karena kau sudah menikah. Tapi... sudahlah."
.
Terkadang saat Hinata tidak ada jam kuliah kedua, Hinata mengantar makan siang untuk Gaara. Bertemu di rumah sakit dan berbicara sebentar di taman rumah sakit. Setelah malam itu, Gaara ingin bercinta bersama dengan Hinata lagi. Tapi dia bingung untuk meminta jatahnya kepada Hinata. Sial, malam itu kenapa bisa terjadi tanpa mengatakan apapun.
"Mau kemana?" tanya Gaara saat Hinata beranjak dari sofa yang didudukinya denga Hinata.
"Mandi, setelah itu menyiapkan malam. Ini sudah sore Gaara-san."
Tiba-tiba Gaara bangkit berdiri "Aku juga mau mandi." Hinata yang tidak mengerti kode yang diberikan oleh Gaara untuk mandi bersama
"Oh begitu, Gaara-san saja yang mandi duluan. Aku menyiapkan makan malam dulu saja."
Gaara tidak mampu berkata-kata. Hinata tidak mengerti kode yang Gaara berikan kalau nanti mandi bersama, mereka bisa bercinta lagi karena terangsang secara alami setelah melihat tubuh telanjang lawan jenisnya.
Malam harinya, Hinata tidur menyamping membelakangi Gaara. "Kau sudah tidur, Hinata?"
"Belum, mungkin belum mengantuk."
Gaara memeluknya dari belakang. Menyamankan dirinya di perpotongan leher Hinata. Mengeratkan pelukannya "Ada apa Gaara-san?"
"Aku menginginkanmu."
"Hmmm" Hinata mengerti, dia menganggukan kepalanya. Ya, mereka melakukan aktifitas ranjang tidak sesering pasangan pengantin baru lainnya. Hanya seminggu dua kali atau sekali, Gaara selalu meggunakan pengaman setiap melakukannya, kecuali saat malam pertama mereka.
Beberapa hari lagi Hinata akan ujian akhir dan itu berarti Hinata akan segera kuliah lagi di Konoha setelah liburan akhir semester, 3 bulan lamanya. Hinata harus membicarakan ini dengan Gaara.
Gaara sedang tiduran di paha Hinata sambil membaca buku misteri, terkadang Gaara juga membaca buku-buku seperti itu di saat bersantai. Sementara Hinata membelai rambut Gaara.
"Gaara-san, aku ingin bertanya."
"Hn" Gaara membalik halaman selanjutnya. "Kenapa Gaara-san setuju dengan pernikahan ini?"
Gaara terdiam sebentar, lalu menjawab "Kaa-san memaksaku menikah. Katanya 'Kami selalu membiarkanmu memilih apa yang kau inginkan, bahkan tinggal jauh dari kami di Suna karena ambisimu untuk mengambil spesialis di rumah sakit yang paling bagus di negara Hi. Setidaknya, menurutlah kali ini saja.' Aku tidak mau berdebat lebih panjang, aku menyetujui ini."
Jadi begitu, sekarang Hinata tahu alasannya kenapa Gaara menyetujui pernikahan mereka. Hinata tidak marah kok, dia juga dipaksa. "Lalu bagaimana sekarang, apa kau menyesal?" tanya Hinata.
"Kau bodoh,..." Gaara tersenyum, "Menyesal? Mana mungkin."
Aku sudah jatuh cinta padamu, mana mungkin aku menyesal, batin Gaara.
"Ada apa? Apa kau menyesal?" tanya Gaara balik. Hinata menggeleng "Gaara-san bodoh, mana mungkin." Hinata membalikkan kata-kata Gaara. Baru kali ini ada yang mengatakan kalau Gaara bodoh. "Kau bilang aku bodoh?"
Hinata sadar, apa Gaara marah? "Maaf" kata Hinata.
Gaara tersenyum, meraih tengkuk Hinata dan mengarahkannya turun ke bawah lalu mencium dan melumat bibirnya. "Aku bercanda". Gaara yang dingin itu bisa bercanda juga, tapi Hinata terlalu serius menanggapi candaannya.
Dengan wajah setampan itu dan kepintarannya, pasti banyak wanita yang menyukai Gaara, mungkin ada beberapa yang pernah ada di hati Gaara, mungkin Gaara punya kekasih sebelum menerima perjodohan itu. Hinata jadi merasa sedikit cemburu dan juga bersalah, mungkin dia merebut Gaara dari gadis lain. Kenapa dia tidak pikir panjang dan menyetujui untuk menikah dengan Gaara?
"Sebelum kita menikah, apa Gaara-san punya pacar? Atau gadis yang dicintai?" Hinata menundukkan kepalanya "Maaf karena aku..."
"Tidak ada,.." Gaara memotong perkataan Hinata. "Aku tidak punya pacar atau gadis lain di hatiku. Baru kau, kau yang pertama Hinata dan akan selamanya di hatiku."
Hinata senang, sangat senang. "Kau sendiri?" Gaara juga ingin tahu tentang Hinata.
"Aku menyukai seorang pria sebelumnya,.." Gaara menutup bukunya. Merasa sedikit terganggu. "Hanya sepihak, aku saja. Dia mencintai gadis lain. Aku patah hati."
Gaara berkata, "Lalu sekarang, kau masih...?" Hinata memotong ucapan Gaara "Tidak Gaara-san, semenjak aku menyetujui pernikahan ini, aku sudah mengikhlaskannya dan hanya Gaara-san yang ada di hatiku."
Gaara sedikit shock akan apa yang diucapkan oleh Hinata. Tapi syukurlah kalau Hinata merasakan hal yang sama yang Gaara rasakan.
"Sudahlah, aku mulai tidak nyaman dengan pembicaraan ini. Ganti topik." ucap Gaara.
Hinata mengangguk mengerti "Beberapa hari lagi, aku ujian akhir. Kemudian libur tiga bulan, aku harus kuliah lagi di Konoha. Lalu bagaimana?"
Hei apa maksudnya dengan bagaimana? Tidak mungkinkan mereka bercerai, hanya karena itu?
"Selama kau liburan di sini dulu, nanti saat kuliah akan dimulai aku akan mengantarkanmu ke Konoha. Aku tidak bisa pindah rumah sakit sebelum aku menjadi dokter spesialis. Aku akan mengunjungimu di akhir pekan atau sebaliknya."
Hinata juga berpikir begitu, "Apa kau keberatan?" Tanya Gaara.
"Tidak, aku sangat setuju."
Gaara mendudukkan dirinya dan memeluk Hinata, mungkin nanti Gaara dan Hinata merasa kesepian karena mereka akan menjadi pasangan akhir pekan. "Saat kau libur nanti, aku akan mengambil cuti."
"Kenapa?" tanya Hinata.
"Kita liburan, jalan-jalan." Hinata menatap wajah Gaara dan memeluknya kembali. "Iya, aku mau."
.
Hinata akan menyeberang jembatan penyeberangan untuk menuju Rumah Sakit Suna "Gaara-san, aku sebentar lagi sampai di RS Suna."
"Kau mau mengantar makan siang?" tanya Gaara sambil melihat jam tangannya.
Hinata tidak masak makan siang, ada yang ingin dia bicarakan dengan Gaara. "Tidak, aku ingin bertemu Gaara-san."
Gaara tersenyum tipis "Kau merindukanku?"
Hinata harus bertemu Gaara dan membicarakannya. Dia tidak mau menunggu Gaara pulang, dia harus segera berbicara dengan Gaara. Kebetulan hari ini, hari terakhir Hinata ujian dan dia sudah pulang.
Hinata baru ingat, dia belum datang bulan pada bulan ini. Ini sudah terlambat seminggu. Walaupun Gaara pakai pengaman setiap bercinta dengannya. Hanya saja, pertama kali kan tidak pakai. Saat melihat tes pack, dua garis merah. Hinata menutup mulutnya, karena terkejut.
Hinata ingat saat Gaara menggunakan pengaman untuk pertama kalinya, Hinata bertanya "Kenapa pakai itu? Apa Gaara-san belum mau punya bayi?"
"Hn, belum."
Maka dari itu Hinata harus berbicara dengannya, tapi Hinata yakin kalau Gaara akan menerima anak mereka ini.
"Gaara-san, aku ingin bica..., AAAAAAAAAA"
BRUKK CKITTT
Hinata menyeberang jalan tanpa melihat tanda pejalan kaki yang menyala merah.
Gaara terkejut mendengar suara Hinata dan suara mobil di telponnya "Hinata, kau baik-baik saja kan? Ada apa Hinata?" namun tidak ada jawaban.
"Hinata, jawablah! Jawab, Hinata!"
Gaara segera berlari ke luar rumah sakit dan di pinggir jalan banyak orang berkerumun. Gaara menghampiri kerumunan itu. "Hinata" panggil Gaara, suara Gaara serak karena terkejut.
TBC
