"Aaaaargh, aku bosan membantu si baka oyaji itu. Dia selalu menggodaku dengan kata-kata aneh" keluh Ichigo sambil masuk ke dalam kamarnya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Seharian ini karena tidak ada kerjaan dia membantu ayahnya di klinik.
Tapi hari ini, klinik sepi dan akhirnya ayah Ichigo terus saja menggoda Ichigo dengan kata-kata yang menurut Ichigo menyebalkan. Ingin rasanya dia menutup mulut ayahnya itu dengan lakban supaya diam. Sayangnya dia tidak menemukan lakban di klinik walaupun sudah mencari kesana-kemari. Bahkan plester pun tidak ada. Sepertinya ayahnya sudah mengira dan meng-antisipasi kalau-kalau Ichigo akan melakban atau minimal mem-plester mulutnya supaya diam.
Tapi, walaupun dia kesal pada ayahnya yang (super)aneh itu, tetap saja ayahnya-lah (beserta Urahara) yang sudah mempertemukan dia dengan Rukia, cahayanya. Penghenti hujan dalam hatinya. Orang yang bisa membuat Ichigo yang dalam keadaan down kembali semangat dalam sekejap. Ichigo bertemu Rukia saat dia sedang benar-benar terpuruk. Saat dimana teman-temannya malah membantu musuh. Teman-teman Ichigo terkena efek dari fullbring milik Tsukishima, 'end of the book'. Karena itulah teman-teman Ichigo jadi bersikap seperti itu.
Kalau mengingat kejadian itu, Ichigo jadi senyum-senyum sendiri. Walaupun dia masih merasa sedih karena sikap teman-temannya itu, tapi mau bagaimana lagi? Sekeras apa pun Ichigo mencoba untuk menjelaskan pada teman-temannya bahwa sebenarnya Tsukishima itu musuh, Ichigo cuma akan dianggap sebagai orang gila yang melawan arus.
Setelah kekuatan shinigami Ichigo pulih tempo hari, Tsukishima dan Ginjo memilih untuk mundur. Sejak itu, belum ada tanda-tanda bahwa mereka berdua akan menyerang lagi. Yah, mungkin mereka masih menunggu saat yang tepat untuk itu.
Dan saat-saat inilah yang dimanfaatkan Ichigo untuk bersantai sejenak. Bersama Rukia. Menikmati hari-hari damai walaupun cuma sebentar. Ichigo berjalan mendekati lemarinya. Tempat dimana shinigami yang sudah menjadi fuku-taichou divisi 13 itu berada.
"Hei, Rukia, aku bosan nih. Ayo temani aku jalan-jalan" kata Ichigo di depan lemarinya.
"..."
Hening. Tidak ada sahutan dari dalam. Karena penasaran, akhirnya Ichigo menggeser pintu itu. Dan terlihatlah Rukia yang sedang tidur-tiduran di dalam sana. Pandangan matanya terlihat kosong.
"Hoi, Rukia! Ayo, temani aku jalan-jalan. Aku bosan nih!" kata Ichigo dengan suara yang lumayan keras.
Rukia tersentak kaget. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya sebentar.
"Ah? I, iya, baiklah, tunggu sebentar" jawab Rukia kemudian menggeser pintu lemari itu hingga menutup kembali.
"Ada apa dengannya? Biasanya dia akan marah kalau aku berkata sekeras itu. Kenapa ya? Perasaan sebelum kutinggal ke klinik tadi dia masih baik-baik saja..." gumam Ichigo pelan. Cukup pelan hingga membuat Rukia tidak bisa mendengarnya...
.
.
Disclaimer :: kan udah saya bilang berkali-kali, Bleach itu punya Tite Kubo. Walaupun saya mau mengubah dunia 5 kali, tetep aja Bleach itu punya Tite Kubo = =b
Claimer :: ya saya. Nama saya Asani Suzuka, panggil aja saya pake nama kecil saya, Suzuka. Salam kenal untuk minna yang baru kenal saya *membungkuk ala butler*
Rated :: T aja, nggak lebih, tapi boleh kurang(?)
Genre :: gado-gado =.=a
Warning :: segala ketidak sempurnaan sebuah fic saya rasa ada dalam sini, plus fic ini adalah fic canon dan ada OC... Silakan tekan tombol 'back' kalau tidak berkenan membaca
Request dari RiruzawaStrifeHiru 15 dan temen fb saya Kashii Yuurukia, semoga kalian dan juga minna suka
DON'T LIKE? DON'T READ!
.
.
"Hei, Ichigo..." panggil Rukia. Saat itu mereka berdua sedang jalan-jalan di taman kota Karakura. Berdua saja. Itu pun karena permintaan Ichigo. Lagipula mereka memang tidak bisa mengajak orang lain untuk ikut. Tatsuki, Inoue, Keigo, Mizuiro, Ishida, bahkan Chad sekarang ini sedang sibuk. Yuzu dan Karin sedang mengerjakan PR dan juga jadi objek keisengan Isshin. Mengajak Isshin? No way. Opsi itu mungkin tidak akan pernah terpikir oleh Ichigo.
"Hm?" gumam Ichigo dengan mata terpejam. Mencoba meresapi angin sejuk yang bertiup pelan. Sebenarnya dari tadi Ichigo merasa cemas karena sejak dia mengajak Rukia jalan-jalan tadi, Rukia terus saja bersikap aneh. Seperti bukan Rukia saja...
"Kalau menurutmu... kira-kira bagaimana reaksi nii-sama, dan yang lain kalau aku pergi?" tanya Rukia. Kelihatannya dia agak ragu-ragu untuk menanyakan pertanyaan ini.
"Eh?" Seketika itu juga, Ichigo berhenti memejamkan matanya dan menatap Rukia yang berjalan di samping kanannya.
"Apa maksudmu? Memangnya kau mau kemana? Kau pasti akan kembali kan?" Ichigo memberondong Rukia dengan 3 pertanyaan sekaligus.
"Tidak, emm... maksudku, pergi selamanya. Lebih tepatnya... mati" jawab Rukia sambil memalingkan mukanya ke arah lain. Menghindari tatapan mata hazel Ichigo yang kaget mendengar jawaban Rukia.
"A, apa? Mati? Kau akan mati?" tanya Ichigo lagi. Pikiran Ichigo sekarang ini dipenuhi pertanyaan 'kenapa bicaranya Rukia jadi melantur begini?'
"Emm... andaikata aku beruntung, begitu mati nanti, rohku akan terlempar ke Hueco Mundo, tapi kalau tidak beruntung..." Rukia tidak meneruskan kata-katanya. Ragu.
Ichigo terdiam sebentar. Menatap Rukia yang sekarang ini tingginya mungkin sudah sekitar se-telinga Ichigo. Sesaat kemudian Ichigo nyengir dan mengusap puncak kepala Rukia.
"Kalau kau benar-benar mati sebentar lagi. Berharaplah kalau kau beruntung, dan rohmu terlempar ke Hueco Mundo. Jadi kita bisa bertemu lagi" kata Ichigo masih dengan cengiran yang terukir jelas di wajahnya. Sebenarnya, Ichigo tidak menganggap serius perkataan Rukia tadi. Karena dia pikir Rukia sedang ngelantur karena sedikit kecapekan.
"I, Ichigo?"
"Hm?"
"Sudah berapa lama sejak kita meninggalkan rumahmu?"
"Em, sekitar 45 menit" jawab Ichigo sambil melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
"Maaf Ichigo. Aku harus pergi sekarang" kata Rukia sambil mulai berlari pergi. Meninggalkan Ichigo yang masih terbengong-bengong melihat kepergian Rukia. Tapi sesaat kemudian, Ichigo melanjutkan acara jalan-jalannya. Kali ini sendirian. Dia membiarkan Rukia pergi begitu saja, karena Ichigo pikir, Rukia perlu waktu untuk rileks supaya omongannya tidak melantur lagi.
d(^_^)b
"Beberapa saat sebelum waktunya tiba, pergilah ke sudut yang sepi di taman kota Karakura. Di sana akan ada yang datang menjemputmu. Pergilah ke sana sendirian saja. Kau tidak ingin kepergianmu dilihat orang lain kan?"
Lagi. Kata-kata itu terngiang di telinga Rukia lagi. Kata-kata seekor kucing misterius yang bisa bicara, sama seperti Yoruichi, hanya saja kucing ini memiliki bulu tebal. Kucing itu mengatakan hal mencengangkan pada Rukia.
=Flashback=
Rukia sedang duduk-duduk di dalam lemari Ichigo yang sebenarnya terasa sempit baginya. Maklum, selama 1 setengah tahun ini tubuh Rukia sudah bertambah tinggi. Maka itu, lemari Ichigo yang kecil itu sudah mulai terasa sempit bagi Rukia.
Tiba-tiba saja, seekor kucing misterius berbulu tebal muncul di depan mata Rukia. Yang dimaksud 'muncul' itu ya benar-benar muncul. Tanpa basi-basi, kucing aneh nan misterius itu berkata atau lebih tepatnya bertanya pada Rukia.
"Kuchiki Rukia, itu namamu kan?"
Rukia mengangguk mengiyakan pertanyaan kucing tersebut.
"Kau akan meninggal satu jam dari sekarang. Bersiaplah. Beberapa saat sebelum waktunya tiba, pergilah ke sudut yang sepi di taman kota Karakura. Di sana akan ada yang datang menjemputmu. Pergilah ke sana sendirian saja. Kau tidak ingin kepergianmu dilihat orang lain kan?"
Setelah mengatakn hal itu, si kucing pergi dengan cara unik. Menghilang. Lenyap dari pandangan Rukia. Sedangkan Rukia kaget setengah mati mendengar kata-kata kucing tadi.
"A, aku akan meninggal? Satu jam lagi?" gumam Rukia.
=End of Flashback=
Rukia terus berlari, mencari tempat yang dimaksud si kucing berbulu tebal. Mencari sudut sepi di taman kota Karakura. Sebenarnya di satu sisi, Rukia merasa sedikit tidak percaya atas pemberitahuan tiba-tiba yang diberikan si kucing aneh. Tapi di sisi lain Rukia percaya pada kata-kata kucing aneh itu.
Selagi Rukia mencari 'tempat' itu, ada dua orang yang tengah berbincang-bincang di sebuah apartemen tua di sebelah taman kota Karakura.
"Kau, sudah melihatnya kan? Gadis bernama Kuchiki Rukia itu?" tanya salah seorang di antara dua orang yang ada dalam apartemen itu.
"Ya. Tapi kurasa dia biasa saja. Tidak ada yang istimewa darinya. Dan yang terpenting, dia tidak bisa membantu melancarkan rencana kita" jawab yang lain.
"Tidak, kau salah. Justru gadis shinigami bernama Kuchiki Rukia itu bisa kita manfaatkan. Dia SANGAT bisa dimanfaatkan untuk rencana kita kali ini..." sesaat kemudian orang itu elihat keluar jendela. Dia memasang ekspresi terkejut sesat.
"Oh, lihat. Gadis shinigami itu datang ke taman di saat yang tepat" kata 'orang' itu lagi sambil tersenyum licik.
d(^_^)b
Setelah berkeliling taman Karakura beberapa kali, akhirnya Rukia menemukan tempat sepi juga di sana. Dengan nafas yang terengah-engah dan tubuh yang berkeringat, ia menengok ke kiri dan kanan.
Mencari 'seseorang' yang katanya-si kucing- akan datang menjemputnya. Sekarang sudah tepat satu jam setelah si kucing memberitahu Rukia tentang kematiannya. Selagi si 'penjemput' belum datang, Rukia melepaskan gigai-nya terlebih dulu. Sehingga sekarang ini Rukia bergerak tanpa gigai-nya.
Sebenarnya sih, Rukia datang ke tempat sepi di taman Karakura ini sambil berharap kalau kata-kata kucing misterius nan aneh yang datang tadi itu cuma bohongan belaka. Mungkin saja kucing tadi adalah teman dari musuh Ichigo(dan juga Rukia) yang disuruh untuk menjebak Rukia.
Maka itu, sekarang ini Rukia melihat keadaan sekitar dengan posisi siaga. Tangan berada di gagang Sode no Shirayuki. Setelah beberapa menit mengamati keadaan sekitar yang terlihat sepi, Rukia melonggarkan sedikit posisi-nya. Tapi sialnya, saat itu dia lengah.
"Masih ingat kami, Kuchiki Rukia?" tanya seseorang di hadapan Rukia dengan senyum licik yang mengembang di wajahnya.
"Ka, kau! Mau apa kau disini!" tanya atau lebih tepatnya bentak Rukia.
"Seharusnya kau tahu sebabnya kenapa aku kesini" jawab seseorang itu dengan santai.
Rukia menatap orang itu dengan pandangan geram sepertinya. Apa orang ini yang akan 'menjemput'ku? Begitulah pikir Rukia. Dengan segera, Rukia menarik Sode no Shirayuki dari sarungnya.
"Mae, Sode no Shirayu-"
Jleb!
Sebelum Rukia sempat menyelesaikan kalimatnya, seseorang sudah menusuknya dari belakang...
d(^_^)b
Malam itu...
Klek
Pintu kamar Ichigo terbuka, menampakkan salah satu adik Ichigo, Kurosaki Yuzu dengan wajah yang cemas.
"Ichi-nii..." panggil Yuzu. Dia cuma membuka setengah pintu kamar Ichigo. Ichigo yang sedang membaca komik di atas tempat tidurnya, mengalihkan perhatiannya sebentar ke Yuzu.
"Ada apa?"
"Itu, apa Ichi-nii tahu kemana Rukia-chan pergi? Aku tidak menemukannya di mana pun di rumah ini"
Mata hazel Ichigo membulat seketika. Tadinya Ichigo kira setelah Ichigo meninggalkan Rukia sendirian sore tadi, Rukia pulang ke rumahnya. Tapi ternyata dugaannya salah besar. Rukia malah belum pulang. Sebenarnya Rukia pergi kemana? Apa yang dikatakannya tadi sore itu benar? Begitulah pikir Ichigo.
"Ichi-nii?" panggil Yuzu, membuyarkan lamunan Ichigo.
"Eh, benarkah Rukia belum pulang?" tanya Ichigo memastikan. Yuzu mengangguk mengiyakan.
"Baiklah, aku akan mencarinya. Kau, Karin dan si baka oyaji itu tunggu saja di rumah" kata Ichigo sambil beranjak berdiri dari tempat tidurnya. Mengambil badge shinigami-nya dan berubah menjadi shinigami. Menurut Ichigo, akan lebih mudah mencari Rukia dengan wujud ini.
Saat Ichigo melompat keluar jendela, Ichigo melihat ayahnya dalam wujud shinigami sedang berdiri di atas atap dengan tangan terlipat di depan dada. Menatap sekeliling dengan tatapan serius.
"A, ayah. Sedang apa ayah disini?" tanya Ichigo yang tidak jadi melompat pergi, tapi malah naik ke atas atap.
"Sedang mencari Rukia-chan lah! Kau ini bagaimana sih? Kau kan tadi sedang bersamanya, kenapa kau membiarkan dia pergi begitu saja?" kata ayahnya dengan sedikit galak. Ichigo kaget.
"Ta, tadi dia bicara melantur saat sedang bersamaku. Lalu tiba-tiba dia menanyakan waktu padaku, kemudian dia bilang dia harus pergi karena ada urusan. Kubiarkan dia pergi karena kupikir dengan begitu, pikirannya akan rileks dan bicaranya tidak melantur lagi tahu!" kata Ichigo membela diri sambil menunjuk-nunjuk Isshin.
Isshin terdiam sesaat. Agak kaget juga setelah mendengar penjelasan dari putranya itu.
"Bicaranya melantur? Apa maksudmu?" tanya Isshin.
"Saat dia bersamaku, dia bilang kalau dia akan mati. Itu kan melantur namanya. Masa' tiba-tiba dia bilang begitu tanpa sebab?" kata Ichigo.
Isshin bingung. Kata-kata putranya benar juga. Omongan Rukia tadi itu melantur. Tapi kenapa? Kenapa Rukia berpendapat kalau dirinya akan mati sebentar lagi?
"Sudah, kau cari Rukia-chan sana!" usir Isshin tiba-tiba.
"Eh, kok begitu?" kata Ichigo merasa sedikit tidak terima.
"Kan kau yang sudah membiarkannya pergi dan membuatnya hilang sekarang ini!" kata Isshin sambil menunjuk-nunjuk muka Ichigo.
"Yare, yare" kata Ichigo, kemudian ia pun melompat pergi.
Sementara itu Isshin masih berdiri di atas atap. Mencoba memahami maksud putranya tadi sekaligus mecari reiatsu Rukia...
d(^_^)b
"Kuso! Sebenarnya si cebol itu pergi kemana sih?" omel Ichigo sambil melompat dari atap ke atap. Tapi hasilnya nihil. Dia tidak menemukan Rukia di mana pun.
"Hoi, Kurosaki, sedang apa kau?"
"Oh, Ishida"
Ichigo pun segera menghampiri Ishida.
"Kau itu sedang mencari apa? Di sekitar sini kan tidak ada hollow" kata Ishida.
"Aku mencari Rukia, tiba-tiba saja dia menghilang" kata Ichigo sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Mencari Kuchiki-san? Dengan cara melompat dari atap-atap seperti mencari hollow?" ejek Ishida.
"Urusai! Kau lihat dia tidak? Kalau tidak lihat ya sudah. Aku pergi dulu" kata Ichigo sambil mengerucutkan bibirnya dan bersiap melompat pergi.
"Chotto Matte. Aku memang tidak melihatnya, tapi kenapa tidak kau coba mencarinya dengan melacak reiatsunya?" saran Ishida.
"Oh ya, aku lupa"
"Baka..." ejek Ishida kemudian pergi meninggalkan Ichigo yang kesal sendiri diejek begitu.
Setelahnya, Ichigo memejamkan mata. Mencoba melacak reiatsu Rukia. Tapi hasilnya nihil, dia tidak menemukan reiatsu Rukia di mana pun.
"Aaaargh, si midget itu kemana sih?" kata Ichigo setengah berteriak. Frustasi karena tidak kunjung menemukan apa yang dicari. Ichigo pun pulang. Mencoba minta bantuan pada ayahnya.
Tepat saat Ichigo sampai di depan rumahnya. Dia melihat Rukia sedang berjalan ke arahnya.
"Ru, Rukia!" panggil Ichigo dengan wajah sumringah sambil berlari menghampiri Rukia.
"Oh, Ichigo"
"Kau ini kemana saja sih? Aku mencarimu kemana-mana tahu!" omel Ichigo.
"Ara, tadi aku jalan-jalan sebentar" jawab Rukia santai.
"Sebentar kau bilang? Dari tadi sore sampai malam begini kau bilang sebentar?" kata Ichigo mulai marah-marah.
"Urusai! Itu bukan urusanmu, jeruk!" bentak Rukia tidak mau kalah.
"Hhhh, ya sudahlah. Yang penting kau sudah kembali dengan selamat" kata Ichigo sambil mengusap puncak kepala Rukia.
"Kau mengkhawatirkanku, jeruk?" tanya Rukia sambil tersenyum mengejek.
"Ti, tidak kok!" bantah Ichigo dengan wajah yang memerah.
"Ya, ya. Ayo masuk. Aku lapar" kata Rukia sambil menarik tangan Ichigo untuk masuk ke dalam rumah.
Sementara itu, di atas atap rumah yang ada di depan rumah Ichigo ada dua orang yang tersenyum licik.
"Permainan kita baru saja dimulai, Kurosaki Ichigo"
*~* TBC *~*
Ah, minna-san, Hiru-san dan juga Rukia-chan(temen fb-ku) maaf karena nggak bisa bikin fic ini oneshot. Tapi malah jadi twoshot.
Karena ada suatu urusan dan aku mau-nya publish fic ini hari ini, makanya fic ini kupotong jadi dua.
Tapi kalo minna-san bersedia me-review. Mudah-mudahan(aku bukan tipe orang yang bisa janjiin ke orang) aku update chap 2-nya minggu depan. Makanya, review ya minna-san.
Oh ya, soal kucing misterius berbulu tebal itu. Dalam bayanganku, kucing itu mirip sama Cheshire cat, kucing yang ada di film Alice in Wonderland. Silahkan di bayangkan m(_ _)m
Maaf minna-san, aku nggak bisa lama-lama, bentar lagi aku harus pergi dari dunia(?) -duakk- maksudnya bukan dunia manusia. Tapi dunia fic! Aku harus pergi dari dunia fic ini ke dunia nyata.
Makanya kuingatkan(?) sekali lagi. Review-lah supaya aku bisa cepat update cerita ini!
R
E
V
I
E
W
PLEASE!
