DISCLAIMER : TITE KUBO
STORY BY ME
RATE : T (Seperti biasa)
Ada beberapa kisah yang menginspirasi fic ini, di akhir aku jelasin semuanya.
OOC dan banyak Typo, bagi yang mudah sakit mata bila menemui TYPO dan membaca kalimat yang gak enak dibaca, bisa langsung tekan tombol BACK atau CLOSE
COC : BLACKSTAR
CHAPTER 1
WELCOME TO THE CASE
Kurosaki Ichigo tiba di depan sebuah gedung luas dengan tinggi 200 kaki. Ia sangat mengenal tiap ruangan di dalamnya dan langsung menuju tempat tujuan tanpa peduli sapaan orang-orang yang tidak sengaja berpapasan dengannya. Ia berhenti di depan sebuah pintu dengan papan bertuliskan "ketua" di atasnya. Ia masuk ke dalam tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.
"Selamat malam, Kurosaki Ichigo! Suatu kebetulan kau datang ke kantor hari ini. Ada yang perlu dibicarakan?" sapa pria paruh baya itu dengan santainya, tubuhnya bersandar pada kursi empuk dan kedua tangannya bertaut.
Ichigo meletakkan selembar surat dengan kasar ke atas meja di hadapan ketuanya.
"Apa maksudmu ini, Taichou? Ia sudah lama berhenti dari COC, kenapa kau masih mengutusnya? Aku tidak bisa menerimanya!" sudah jelas Ichigo marah, dahinya berkerut kesal dan kedua tangannya bersila, matanya tajam menatap pria yang jelas memiliki kedudukan lebih tinggi darinya.
"Maafkan aku, tapi aku tidak punya pilihan lain."
"Utus saja Hyori!"
"Hyori masih dalam tugas bersama Hirako sedangkan kasus ini tidak bisa ditunda lagi. Sahabatku sendiri yang meminta tolong padaku atas kasus ini, jadi aku memilihnya dengan berbagai pertimbangan."
"Kau! Dengar, Kyoraku Shunsui! Aku tidak peduli kau atasanku atau kau memecatku setelah ini. Jika terjadi hal yang buruk padanya dalam kasus ini, aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
"Aku tahu itu! Sebenarnya aku tahu kau akan datang setelah tahu hal ini, oleh karenanya aku ingin melakukan negosisasi denganmu," ujar Kyoraku Shunsui tetap santai, tak merasa terganggu sedikitpun dengan kemarahan si sulung Kurosaki.
"Negosiasi apa maksudmu?"
"Dengar baik-baik..."
Pria paruh baya itu berubah menjadi serius dengan menegakkan posisi duduknya, ia membicarakan tawarannya pada Ichigo. Kerutan semakin terlihat dalam di dahi pria berambut oranye terang itu, ia tampak berpikir keras.
"Kau harus memutuskannya saat ini juga."
"Dia tidak mungkin membatalkan keputusan yang kau berikan. Apa boleh buat, aku terima tawaranmu."
"Bagus! Siapkan barang-barangmu karena besok kau akan berangkat."
"Aku menerima tawaranmu bukan berarti aku menarik kembali ucapanku!"
"Aku tahu! Pulanglah dan istirahatlah yang cukup!" ujar Kyoraku Shunsui kembali pada sikap santainya. Kurosaki Ichigo, salah satu anggota terbaiknya yang suka berbuat seenaknya dan sangat sulit dikendalikan, pergi dari ruangannya setelah dirasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Tak lama kemudian seseorang masuk ke dalam ruangan, seorang wanita berkacamata dengan rambut yang tertata rapi, wakil Kyoraku Shunsui.
"Ah~ Nanao-chan! Kau bawa semua dokumennya?"
"Ya," jawab Nanao sembari menyerahkan beberapa dokumennya pada ketua, "Apa bocah itu membuat gara-gara lagi? Dia sungguh tidak sopan!"
Kyoraku terkekeh "Dia bukan bocah lagi, ingat? Lagipula aku sudah terbiasa dengan sikapnya. Dia tidak akan pernah menolak tawaranku."
^COC : BLACKSTAR^
Seiretei High School Boarding adalah sekolah berasrama tingkat atas yang paling terkenal di Seiretei. Bukan hanya fasilitasnya yang sangat memadai, para muridnya juga memiliki kemampuan yang tidak bisa diragukan lagi. Tidak semua anak bisa masuk sekolah ini karena mereka harus melewati seleksi yang sangat ketat. Sekolah ini dibangun oleh keluarga Ukitake yang sekarang dipimpin oleh keturunan keempat, Juushiro Ukitake, ia tinggal di rumah sederhana yang letaknya tak jauh dari gedung sekolah.
Hari itu Juushiro Ukitake kedatangan tamu, ia harus bangun lebih pagi dan menemui tamunya di ruang kepala sekolah agar terlihat sopan. Ia sudah tahu kabar tentang para tamunya dan perihal apa mereka datang ke sekolahnya. 2 hari yang lalu ia meminta sahabatnya untuk membantu menyelesaikan kasus yang tengah menimpa sekolahnya, ia tak menyangka bantuan datang secepat ini.
"Selamat datang di sekolah asrama milikku, anggaplah ini rumah kalian sendiri. Namaku Juushiro Ukitake, kepala sekolah, dan ini Shiba Kaien, wakilku."
Shiba Kaien, pria yang memiliki rambut hitam tersenyum sambil memperlihatkan barisan giginya.
"Selamat datang!" sapanya riang.
"Terima kasih telah datang. Sebelum aku menjelaskan secara detil kasusnya, aku harus menunggu satu orang lagi."
"Maaf aku terlambat!" tiba-tiba pintu dibuka, seorang pria berambut mencolok masuk ke dalam ruangan dengan santainya, bahkan seakan tidak merasa bersalah karena datang terlambat. Semua orang melihatnya dengan tatapan biasa saja kecuali satu orang tentunya.
"Ah~ Kurosaki Ichigo selamat da-"
"Ichigo! Apa yang kau lakukan disini?"
"Ada apa, Pendek? Kau terkejut? Sejujurnya aku marah saat tahu bahwa kau kembali turun untuk menyelesaikan kasus."
"Tapi, bagaimana dengan-"
"Itu sudah beres! Aku sudah mengurus semuanya!"
"Bagaimana bisa?"
"Ya ampun~" desah pria pendek berambut putih yang juga berada di dalam satu ruangan.
"Well, harusnya taichou tahu kalau pertengkaran akan terjadi saat mereka berdua dipertemukan di dalam satu kasus yang sama, kita sudah pernah mengalaminya," kali ini gadis cantik berambut toska ikut berkomentar. Sebaliknya, dua anggota yang lain tidak berkomentar, salah satunya hanya memutar bola matanya bosan.
"Sudahlah Rukia, Kurosaki-san, tidak perlu berdebat lagi..."
Ichigo menggeram sembari menatap kesal wakil kepala sekolah dengan tajam, ia menggandeng tangan Rukia dan menariknya hingga ke belakang tubuhnya.
"Kau! Berani sekali kau-"
Rukia menyentak tangan Ichigo, "Ichigo! Kaien-senpai adalah mantan kakak kelasku di sekolah ini dulu, dia sudah terbiasa dengan panggilan namaku."
"Tetap saja aku tidak bisa menerimanya!"
"Ukitake-sensei, bisakah kita melanjutkan pembicaraan kita? Jangan hiraukan mereka," akhirnya Soifon angkat bicara setelah ia rasa bahwa perdebatan yang disebabkan oleh makhluk mencolok yang datang terlambat itu tidak akan ada habisnya.
"Ichigo-kun... sebenarnya aku yang meminta Shunsui agar Rukia-san diikutkan dalam kasus ini. Rukia-san pernah bersekolah disini, jadi aku yakin ia pasti sangat dibutuhkan oleh tim. Maaf bila aku melakukan kesalahan," ujar Ukitake sambil tersenyum canggung.
Ichigo mengerutkan keningnya sambil memejamkan mata, mencoba menenangkan diri dan menarik napas dalam-dalam.
"Sejujurnya aku tidak setuju, tapi baiklah! Hanya kali ini saja!"
Rukia tersenyum, "Kau bisa mengandalkanku Ichigo, kau tahu itu!"
"Baiklah sekarang biar wakilku yang menjelaskan pada kalian kronologi kasus ini."
"Kasus ini menimpa siswi kelas 1. Pada tanggal 31 Oktober sekitar 2 minggu yang lalu, Kyoko Haida ditemukan tewas sambil duduk menyandar pada tiang bendera sekolah saat adikku menuju gedung sekolah hendak membuka kunci semua ruang kelas. Teman sekamarnya, Mai Suzuki mengatakan bahwa Haida-san ingin melihat bulan sendirian dan tidak ingin diganggu. Nozomi-san yang merupakan teman sekamar sekaligus anggota keamanan kelas 1 juga memberi kesaksian yang sama. Nozomi-san sempat melarangnya keluar kamar karena jam sudah lewat waktu tidur, ia tidak mengira bahwa Haida-san malah pergi ke halaman sekolah. Sebenarnya kami menganggap kejadian ini hanya kecelakaan karena tahun-tahun sebelumnya pernah ada kejadian dimana siswi kami meninggal karena penyakit. Lagi pula tidak ada pihak keluarga yang menuntut dan parahnya lagi... hampir semua anak tidak menyadari adanya Haida-san sebagai murid kelas 1. Hanya Suzuki-san yang terus protes pada kami tentang kematian sahabatnya. Sebaliknya Nozomi-san tampak tidak peduli."
Semua terdiam mendengarkan penjelasan Kaien dengan pemikiran yang berbeda-beda.
"Lalu aku dan Ukitake-sensei menyadari ada yang aneh dengan kematian siswi kami saat 8 hari setelahnya, yakni pada tanggal 8 November, Mai Suzuki ditemukan tewas terbaring di depan pohon oak yang ada di belakang gedung sekolah. Nozomi-san yang menjadi teman sekamar satu-satunya mengaku tidak melihatnya makan malam hingga selepas jam tidur diberlakukan. Orangtua Suzuki-san datang dan mengancam akan menuntut pihak sekolah bila tidak meneliti kasus kematian putrinya, mereka beranggapan bahwa putrinya telah dibunuh. Suzuki-san adalah siswi berprestasi yang masuk sekolah ini dengan dibiayai keluarga Haida-san."
"Apa ada petunjuk khusus di tempat kejadian perkara?" tanya Hitsugaya Toushiro, pria pendek berambut putih itu.
"Adikku yang merupakan petugas kebersihan sekolah yang saat itu berjaga menemukan kesamaan saat membersihkan lokasi, yakni sebuah kartu kecil dengan gambar bintang berwarna hitam."
"Kalian menemukan keanehan dan kalian tidak curiga?" sinis Ichigo.
"Seperti keterangan sebelumnya, Haida-san dan Suzuki-san adalah sahabat dekat, kami pikir tidak heran bila mereka memiliki beberapa barang atau kesukaan yang sama," terang Kaien lagi sambil mengangkat kedua bahunya, tangan kanannya menyentuh dagu tanda ia sedang berpikir.
"Sementara itu kami meminta kalian menyelidiki kasus ini tanpa polisi. Aku takut media akan menyorot sekolah kami dan ketenangan murid terganggu bila kami memanggil polisi," ujar Ukitake.
"Serahkan pada kami! Kami akan menyelesaikan semampu kami, Ukitake-sensei!"
Ukitake tersenyum, "Bagus, Rukia-san! Oh ya, untuk meneliti kasus ini, apa kalian sudah menyiapkan penyamaran kalian dengan matang? Shunsui hanya memberiku biodata singkat kalian tanpa pembagian tugas. Kau tahu? Ada banyak sekali pembagian tugas dalam sekolah ini."
"Kami sudah memikirkannya, Ukitake-sensei. Aku dan Toushiro akan berjaga di kelas 1, Soifon dan Omaeda berada di kelas 2, berhubung ada Ichigo maka ia dan Neliel akan berjaga di kelas 3. Kami juga berjaga di asrama masing-masing, jadi nanti kami akan meminta bantuan pada kepala asrama agar menyiapkan kamar untuk kami."
"Hey, siapa yang menyuruhmu mengatur semua ini, Rukia?"
"Selain itu kami juga meminta izin untuk menjadi bagian dari anggota keamanan asrama agar kami bisa melihat hal-hal mencurigakan sesaat selepas jam tidur diberlakukan," sambung Rukia tanpa peduli protes dari Ichigo.
"Baiklah, permintaan diterima! Kalian resmi menjadi siswa dan siswi sekolah ini."
"Tunggu Ukitake-sensei! Apa jenazah korban masih ada? Bila memungkinkan aku akan absen dulu untuk memeriksa jenazah," ujar Soifon tegas.
"Masih ada di rumah sakit Seiretei, sekitar 3 kilometer dari sini. Jenazah Kyoko Haida belum diambil keluarganya dan jenazah Mai Suzuki diminta secara khusus oleh keluarganya untuk diautopsi."
"Akan lebih baik bila jenazah Kyoko Haida juga diotopsi."
"Kau benar, Toushiro! Hari ini aku akan ke rumah sakit untuk melihatnya. Omaeda, kau ikut denganku!"
"Oh aku benci rumah sakit!" gerutu Omaeda yang tetap mengekor di belakang Soifon. Pergi dari ruangan kepala sekolah untuk mencari petunjuk.
"Kalau begitu sebaiknya kita bergegas ke asrama untuk meletakkan barang di kamar yang telah disediakan lalu mencari petunjuk lain tentang kasus ini," ujar Neliel sambil melirik pada tas koper toskanya yang sangat besar.
"Sebelumnya aku minta maaf, peraturan kami melarang siswa dan siswi kami membawa ponsel selama berada disini dan akan dikembalikan ke pemiliknya menjelang liburan, jadi dengan sangat menyesal aku harus menyita ponsel kalian," ujar Kaien sambil tersenyum.
Sejujurnya Rukia sudah tahu peraturan itu dan dengan sukarela ia memberikan ponselnya, begitupula dengan Neliel dan Toushiro, sebaliknya Ichigo mendengus kesal.
"Aku benci kasus ini!"
"Oh ya kakakku adalah kepala asrama putri, ia telah memindah kamar Nozomi-san. Jadi, kamarnya yang lama sekarang kosong. Kalian bisa tanya pada teman-temannya nanti," lanjut Kaien.
"Rukia-san dan Neliel-san, untuk absen kalian..."
Rukia tersenyum pada sosok kepala sekolah yang telah lama dikenalnya itu, "Kuchiki Rukia, kau tahu benar namaku, Sensei. Kalau Neliel namanya Neliel Tu Oderschvank," dan Rukia tidak peduli dengan tatapan kesal dari Ichigo.
Ukitake tersenyum sambil mengangkat pundaknya, mulai menyandarkan punggung ringkihnya yang sedari tadi dipaksa untuk duduk dengan tegak, "Baiklah, kau yang memintanya."
^COC : BLACKSTAR^
Jam menunjukkan pukul 9 tepat saat Shiba Kuukaku mengiringi Rukia dan Neliel menuju gedung asrama yang terletak tak jauh dari gedung sekolah, sekitar 25 meter menuju barat laut gedung sekolah mengikuti jalanan kecil yang dipagari oleh pepohonan rimbun. Gedung dua lantai dengan dominan warna putih dengan gaya rumah jepang yang kental. Saat itu gedung asrama sedang sepi lantaran para penghuninya masih melakukan kegiatan belajar di sekolah.
"Aku tidak menyangka kau akan kembali ke tempat ini, Rukia. Sudah lama sekali dan kau bahkan tidak pernah mengunjungi kami."
"Ada banyak kesibukan di luar sana, Kuukaku-nee, kalau saja Kyoraku-taichou tidak mengutusku, aku tidak akan datang."
"Datang kemari berarti mengingat masa saat kau dan adikku-"
"Oh kau pernah punya hubungan khusus dengan si wakil kepala sekolah itu?" potong Neliel tiba-tiba dengan nada menyelidiknya yang menyeramkan bagi Rukia.
Rukia memutar bola matanya, "Itu dulu saat aku masih SMA."
Neliel terkikik pelan, "Ini akan menjadi berita heboh saat Ichigo mendengarnya!"
"Sebaiknya ia tidak mendengar apapun."
Kuukaku membuka pintu utama gedung asrama putri dan menampakkan ruang lobi luas berlantai kayu jati yang kuat.
"Selamat datang di asrama putri! Rukia, kau tahu benar tiap sudut tempat ini, jadi aku tidak perlu membimbingmu. Bisakah kau membantu Neliel menemukan kamarnya?"
"Tentu saja! Tempat ini tidak banyak berubah."
"Kalau begitu aku harus kembali ke kelas. Neliel, aku wali kelasmu, segeralah tiba di kelas!"
"Lalu bagaimana dengan kamar kami?" tanya Rukia saat Kuukaku sudah hampir beranjak.
"Kau di kamar kelas 1 nomor 1, temanmu yang satunya ada di kamar kelas 2 nomor 1, dan kamar Neliel ada di lantai atas, nomor 5. Apa kau tidak keberatan tidur sendirian, Neliel?"
"Tentu."
"Berbaurlah dengan yang lainnya!"
Wanita bertubuh sintal itu pergi. Rukia melihat ke sekelilingnya. Benar, tidak ada yang berubah, mungkin hanya warna catnya yang berubah. Di lobi ada kursi sofa usang senada dengan warna lantai untuk berkumpul beberapa siswa dan ada televisi yang di letakkan di atas meja kayu tak jauh dari kursi-kursi tersebut. Lurus di seberang lobi ada koridor kecil yang menuju ke tangga dan ruang makan, lalu ada 2 pintu lagi yang menghadap pintu utama untuk ruang keamanan asrama dan ruang kesehatan. Karena lobi terletak di sisi kanan gedung maka Rukia langsung berjalan ke kiri dan mendapat bagian lain dari gedung asrama, koridor kecil menuju barisan kamar yang mengelilingi sebuah taman kecil dengan kolam ikan koi. Bagi Rukia, kolam ikan koi itu memiliki kenangan tersendiri dan jelas ia masih mengingatnya. Barisan kamar itu untuk kamar kelas 1 dan kelas 2, bila masuk ke dalam lagi dan mengelilingi taman, maka akan terlihat barisan pintu kamar mandi untuk asrama putri.
"Kau langsung saja menuju lantai 2, Nel. Hanya ada 5 pintu disana dan cari kamar nomor 5, menemukannya tidak akan sulit. Kamarku ada di seberang taman, deretan kamar kelas 1. Di sebelah kiri dan kanan kita adalah kamar kelas 2. Kami kelas 1 dan 2 biasa menggelar futon untuk tidur, saat kelas 3 hal itu tidak diperlukan lagi karena sudah ada ranjang di ruang kamar kalian masing-masing. Kalau kau butuh bantuanku, kau bisa datang ke kamarku."
"Rukia, aku bukan anak kecil! Aku bisa mencarimu dengan sendirinya."
Rukia tertegun sesaat kemudian tersenyum, "Kupikir aku sudah terbiasa dengan anak kecil."
"Baiklah aku akan ke kamarku. Oh jangan lupa kau harus menemui gadis bernama Nozomi itu dan mengorek informasi darinya nanti!"
Rukia mengangguk kemudian mereka berpisah.
^COC : BLACKSTAR^
Sebaliknya, Ichigo dan Toushiro berjalan menuju gedung asrama putra, 25 meter mengarah ke timur laut dari gedung sekolah. Mereka sangat tidak beruntung karena kepala asrama mereka adalah Kurotsuchi Mayuri, guru biologi di sekolah. Hanya satu kata yang terlintas di otak mereka saat itu. Aneh!
Bangunan asrama putra terdiri dari 3 lantai, tidak seperti asrama putri yang lebih mirip rumah khas jepang, gedung asrama putra tampak lebih moderen.
"Kamar kelas 1 ada di lantai 1, kelas 2 di lantai 2, dan kelas 3 ada di lantai 3. Masing-masing kalian kuletakkan di kamar nomor 1 tiap kelas, kebetulan ada tempat kosong disana. Carilah sendiri kamar kalian, ada banyak hal yang harus kulakukan."
Kurotsuchi Mayuri pergi, Ichigo dan Toushiro hanya diam saja dan saling menatap, sejujurnya mereka tidak tahu apa-apa tentang tempat ini.
"Entah kenapa aku merasa Neliel beruntung karena Rukia bersamanya," desah Ichigo.
"Aku juga berpikir seperti itu."
"Aku benci guru itu! Apa yang harus kita lakukan sekarang? Berkeliling seperti orang bodoh dan mencari kamar kita?"
"Siapa kalian?"
Tiba-tiba seorang pemuda tinggi dengan tato 69 di wajahnya muncul dari balik pintu utama, ditangannya terdapat map dengan beberapa berkas yang tertata rapi.
"Kau siapa?" tanya Ichigo sinis sambil mengerutkan keningnya. Toushiro dengan cepat menyenggol perut Ichigo hingga ia memekik pelan.
"Maaf kami anak baru di sini. Aku Hitsugaya Toushiro dari kelas 1 dan ini Kurosaki Ichigo dari kelas 3, sebenarnya ada lagi Marechiyo Omaeda dari kelas 2 yang sayangnya masih dalam perjalanan. Pengurus asrama kalian hanya mengantar kami sampai sini tanpa menunjukkan letak ruang kamar kami, ia berkata bahwa kami mendapat masing-masing kamar nomor 1, itu saja. Bisakah kau membantu kami?"
Pemuda itu mengerjap sebentar, rupanya mencoba mencerna kata-kata Toushiro yang terlalu cepat namun terkesan datar, "Oh, Mayuri-sensei memang seperti itu. Aku Hisagi Shuhei, ketua keamanan asrama putra, kelas 3. Aku akan memberitahu ruang kamar kalian setelah itu kita ke sekolah bersama-sama," ujarnya terdengar ramah.
"Baiklah."
Hisagi Shuhei mendadak menjadi tour guide bagi dua siswa baru di asramanya. Ia menunjukkan tiap ruangan yang ada di asrama agar mereka tidak salah ruangan. Di lantai 1 terdapat lobi yang mengarah pada sisi kiri dan kanan bangunan. Sisi kiri terdapat ruang makan, ruang kesehatan, dan ruang keamanan. Mereka langsung berjalan ke sebelah kanan melewati 3 buah pintu yang memiliki jarak sekitar 3,5 meter, kamar murid kelas 1. Di ujung koridor terdapat barisan kamar mandi dan tangga menuju lantai 2.
"Hitsugaya-san, kamaru ada di lantai 1, beruntung kamarmu ada di nomor 1 karena dekat dengan pintu utama dan lobi. Di depan pintu ada nomor kamar dan nama masing-masing penghuninya."
"Baiklah kalau begitu, aku akan masuk ke dalam kamarku."
Tour dilanjut hanya berdua saja. Shuhei menunjukkan 6 pintu di lantai 2 dengan jarak lebih kecil dibanding kamar kelas 1.
"Ini untuk kelas 2. Kamar temanmu ada di dekat tangga, berisi 2 orang tiap kamar dan kebetulan sekali kamar nomor 1 hanya berisi 1 orang. Kamarmu ada di lantai 3, ayo kita ke atas!"
Mereka naik ke lantai paling atas, di sana hanya ada 4 buah pintu kamar yang berjajar dengan jarak sedikit lebih lebar dari pintu-pintu yang ada di lantai 2.
"Ini untuk kelas 3, lebih luas dan hanya berisi 2 orang di tiap kamarnya. Sepertinya paling nyaman memang kamar kelas 3 karena kamar kelas 3 memiliki ranjang untuk masing-masing penghuninya, kamar lain hanya berupa futon yang harus digelar dan dilipat kembali saat selesai digunakan. Kalau kau diberi kamar nomor 1 berarti kau akan menjadi teman sekamarku."
"Benarkah? Oh itu kabar buruk! Apa tidak ada kamar yang masih kosong?"
"Sayangnya tidak. Ayo, kita harus segera berangkat ke sekolah! Aku sudah sangat terlambat."
Saat itu juga entah kenapa suasana hati Ichigo menjadi semakin buruk, andai saja aku mendapat kamar sendiri, aku akan membawa Rukia tinggal bersamaku selama kasus ini! Gerutunya dalam hati.
To Be Continue
COC : BLACKSTAR
Publish at 4 July 2016
Hai Izumi Kagawa kembali lagi! kalau masih ada yang belum kenal, salam kenal dan selamat datang di halaman fic-ku.
Maaf karena banyak kata yang kurang tepat atau hilang soalnya aku baru aja memulai nulis lagi setelah lama gak latian, sekarang aku latih lagi biar kemampuan nulis gak hilang.. hehe
Sudah lama ngerancang fic tentang crime yang dipadu sama family, dan jadilah COC : BLACKSTAR yang amatir ini. Terinspirasi dari karakter Bleach (tentu saja), lalu dari kasus mirna yang januari lalu marak di televisi, lalu novel Agatha Christy, game yang kadang aku mainkan (Criminal Case), juga beberapa kisah lain yang aku lupa harus gimana nyebutinnya satu-satu. Kalau asramanya aku terinspirasi dari Vampire Knight (pernah nonton?) dan pengalamanku di asrama selama 6 tahun lamanya, selama di asrama aku memang gak pernah menggunakan elektronik berupa handphone, televisi, komputer, dan sejenisnya. elektronik satu-satunya yang diperbolehkan hanya setrika listrik! Di asrama juga biasanya diberlakukan jam tidur, umumnya jam tidur dimulai pukul 9 malam hingga menjelang pagi, dimana saat itu para siswi dilarang keluar dari kamarnya kecuali untuk ke kamar mandi. Ada pembagian untuk keamanan yang mengurusi keamanan asrama, lalu yang mengurusi kesehatan, yang mengurusi kebersihan, yang mengurusi dapur, dan lainnya, tapi di fic ini yang aku kasih pembagiannya hanya keamanan dan kesehatan. Dapur dan kebersihan digunakan sistem rolling (bergiliran).
Gedung sekolah aku gambarkan di tengah, 30 meter mengikuti jalur lebar ke arah utara adalah gerbang utama, 25 meter ke arah timur laut adalah gedung asrama putra, 25 meter ke barat laut adalah gedung asrama putri. Sekitar 10 meter ke arah tenggara adalah kediaman keluarga Shiba dan wisma untuk para guru (di chap depan ada keterangannya), lalu sekitar 10 meter ke barat daya adalah rumah Juushiro Ukltake berdampingan dengan rumah kecil Komamura Sajin, penjaga gerbang utama. maaf ya kalo sedikit rumit? andai bisa aku gambarkan pake gambar...
Oh COC sendiri singkatan dari Catcher of Cases (maaf kalo istilahnya gak keren, maksudku sih penangkap kasus-kasus, kalo salah ya maafkan saya, hehe) itu organisasi seperti detektif yang memecahkan kasus dan menangkap pelaku utama saja. Mereka berbeda sama sekali dengan polisi tapi masih kerjasama dengan polisi. Mereka independen. Ada beberapa orang anggotanya, tidak hanya mereka berlima (Omaeda masuk divisi khusus dibawah Soifon). Identitas mereka sangat rahasia jadi mereka terbiasa dalam penyamaran dan identik membahayakan diri. Mereka dilatih tidak menggunakan senjata apapun untuk melawan penjahat, hanya tangan kosong, dan mengikuti aturan main yang berlaku di TKP. Itu yang ada di bayangan saya tentang COC, jadi mereka bukan penggemar Clash of Clans ya.. ^^
Tenang aja! fic ini sudah finish di buku tulis sejak juni 2016 lalu, jadi gak ada alasan untuk discontinue, tapi aku masih nunggu waktu yang bener-bener luang dan bebas hambatan buat mindahin fic dari buku ke leptop trus diunggah, huft~ oh oh dan juga dukungan kalian! aku tidak ada apa-apanya dibanding dukungan dari kalian! dan buat Mou-chan, hmm... ini fic finish yang pernah aku bicarakan ke kamu, ^^
Maaf bila keteranganku terlalu panjang! kalau masih ada yang belum jelas, membingungkan, pemberian saran, bisa tinggalkan pesan di kotak review ya...
I hope there will be a next chap for me.. *hope
