Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Inspiring from Kuroshitsuji by Yana Toboso
Warning: Au, crack fic, OOC, typos dan sederet kesalahan lain
Birthday fic for my onii-chan
.
.
Di sebuah tempat yang tak pernah dipublikasikan, hiduplah sesosok iblis berwajah rupawan. Uchiha Sasuke namanya. Iblis tampan ini sudah lama jadi pengangguran. Tak heran wajahnya langsung berseri-seri seperti bulan saat diberi sebuah pekerjaan.
Ia mematut-matutkan diri di hadapan sebuah cermin sebesar pintu. Memastikan tail coat-nya tidak lecek semilimeter pun. Oh, iya. Jangan lupakan satu jar gel rambut yang akan memastikan rambut belakangnya berdiri tegak ala paskibra latihan. Yeah, uno ragazzo perfecto kata orang Padang. Sungguh menyenangkan menikmati esensi dari seni bercermin.
Baiklah, sudah cukup persiapannya. Saatnya ia berangkat. Pakai limousine? Kelamaan ah. Sapu terbang? Lagi dipakai Mas Heri Potteur. Pintu kemana saja? Jangan deh. Author yang miskin ini nggak punya duit buat nyewa Doracemonk. Jadi marilah kita pakai saja jutsu karangan disclaimer Naruto. Walaupun jutsu ini bukan milik si Uchiha ini sih. Oke, sebelum fic ini semakin ngelantur, this welcome…
Teleport aja, cin…
Itulah sarana transportasi yang akan digunakan Sasuke untuk menempuh jarak Konoha-Inggris. Berkat kecepatan teleport yang luar biasa, sampailah Sang Iblis di kediaman Earl Hyuuga Hinata.
"Selamat pagi, Lady Hinata. Saya Uchiha Sasuke, ibli… ehm… butler yang ditugaskan untuk melayani Anda." Sasuke membungkuk hormat.
Hinata sedikit terperanjat. Ia memang pernah mendengar kalau ayahnya pernah membuat sebuah perjanjian dengan iblis. Saat itu sih, Hinata hanya bisa merinding disko membayangkan sosok sang iblis. Dalam bayangan Hinata, yang namanya iblis itu nggak akan jauh-jauh dari makhluk buruk rupa warna merah dengan dua tanduk di kepalanya. Oh, jangan lupakan trisula mautnya.
Hinata menatap calon butler-nya dengan pandangan takjub. Demi semua koleksi doujinshi dan fanfiksi SasuHina, Hinata yakin si iblis ini ngabisin banyak duit buat operasi plastik!
"Lady Hinata, bersediakah Anda menerima saya?" tanya Sasuke.
Ouh, coba kalimat itu direvisi sehingga menjadi, "Lady Hinata, bersediakah Anda menerima saya sebagai suami Anda. Dalam suka maupun duka, dalam sehat maupun sakit, dalam kaya ataupun mis…"
Oke, baiklah. Revisi dibatalkan mengingat author tidak mencantumkan genre drama apalagi romance di sini.
"Tentu saja," jawab Hinata menampilkan senyuman khas kaum aristokrat, "Jadi bagaimana aku harus membayarmu?"
"Anda tidak perlu menggaji saya, Lady Hinata," kata Sasuke, "Tapi jika Anda memaksa, bayarlah saya dengan cinta, Lady Hinata."
"E-eh?"
.
.
.
Hari pertama di Manor House Earl Hyuuga digunakan Sasuke untuk menghafal area Manor House beserta penghuninya. Setidaknya ada tiga orang lagi yang bekerja untuk Earl Hyuuga.
Ada Juugo, si satpam penggemar dangdut. Itu lho, aliran musik yang populer di sebuah negara yang menggugat cerai Belanda setelah berumah tangga selama 350 tahun gara-gara kasus BDSM. Bikin sesak memang kalau nonton film dokumenternya.
Oknum kedua ada Karin, si koki utama Manor House ini. Hobinya cukup bersahaja. Memasak apa saja yang berkaitan dengan pete dan jengkol lalu memaksa orang lain memakannya.
Terakhir ada Suigetsu, sang pool attendant merangkap gardener. Kecuali hobinya yang berkaitan dengan hal-hal berbau vandalisme, mungkin dialah yang bisa disebut normal.
Untung sekarang ada Sasuke. Butler ganteng yang serba bisa siap siaga melayani Lady Hinata dengan semangat pancasila dan UUD 1945!
"Lady Hinata, Anda ingin menu apa untuk makan malam?" tanya Sasuke sambil menuangkan teh ke dalam cangkir Hinata. Jam empat sore, menurut buku How To Be A Great Butler, sekarang waktunya Lady Hinata menikmati teh sore harinya dengan beberapa potong biskuit coklat atau waffle.
"Aku…"
"Pie jengkol dan cah pete saja, Lady Hinata!" teriak Karin semangat.
Wajah Sang Earl Hyuuga memucat mendengar menu makanan yang terdengar tidak serasi itu. Juugo buru-buru menyergah, "Yang benar saja. Lady Hinata yang AWESOME nggak cocok makan makanan ASEM kayak gitu. Sayur awesome saja, Lady Hinata. Pakai ikan asin dan sambal terasi enak lho."
"Sayur awesome?" Hinata terlihat berpikir.
"Sayur asem, Lady Hinata," Suigetsu mengoreksi ucapan Juugo.
Sasuke menatap dongkol pada tiga pekerja yang dengan tiba-tiba menginterupsi kebersamaannya dengan Sang Earl Hyuuga. Iyalah, sebagai iblis normal, wajar kan kalau Sasuke juga suka menikmati paras manis Lady-nya.
Sasuke menunggu hinata memberikan fatwa untuk menu makan malamnya. Ah, semoga bukan menu masakan yang diusulkan Karin.
"Baiklah, sayur asem komplit seperti yang dikatakan Juugo. Dessert-nya aku mau fruit cocktail ."
"Yes, my Lady," Sasuke membungkuk hormat.
Oh, kita tunggu saja sayur asem yang sangat awesome buatan Uchiha Sasuke.
.
.
.
Membuat sayur asem itu tak semudah menikmatinya. Tentu saja karena persediaan bahan makanan di Manor House menipis. Err… sebenarnya tidak juga sih. Sasuke hanya tidak menemukan asem di sudut mana pun dari dapur ini.
Maka dari itu, sang Butler pun memutuskan untuk pergi ke warung, pasar, supermarket atau apa saja yang menyediakan asem. Beruntung, ini di Inggris. Seandainya ini Indonesia, bisa dipastikan Sasuke akan mengunjungi pasar-pasar tradisional yang becek dimana bau sampah dan bau ikan asin tak lagi bisa dibedakan.
"Lady Hinata, apa tidak apa-apa membiarkan Sasuke pergi sendiri?" tanya Suigetsu.
"Kyaa… Sui mencemaskan Sasuke! Itu manis sekali lho. Lebih manis dari ini," Karin mengangkat doujinshi JiraOro limited edition-nya dengan semangat fujoshi yang membara. "Duh, kalau kalian jadian, siapa yang jadi uke-nya ya…"
"Tutup mulutmu, Karin! Aku masih normal, tahu! Makanya jangan kebanyakan baca doujin yang pair-nya ye-a-o-i," gerutu Suigetsu.
"Kalian bicara apa sih?" protes Juugo. Tentu saja ia merasa kasihan melihat Sang Earl Hyuuga yang sudah berpipi semerah kepiting saus Padang. "Mari, Lady Hinata. Nonton konser Dewi Bersisik featuring Juleha Peurez saja sama saya, yuk!"
WTH?
Wajah Hinata yang tadinya merah merona sekarang jadi pucat pasi. Indikator paling mudah untuk mengetahui bahwa tawaran Juugo jelas bukan sebuah solusi.
"Sa-Sasuke…" gumam Hinata.
Ah, seandainya si butler serba bisa ada di sini. Hinata kan bisa lebih berkonsentrasi menuntaskan pekerjaan-pekerjaan yang diwariskan Lord Hiashi padanya. Iyalah, selain mewariskan Manor House dan perusahaan-perusahaannya, Hiashi juga mewariskan tanggung jawab sebagai owner pada Hinata. Itu sebabnya ada Sasuke yang dikirim untuk menjaga dan membantunya.
"Sa-Sasuke…" gumam Hinata sekali lagi, "Kapan Sasuke bisa pulang, ya?"
"Yes, my Lady," entah dari mana tiba-tiba si butler berjas hitam ini sudah muncul di hadapannya. Oh, terima kasih kepada Masashi Kishimoto atas teleport pinjamannya.
"K-Kok cepet banget?" tanya Hinata.
"Saya memakai teleport, Lady Hinata," kata sasuke. Tangan kanannya memegang sebungkus asem. "Saya mendengar Lady Hinata memanggil saya."
Tepuk tangan untuk pendengaran Sasuke yang luar biasa saudara-saudara. Mantra 'panggil namaku tiga kali ' memang ampuh untuk memanggil iblis yang sudah terikat perjanjian.
"Umm… tidak apa-apa. Aku hanya… err… sudah lapar," kilah Hinata.
"Maaf telah membuat Anda menunggu. Akan saya siapkan secepatnya," kata Sasuke.
Butler serba hitam itu melangkah ke dapur. Entah apa merk gel rambutnya, tapi Hinata selalu merasa rambut belakang Sasuke itu tak pernah terlihat mengikuti gravitasi. Tau jangan-jangan ini sebuah fenomena dimana fototropisme positif tak hanya terjadi pada tumbuhan, tapi juga pada rambut manu… ehm… iblis.
Dari celah-celah pintu, Hinata bisa melihat bagaimana Sasuke memasak. Ia sedang mengulek sambal terasi sambil sesekali mengaduk panci berisi sayur asem atau membalik ikan asin yang sedang digoreng. Benar-benar butler yang kompeten.
"Lady Hinata, makanannya sudah siap," Sasuke keluar sambil membawa gueridon flambee berisi sayur asem beserta kroni-kroninya.
"Terima kasih, Sasuke," ucap Hinata. Sebuah senyuman terbentuk dari sepasang bibirnya.
"Sudah takdir saya melayani Lady Hinata," kata Sasuke.
Ia menyiapkan piring untuk Sang Earl Hyuuga, lalu menyajikan makanan buatannya pada Hinata.
"Silakan dicicipi, Lady Hinata. Semoga Anda berkenan," kata Sasuke.
"Duduklah," kata Hinata, "Temani aku makan. Tidak enak rasanya aku makan sendirian sedangkan kau hanya berdiri di situ."
"Maaf, Lady Hinata. Tapi iblis tidak makan makanan manusia." Hohoho… mengaku juga kalau dirinya iblis.
"Begitu ya," kata Hinata, "Tak apa. Duduklah. Tidak makan juga tidak apa-apa," kata Hinata. Ada raut kekecewaan yang tak mampu ditutupi sang Earl Hyuuga. Andai Sasuke bersedia, ia bisa menganalogikannya sebagai makan malam romantis dengan seorang pangeran tampan. Ah, Sasuke. Kenapa kau harus jadi iblis sih? Coba kalau kau manusia, kayaknya udah dijodihin sama Hiashi tuh.
Sasuke tak membantah. Baginya, setiap ucapan Hinata adalah perintah. Membantah perintah Hinata bukanalah hal yang patut dibanggakan oleh seorang butler. Di detik ini, Sasuke sedikit menyesali takdirnya sebagai iblis. Ah, coba dia manusia. Pastinya mereka sedang makan malam berdua sambil membicarakan hal-hal yang menarik. Seperti sebuah keluarga.
Eh? Sasuke dan Lady Hinata seperti keluarga? Suami istri kah maksudnya? Kalau manusia, mungkin sekarang Sasuke sudah blushing stadium akhir.
"Ini enak lho. Aku suka," kata Hinata. Gadis itu tersenyum pada butler hitam di depannya.
Lady Hinata… manis sekali. Kalau begini terus-terusan, sepertinya Sasuke perlu mengajukan surat resign biar status iblisnya diganti jadi manusia.
Ah, Raja Iblis. Siap-siap kehilangan iblismu yang paling tampan, ya.
.
.
Owari
.
.
Otanjoubi omedetou, onii-chan. Ini birthday fic-nya. Gomen karena nggak mencerminkan kepribadian onii-chan. Tapi semoga tetap bisa dinikmati.
Yosh. Nerazzuri datang lagi buat nengok 'kampung halaman' tercinta setelah sebelumnya asyik ber-fangirling-an di Fandom APH. Salahkan Oom Himaruya yang menciptakan chara segateng Koninkrijk der Nederlanden dan se-awesome Gilbert Beilschmidt.
Demi rambut tulipnya Netherlands, diantara sekian banyak plot bunny yang ada dalam pikiran saya, kenapa malah ide ini yang saya realisasikan pertama kali? Wew, bisa dibilang ini pelampiasan saya yang ga kunjung menemukan plot yang bagus untuk fic mystery saya.
Segala bentuk review baik berupa concrit, pujian (kalo ada), tabokan, jeweran dan semacamnya saya terima dengan senang hati.
Molto grazie
