"Apa kau merasa capek kalau sedang pacaran dengan sepupu Naruto itu?"

"Pastinya."

"Jadi kalau pacaran, apa pasti akan kecapaian seperti ini?"

"Benar. Tapi, walaupun capek, rasa capek itu tak akan sebesar rasa senang yang kau dapat selama kau bersamanya."


"Katanya kalau gigitannya makin merah, kalian bakal makin akrab!"

"Itu kata siapa?"

"Kata Gaara-kun! Katanya lagi… kalau sudah ada tanda merah begitu, udah nggak boleh deket-deket sama orang lain lagi. Tapi gimana cara bikin semerah kayak punya Naru? Punya Menma di Gaara-kun sama punya Gaara-kun di Menma nggak bisa semerah itu. Tadi aja udah hampir nangis gara-gara sakit waktu digigitnya lho. Makanya tadi Gaara-kun pakai spidol abis gigit Menma, biar kelihatan merah kayak punya kakaknya Gaara-kun. Keren kan?"


"Berarti…apa mulai sekarang aku bisa memperkenalkanmu ke orang lain sebagai 'pacar'?"

"Nggak, teme. Pertanyaannya, memangnya kau suka padaku, teme?"

"Suka. Sangat suka. Jadi, berarti sekarang kau akan bilang iya, kan?"

"Nggak, teme."

"Kalau begitu kapan aku bisa mendapat jawaban 'iya'?"

"Mu-mungkin di masa depan."

"Kalau begitu, itu jawaban 'iya' saat aku melamarmu kelak?"

"Kau bego, teme!"


All Grown Up
Disclaimer : Character ©Masashi Kishimoto, plot ©chiimao13
Pairing : SasuNaru, GaaMenma, ItaKyuu, slight of some other pairings, dll
Rating : T-M (no lemon)
Genre : Romance, Drama, Family, maybe Hurt/Comfort
Warning : YAOI! OOC, TYPO, AU, RANDOMNESS, GENDERBENDER
Sequel dari Menma is Plotting!
DON'T LIKE DON'T READ. Mari ciptakan fandom yang damai dimana fans saling menghargai pairing lain yang merupakan OTP dari fans lainnya dengan tidak melakukan bashing maupun flame dengan niatan buruk. Cerita dibuat dengan imajinasi liar author untuk pemenuhan hasrat terpendam, bukan untuk kepentingan komersil.


Part 1 : New beginning after 9 years

2 tahun.

Sudah 2 tahun sejak terakhir kali Itachi melihat rubah kesayangannya. Juga sudah 2 tahun Itachi sama sekali tidak menerima kabar dari Kyuubi. Terakhir kali Kyuubi pulang, ia hanya berkata kalau ia mungkin tidak akan bisa dihubungi sampai ia sendiri yang menghubungi mereka. Kyuubi sudah beberapa tahun ini memang melanglang buana sebagai petualang sekaligus peneliti hewan langka. Namun ini pertama kalinya ia putus kontak dengan Itachi dan bahkan keluarganya sendiri selama itu. Biasanya ia akan pulang setiap setengah tahun sekali. Dan pasti ada kontak. Tapi kali ini agaknya daerah yang dikunjungi Kyuubi agak terpencil sehingga menyebabkan putusnya komunikasi dengan dunia luar. Tapi kenapa selama itu?

Namun sejak akhirnya datang sepucuk surat dari Kyuubi yang menyatakan ia akan kembali dan untuk sementara menetap di kediaman Namikaze, baik keluarga Senju, Uchiha, maupun Namikaze sendiri sangatlah senang. Apartemen Kyuubi di kota ini telah dijual sejak ia mulai berpetualang, dan kediaman Namikaze-lah tujuannya ketika pulang. Kali ini. kedatangan Kyuubi akan memberikan dampak besar pada keluarga-keluarga tersebut.

Pertama, Sasuke dan Naruto jadi bisa mengadakan resepsi pernikahan. Sekaligus mendaftarkan diri jadi sebuah keluarga sendiri. Sudah 9 tahun berlalu sejak Sasuke menyatakan perasaan ke Naruto, dan sudah 8 tahun juga mereka menjadi pasangan. Beberapa tahun belakangan, makin banyak pasangan sesama jenis yang ingin benar-benar terdaftar sebagai keluarga. Dengan proses yang panjang, akhirnya pemerintah setempat melegalkan hal tersebut, membuat Naruto dan Sasuke pun merasakan dampak positif. Namun mereka tidak serta merta mendaftar. Naruto yang merasa hubungannya dengan Sasuke terjalin berkat Kyuubi juga, memutuskan untuk menunggu Kyuubi pulang sehingga ia dapat menjadi salah satu saksi hari bahagia Naruto dan Sasuke.

Kedua, dampak positif tersebut tidak akan hanya dirasakan oleh Naruto dan Sasuke. Itachi juga sudah siap. Ya, ia akan melamar Kyuubi. Tidak hanya Uchiha-Namikaze, namun jalinan juga akan terjalin kuat antara Uchiha-Senju.

Maka dari itu, ketika akhirnya sebuah taksi berhenti di depan kediaman Namikaze di tanggal yang telah tertera di surat, jantung Itachi berdetak lebih keras dari biasanya. Ia memang biasa disebut-sebut sebagai pria sempurna. Bahkan di rumah sakit tempat ia bekerja sekarang pun, ia tetaplah terkenal baik di kalangan sesama dokter, perawat, maupun di kalangan pasien. Ia tidaklah terkenal semata-mata karena ia adalah Uchiha yang notabene memegang peran penting dalam penjalanan rumah sakit tersebut, tapi karena memang ia adalah dokter yang handal dan ramah. Beberapa dokter senior pun terkadang menawarkan anak untuk dijadikan istri Itachi. Namun tentu saja, Itachi mengatakan sudah punya seseorang yang spesial. Tidak peduli berapa lama mereka harus terpisah, ia tetap akan tertuju kepada satu pemuda berambut oranye kemerahan yang sudah bertahun-tahun ini ia klaim sebagai miliknya. Namun sosok sempurna itu runtuh ketika ia berhadapan dengan Kyuubi. Detak jantung yang cepat itu menandakan betapa spesialnya Kyuubi baginya, bahkan setelah bertahun-tahun mereka saling mengenal.

Sosok yang dinantikan akhirnya muncul juga. Rambutnya tambah berwarna merah, mungkin efek sering terkena sinar mentari. Juga bertambah panjang, sudah sepunggung, namun diikat dengan agak asal. Kulitnya yang dulu putih sekarang agak bertambah coklat, menambah kemenawanannya. Wajahnya? Entah hormon apa yang memang diwariskan padanya, wajah itu pun masih saja terlihat sama seperti anak remaja yang baru saja menjadi dewasa. Hanya saja, auranya terlihat berbeda. Entah kenapa, Itachi tidak merasakan aura jahil yang dulu selalu melekat padanya. Tapi mau seperti apapun, Kyuubi tetaplah Kyuubi, Kyuubi milik Itachi.

Begitu kaki Kyuubi melangkah menuju ke halaman rumah, Itachi-lah yang langsung muncul dari balik pintu, menyambutnya. Dengan pelukan dan satu ciuman hangat tepat di bibir lembut Kyuubi.

"Kau takkan pernah tahu bagaimana aku rindu padamu, Kyuu."

Seringaian jahil disertai kalimat narsis yang biasa dilontarkan Kyuubi, entah kenapa hari ini lenyap sama sekali. Hanya ada satu senyuman tipis, dinodai guratan kesedihan yang entah kenapa malah tertangkap dengan jelas oleh mata Itachi.

"Aku kangen padamu juga, Chi."

Baru kali ini Kyuubi menanggapinya langsung dengan serius seperti ini. Apakah terjadi sesuatu dengan Kyuubi? Apakah sesuatu membuatnya sedih? Ah, tapi pastinya, dengan surprise Itachi yang satu ini, Kyuubi yang biasanya akan kembali.

Tangan Itachi merogoh sakunya. Tidak ada kotak merah yang menemani benda itu di sakunya. Benda itu juga bukan emas, karena Kyuubi lebih menyukai silver. Cincin perak dikeluarkannya dari saku dan langsung dibawa ke hadapan Kyuubi. Itachi tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk memberi hak kepemilikan yang sesungguhnya ke Kyuubi. Diambilnya tangan kiri Kyuubi.

"Kyuu, bisakah aku memasangkan cincin ini ke jari manismu?"

Mata Kyuubi membelalak.

"Menikahlah denganku."

Ia sama sekali tidak menyangka kalau ia, yang baru saja memasuki halaman rumah sepupunya setelah sekian lama, akan mendapat sebuah lamaran sebagai sambutan karena ia barusan pulang. Sejenak, Kyuubi menatap Itachi yang ternyata telah menatapnya dengan serius. Perlahan, ia meneguk ludah.

Satu hal yang tidak pernah diduga Itachi dari keanehan Kyuubi, ialah bahwa ia akan menarik tangannya dan menolak saat dilamar.

"Maaf, Chi."

Ini bukan keisengan Kyuubi kan?

"Kyuu, aku sedang serius. Jangan bilang kau ingin menakut-nakutiku dengan menolak lamaranku, lalu nanti setelah aku terpuruk, kau baru akan mengiyakannya?"

Namun bukanlah seringai jahil yang didapat Itachi. Kyuubi menggelengkan kepalanya.

"Aku serius, Chi. Aku… tidak bisa menikah denganmu."

Belum sempat Itachi menyahut dengan emosi yang bercampur-campur, beberapa kepala bermunculan dari dalam rumah disertai dengan seruan kecewa Naruto.

"Kenapa, Kyuu-nii? Kau tidak ingin bersama Itachi-nii lagi?" Ternyata para anggota keluarga yang bersangkutan telah menunggu di dalam rumah dan berencana baru akan keluar setelah lamaran Itachi diterima. Namun tampaknya mereka tidak akan bisa keluar jika harus menunggu sampai Kyuubi mengiyakan.

Kyuubi sendiri menampakkan berbagai ekspresi yang dicampur menjadi satu. Ia tidak mempermasalahkan ternyata semua ingin memberi kejutan padanya dan malah mengintip Itachi melamarnya. Masalah yang sebenarnya mungkin baru saja akan dimulai.

"Sebentar." Kyuubi berkata seraya melangkahkan kaki ke arah mobil yang mengantarnya. Namun bukannya membuka bagasi untuk mengeluarkan barang, ia membuka pintu tengah.

Yang paling mengagetkan adalah ketika ada orang lain yang keluar dari balik pintu mobil itu. Seorang perempuan, berambut hitam agak panjang. Mungkin umurnya tidak jauh dari Kyuubi dan Itachi. Tapi yang paling menarik perhatian mata-mata di sekelilingnya ialah bahwa perutnya tidaklah kempis. Perut wanita itu besar, sepertinya sedang hamil. Mungkin 6-7 bulan?

Itachi hanya terpaku di tempatnya, memandang Kyuubi dengan tatapan yang sulit diartikan ketika Kyuubi dengan lembut membantu wanita itu berjalan sampai ke depan Itachi dan keluarganya yang lain. Kyuubi mengatakan sesuatu kepada wanita itu dengan bahasa yang sama sekali tidak dapat dimengerti oleh satu pun Senju-Uchiha-Namikaze lain disana, dan wanita itu mengangguk. Ia tersenyum ramah sambil mengedarkan pandangan ke orang-orang yang menatapnya dengan heran dan terkejut itu, lalu dengan perlahan dan terbata-bata, ia memperkenalkan diri.

"Ha-ku. Is-tri Kyu-u-bi. Sa-lam ke-nal."

~konnakimochishiranakyayokatta~

Konoha Gakuen

"Kenapa kau kemarin tidak bisa dihubungi?"

Seorang pemuda berambut merah mendadak saja sudah berdiri di depan meja Menma di istirahat siang ini. Menma segera saja menoleh, menatap mata yang bersangkutan.

"Oo… Kemarin aku sedang ada di rumah Sasu-nii. Ponsel terus ada di dalam tasku, jadi aku tidak tahu kau menelepon."

"Kau kan bisa meneleponku balik, atau kirim pesan kenapa kau tidak menjawab teleponku, kan?" si pemuda merah itu berkata dengan ekspresi serius.

Menma sedikit memanyunkan bibirnya. Dengan sumpit yang ia gunakan untuk makan bekalnya, ia menusuk-nusuk pipi pemuda itu pelan.

"Kau ini kenapa, sih, Gaara?" gerutunya. "Kenapa mendadak kau datang sambil marah-marah?"

Gaara mendesah pelan. "Karena aku cemas, kukira ada apa-apa terjadi padamu." Ia menyentil dahi Menma, mengakibatkan aduhan keluar dari bibir Menma.

"Kau ini… seperti pacar yang terlalu protektif saja," keluh Menma.

Seperti?

Memang, bukan? Gaara dan Menma kan tidak terikat hubungan pacaran.

Setelah terdiam sejenak, Gaara malah mengambil sumpit yang ada di tangan Menma, lalu memakan satu karaage yang ada dalam kotak bekal Menma dengan seenaknya.

"Hei!" Protes terdengar dari bibir Menma, tapi Gaara santai saja mengunyah hasil rampasannya tersebut. Dengan enaknya, dia lalu mengembalikan sumpit itu ke tangan Menma.

"Enak. Tidak banyak minyaknya, bumbunya juga pas," ucap si pemuda rambut merah sambil mengusap sekitar bibirnya, memastikan tidak ada remahan yang tertinggal.

Dengan seketika, bibir Menma yang semula mengerucut langsung berubah menjadi senyuman lebar. "Iya kan? Walau ini kaa-san yang masak tadi pagi, tapi resep dan cara memasaknya Sasu-nii yang kasih tahu lho!"

Kunyahan tersebut terhenti, digantikan dengan suara menelan.

"Sasu-nii punya banyak resep enak, lho!" Menma berkata dengan bangga. "Bahkan tumis telur tomat pun ada resep spesialnya, jadi rasanya jauh lebih enak dari biasanya!"

Tidak ada respon dari Gaara.

"Kemarin juga, aku diajari cara membuat sup tomat yang enak. Untung kesukaan kami sama, jadi kami bisa langsung makan hasil masakannya sama-sama!" celoteh Menma dengan semangat.

Lirihan terdengar dari arah pemuda yang sejak tadi masih berdiri di depan Menma tersebut. "Sasuke-san lagi, Sasuke-san lagi…" Nada kecewa tersirat dari lirihan yang sayangnya tak terdengar jelas oleh Menma.

Pemuda berambut hitam itu hanya menatap temannya dengan heran. "Ya? Kau menyebut nama Sasu-nii kah?"

Peraih peringkat teratas di kelas Menma itu terlihat agak berbeda auranya. "Bisakah sehari saja kau tidak menyebut nama Sasuke-san?" lirihnya lagi, membuat Menma tambah heran karena suaranya tidak begitu tertangkap oleh telinga Menma. "Aku sudah…"

"Maaf!"

Lirihan Gaara terpotong oleh suara seorang pemuda. Begitu menoleh, ia mendapati seorang pemuda yang agaknya tidak asing baginya, sudah berdiri di dekat tempatnya dan Menma berbicara. Ia sedikit berjalan mendekat agar bisa lebih dekat ke keduanya.

"Maaf aku mengganggu waktu kalian sebentar."

Gaara mengenali pemuda ini sebagai Yahiko. Ia bukan teman sekelasnya dan Menma. Yahiko adalah kakak angkatan mereka yang setahun lebih senior dibanding mereka yang baru saja masuk SMA tahun ini. Tapi Gaara tidaklah satu klub atau kenal secara dekat dengannya. Ia hanya tahu kalau Yahiko termasuk salah satu senior yang mengincar teman imutnya, menurut pengakuan seorang teman di kelasnya.

"Ada apa, senpai?" tanya Menma ramah. Waktu hampir memutuskan untuk masuk klub seni, Yahiko pernah datang padanya sambil menawari Menma untuk ikut dalam klub aikido saja bersama dengannya. Namun tentu saja Menma menolak karena ia merasa ia lebih ingin masuk ke klub seni. Menghormati pilihan Menma, Yahiko malah menawarkan diri untuk menjadi model lukis jika Menma sewaktu-waktu butuh model. Sejak saat itulah, terkadang Yahiko memang terkadang mengunjungi Menma di ruang klub, maupun sewaktu istirahat.

Dan ini membuat rasa tidak suka muncul dalam diri Gaara. Maka dari itu ia terus memberi pandangan menyelidik pada seniornya itu.

"Ngg…" Yahiko menggaruk rambutnya dengan gugup, mengingatkan Menma pada sosok kakak kesayangannya yang rambutnya memang mirip Yahiko dan seringkali melakukan gerakan tersebut waktu gugup.

Tidak biasanya Yahiko yang biasa percaya diri itu gugup. "Butuh bantuanku, senpai?" Menma bertanya lagi.

Sedikit melirik Menma, Yahiko langsung menurunkan tangannya. "Baiklah. Langsung saja, ya, aku butuh bantuanmu." Yahiko berubah menjadi sedikit lebih serius. "Kemarin aku dan teman-temanku mengadakan permainan dan aku terkena batsu game. Jadi…"

Sekilas, Menma dapat melihat rona merah sedikit merekah di pipi Yahiko. "Lalu, apa hubungannya denganku?"

"Aku harus…" Yahiko memelankan suara. "…mencium orang yang kusukai, dan harus dilihat temanku sebagai saksi."

Mata Gaara membuka lebar, lebih lebar dari biasanya. Apa-apaan ini?!

Tapi kelihatannya yang bersangkutan agak tidak sadar. "Oh begitu," sahutnya sambil terkikik. "Jadi senpai ingin aku menemanimu menemui orang yang senpai sukai, dan aku akan jadi saksi kalau senpai telah menciumnya?" tanyanya. "Boleh, boleh, akan kubantu."

Kalau saja ada pengeras suara disitu, mungkin Gaara sudah akan dengan OOC-nya berteriak di kuping Menma kalau yang dimaksud Yahiko adalah bantuan yang lain.

Lihat saja ekspresi Yahiko yang seperti orang bodoh begitu mendengar sahutan Menma. Matanya terkerjap, mungkin baru menyadari betapa tidak pekanya orang yang ada di hadapannya itu. Namun ia tidak boleh gagal.

"Ngg… sebenarnya bukan itu yang kumaksud," benah Yahiko. "Kalau saksi… sudah ada temanku yang sekarang ada di pintu kelas…" Sejenak ia melirik untuk melihat ekspresi Menma, yang ternyata tetap menampakkan ekspresi heran. Yahiko akhirnya mengacak rambutnya pelan. "Urgh… Pokoknya, karena kau sudah bilang akan membantu, kau harus membantuku."

Mata bulat Menma masih saja menampakkan keheranan. "Membantu apa?"

Tapi Menma nampaknya sudah tidak butuh jawaban lain lagi. Dengan nekat dan cepat, Yahiko meraih wajah Menma dan mendekatkan wajahnya sendiri ke hadapan wajah Menma. Selama beberapa detik, akhirnya Yahiko berhasil menempelkan bibirnya ke bibir merah di hadapannya itu. Semua terjadi begitu mendadak, sampai Gaara tidak sempat bereaksi apa-apa dan hanya bisa menyaksikan dengan mata membelalak sewaktu bibir Menma dicuri oleh seniornya tersebut. Beberapa teman yang masih ada di dalam kelas pun terbengong-bengong melihat aksi terbuka Yahiko tersebut.

Akhirnya tangan Yahiko melepaskan wajah Menma yang masih menampakkan ekspresi kaget tersebut. Menma bahkan tidak sempat ikut menutup mata atau bereaksi yang lain.

"Terima kasih atas bantuanmu, Menma," ucap Yahiko sambil terus menatap langsung ke mata Menma dengan pandangan lembut. "Kuharap lain kali aku bisa mencium bibir lembutmu itu lagi," lanjutnya sebelum akhirnya pergi dengan cepat dari kelas itu. Tampaknya ia bisa merasakan adanya aura gelap di sekitar tempat duduk Menma yang tentu saja bukan berasal dari Menma yang masih terbengong.

Sementara itu, orang yang mengeluarkan aura gelap itu hanya bisa memberi pandangan horor ketika mengekori sosok Yahiko yang kemudian diberi acungan jempol oleh temannya, dan dibalas dengan senyuman malu. Gaara merasa dirinya sangat tidak berguna, bahkan tidak bisa mencegah pencurian ciuman dari Menma.

"Aku akan menghajarnya." Suara tegas akhirnya terdengar dari bibir Gaara, membuat kesadaran Menma kembali dengan sempurna. Dengan cepat ia meraih tangan Gaara, lalu menggeleng.

"Sudahlah." Menma agak khawatir. "Aku hanya membantunya. Dia tidak berbuat salah padaku, Gaara. Tidak baik menghajar orang yang tidak bersalah!"

Gaara menoleh ke arah temannya itu. "Kau tidak keberatan dicium olehnya?"

Menma menggeleng lagi. "Satu ciuman bukan berarti aku kehilangan benda kesayanganku, Gaara," ucap Menma serius. "Lagipula dulu aku sering dicium oleh Naru atau oleh Kyuu-nii, bukan?" Ya, waktu masih kecil.

Darah yang mendidih itu tetap saja tak bisa didinginkan oleh apapun yang dikatakan Menma. Malahan, kata-kata Menma membuatnya semakin mendidih. Tangan Gaara yang tidak dipegang Menma mengepal erat, menandakan betapa emosi telah menguasainya.

Tapi ingat, ia tidak boleh menunjukkannya di depan Menma.

"Baiklah." Gaara berucap, seakan kepalanya telah dingin. "Aku harus ke perpustakaan untuk mengembalikan buku."

Tangan Menma langsung melepaskannya sehingga ia bisa berjalan kembali ke mejanya sendiri dan mengambil beberapa buku. Untuk alibi.

Begitu kakinya terjejak di luar kelas, rahang Gaara langsung mengeras kembali. Kalau Menma tidak memintanya untuk tidak menanggapi Yahiko, mungkin saat ini ia sudah melayangkan satu atau dua kepalan ke wajah itu. Ia tidak peduli, mau Yahiko ketua klub aikido atau apapun, tapi orang yang telah dengan enaknya mencuri ciuman dari Menma adalah brengsek.

Tapi ia lebih kesal lagi kepada dirinya yang tidak mampu berbuat apa-apa, hanya bisa terpaku melihat kejadian itu. Ditambah lagi sakit hatinya akan ucapan Menma yang seakan berkata kalau ciuman bukanlah sesuatu yang penting. Atau ia bisa berkata seperti itu karena yang menciumnya adalah Yahiko? Apa Menma punya perasaan ke Yahiko juga?

Gaara ingin sekali berteriak atau memukul sesuatu. Ia sudah cukup terusik dengan obsesi Menma akan Sasuke. Namun apa bedanya kalau keberadaan Sasuke di hati Menma tergantikan, namun bukan olehnya tapi oleh seorang pemuda bernama Yahiko?

~konnakimochishiranakyayokatta~

Minato hanya bisa menghela napas pasrah setelah melihat berapa banyak kerjaan yang masih harus ia selesaikan hari ini. Salahkan dirinya sendiri yang menetapkan hari deadline penyerahan laporan keuangan dari bawahan-bawahannya sama dengan hari besar yang akan dialami keponakannya yang juga dijadwalkan pulang hari ini. Ia jadi tidak bisa menyaksikan bagaimana reaksi keponakannya itu ketika dilamar mendadak.

Minato sungguh ingin cepat-cepat pulang saja. Tapi bagaimana reaksi yang akan diberikan bawahannya jika mereka tahu Minato malah pulang padahal seharusnya ia memeriksa laporan keuangan mereka?

Lelaki pirang itu menyesap teh yang disediakan untuknya. Tidak bisa. Ia harus bertindak profesional. Bagaimana bawahannya akan berjuang jika atasan mereka sendiri tidak mencontohkan bentuk perjuangan berupa sikap profesional sewaktu kerja?

Lagipula, bayangkan saja berapa banyak kerjaan menantinya di malam hari kalau ia harus menuruti egonya yang besar itu. Bukankah malam hari adalah saat yang paling menyenangkan untuk mengerjai putra-putra tercintanya? Tambah lagi, rumah akan lebih ramai dengan keberadaan calon menantunya, serta keponakan sekaligus tunangan keponakannya. Jangan lupakan juga pasangan senior Uchiha dan Senju yang pastinya dengan alasan mempererat tali per-besan-an lalu ikut berkumpul di rumahnya. Pastinya akan terasa sangat menyenangkan bisa berkumpul bersama-sama seperti itu. Masa dia rela kalau waktu berharga itu terambil alih oleh pekerjaan?

Ya, tinggal sedikit lagi menahan rasa penasaran dan ego, lalu ia bisa pulang tanpa harus membawa kerjaan yang bertumpuk. Lebih baik, bukan?

Baru saja semangat Minato memuncak kembali, mendadak sekretarisnya mengetuk ruangan dan masuk dengan membawa kabar kalau ia mendapat telepon dari seseorang. Parahnya, orang itu memaksa untuk berbicara langsung dengan Minato.

Apa ini cobaan? Kenapa disaat Minato sudah dengan susah payah membangun moodnya, malah ada telepon begini? Waktu jadi terbuang dan moodnya bisa kembali berubah, kan?

Berusaha tetap terdengar sopan dan berkelas, Minato mengangkat telepon di ruangannya setelah memberitahu sang sekretaris kalau ia bersedia menerima panggilan tersebut.

Kushina sedang dengan cemas berdiri di dekat pintu kamarnya ketika mendadak telepon rumah berdering. Ia langsung mengangkatnya, tahu kalau sedang tidak ada yang bisa mengangkatnya. Saat ini situasi di rumahnya sedang kacau setelah kedatangan Kyuubi yang membawa berita mengejutkan itu. Wajah Naruto masih asem sementara Sasuke menemaninya, dan Kyuubi juga sedang tidak bisa diganggu karena sedang mengurusi Haku yang mulai menata barangnya di kamar tamu yang biasanya dipakai Kyuubi. Hashirama dan Mito, orang tua Kyuubi, sudah pergi ke tempat lain karena Hashirama mulai mengamuk dan tidak bisa dengan mudah ditenangkan. Menma masih ada di sekolah, dan Itachi tentu saja langsung pergi dari kediaman Namikaze. Entah dimana keberadaan pemuda berambut hitam panjang itu sekarang karena ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi.

Kushina sudah lega begitu mendengar suara Minato yang ternyata peneleponnya. Betapa bagusnya kalau ia bisa paling tidak menumpahkan sedikit kecemasannya kepada suaminya itu.

Tapi belum ada semenit sejak Kushina mengangkat telepon Minato, ia sudah mengejutkan Naruto dengan suaranya yang menggelegar kaget.

Naruto yang tadi masih beremosi tinggi langsung saja berlari ke arah ibunya begitu mendengar teriakannya. Bagaimanapun juga, Naruto akan merasa khawatir begitu mendengar teriakan dari Kushina. Begitu sampai di depan Kushina, ibunya itu sedang berdiri di depan telepon dengan wajah bingung. Kelihatannya suara dering telepon yang tadi didengarnya mengandung sebuah masalah baru bagi kediaman yang sedang dilanda badai ini.

"Ada apa, kaa-chan? Apa terjadi sesuatu dengan Ita-nii?" selidik Naruto dengan cepat, mengira telepon itu masih ada hubungannya dengan masalah yang baru mereka alami. Tapi Kushina hanya menggeleng dengan ragu-ragu.

"Lalu ada kabar apa, kaa-san?" Kali ini Sasuke yang bertanya. Ia sudah biasa memanggil Minato dan Kushina sebagai orang tuanya sendiri.

Dengan sedikit menelan ludah, Kushina menjawab. "Minato mengabarkan kalau Bibi Chiyo akan datang kemari karena entah dari siapa mendengar kabar tentang Naruto yang akan menikah."

"Chiyo… Chiyo…" Naruto berpikir sejenak, merasa tidak asing dengan nama itu. "Apa maksud kaa-san, nenek Chiyo yang sudah sangat lama tidak kutemui itu?" Sepertinya ia berhasil mengingatnya. Kalau tidak salah, terakhir kali Naruto bertemu dengan adik nenek dari pihak Kushina itu adalah saat ia berumur 14 tahun. Sudah lama sekali. "Bukankah ia kerabat dekat kita juga? Apa masalahnya kalau ia sampai datang kesini karena tahu aku akan menikah?" tanya Naruto dengan agak heran. Emosi tingginya sudah agak menurun karena tadi merasa cemas dengan teriakan Kushina.

"Akan ada masalah baru…" Kushina berbicara dengan kalimat menggantung. Bulir keringat mengalir di paras cantiknya.

"Masalah apa, kaa-san?" Giliran Sasuke bertanya.

"Kami sebenarnya sepakat tidak memberitahukannya apa-apa soal rencana pernikahan kalian, juga soal hubungan kalian padanya." Masih saja terasa keraguan bercampur nada cemas dari kata-kata yang diucapkan Kushina. "Bisa jadi masalah besar kalau ia sampai tahu."

"Memang ada apa dengan Nenek Chiyo?" Naruto mau tak mau merasa penasaran juga kenapa ibunya bisa sampai panik seperti tadi.

Dengan dahi masih berkerut, Kushina menatap anak sulungnya itu. "Mungkin kau belum tahu, tapi Bibi Chiyo itu paling anti dan keras terhadap hubungan sesama jenis… Ia pasti akan melakukan sesuatu terhadap rencana pernikahan kalian."

tbc...


Ehehehehehe akhirnya... sequel? Niatnya sih sequel cuman oneshot, tapi malah jadi panjang.
Tapi buat yang ngarep full of fluff, maaf, disesuaikan dengan setting waktu yang ditetapkan untuk sequelnya, sayang banget, ini sudah dibumbuin sama tema lebih rumit (?!) bukan berarti nggak ada fluff, tapi bakal lebih banyak dramanya lagi ketimbang fluffnya. Maaf kalo ngecewain ;w; Haku saya bikin jadi cewek. Ini huruf Italic semua karena ini sebenernya cuman flashback :p
Dua hal aja, beberapa waktu lalu saya nemu shipping war walau bukan di fandom ini, dan saya agak miris karena shipper pairing lain sengaja masuk fic yang memuat NOTPnya hanya untuk bashing sama mengelukan pairing kesukaannya. Memang sudah banyak sih yang beginian, tapi saya lagi-lagi dibuat nyesek karena hal seperti itu. Beruntunglah yang kena bashing bisa dewasa menyikapinya, dan tetap lanjut. She is an amazing author and I respect her so much. Jadi ayo sama-sama aja diterapkan don't like don't read. Walau kedengaran sengak, tapi memang penting buat diinget-inget. :)
Hal yang kedua, tahu kenapa belakangan saya super lama update atau balas komen? Jujur aja, bulan lalu kakek saya wafat. Saya banyak-banyak urus urusan kampus, urusan Natal, dan ditambah ada kejadian itu. Gak dipungkiri, dengan terjadinya macam-macam hal tersebut, banyak juga perubahan di real life. Waktu saya bisa ngenet nongkrongin laptop pun jadi cuman malem hari sebelum tidur. Hape saya nggak bisa diandalkan banyak, jadilah saya berasa lebih jadi procrastinator. Sungguh maaf buat hal ini, karena saya lalu minta kemakluman dari para reader yang masih setia sama fic saya. ;_; Buat yang masih mau baca fic saya, peluk jauh dari sini!

Gitu aja cuap-cuapnya, sampai jumpa di laen kesempatan! ^^

RnR? chiimao13