My December

Disclaimer : Bleach bukan milik saya melainkan punya Tite Kubo sensei, saya hanya meminjam karakter-karakternya untuk kepentingan pembuatan fic ini. Setelah itu saya kembalikan ke pemilik asalnya.

WARNING! Modified canon, Maybe OOC maybe IC (nggak tahu deh saya!), multichapter, gaya bahasa amburadul, jayus, garing, abal-abal, nggak jelas, sisanya … entahlah!

Rated : T

Genre : Friendship/Family

Pairing(s) : UlquiHime (On This chapter)

Summary : Bulan Desember memiliki arti tertentu bagi masing-masing orang. Terutama, bagi mereka yang berulang tahun pada bulan Desember. Apakah mereka akan mendapatkan kesan tersendiri di hari itu?

Welcome, ini fic multichap saya yang terbaru. Humm, khusus buat para characters bleach yang ulang tahun di bulan Desember aja sih. Oke, langsung check it out aja deh! Enjoy for read!


Chapter 1 : 1 st December, Ulquiorra Schiffer

Hueco mundo adalah tempat tinggal para hollow. Baik hollow kelas rendah, hingga hollow kelas atas. Dan di tengah-tengah tempat yang selalu diliputi malam abadi dengan bulan sabit putih menggantung di langit itu, berdirilah sebuah kota yang disebut Las Noches, tempat para hollow kelas atas yang telah diubah menjadi arrancar.

Mereka—para arrancar—adalah sekelompok hollow dari golongan adjuchas ataupun vasto lorde yang diubah dan menerima kekuatan lebih melalui benda yang bernama Hougyoku. Dan mereka ada dan hidup hanya untuk satu tujuan, yaitu mematuhi apapun yang diperintahkan oleh Aizen, pencipta mereka.

Di antara para arrancar pun masih ada 10 orang arrancar yang memiliki kekuatan di atas rata-rata. Mereka biasa disebut sebagai Espada, sepuluh arrancar terpilih yang masing-masing memiliki kemampuan unik dan kekuatan melebihi para arrancar biasa. Arrancar yang diberi nomor dan sudah disumpah untuk mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk memenuhi keinginan Aizen, dan bagi mereka... perintah Aizen adalah mutlak.

Di antara para Espada itu, ada seorang Espada yang terkenal amat pendiam dan terlalu patuh pada Aizen. Dialah Ulquiorra Schiffer, sang Quatro Espada.


Keseharian Ulquiorra tak pernah jauh dari kalimat "Bergerak atas perintah Tuan Aizen", selain kata 'Sampah' yang seolah menjadi trade mark-nya dalam menyebutkan sesuatu, tidak, bukan sesuatu. Melainkan pada seseorang. Entah itu pada sesama rekan Espada, Numeros, hollow-hollow lain, ataupun pada manusia.

Manusia? Ya, dia menganggap manusia sebagai sampah. Seperti pada saat dirinya dan Yammy Riyalgo datang ke dunia manusia untuk pertama kalinya. Mulutnya hanya digunakannya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sepele Yammy tentang siapa yang mereka cari. Tentu saja Ulquiorra dengan tenangnya menambahkan kata 'sampah' di akhir kalimatnya, bila orang-orang yang ada di hadapan mereka bukanlah orang yang mereka cari.

Bahkan ketika mata hijau emeraldnya bertemu dengan mata abu-abu hangat gadis lembut itu—Orihime Inoue—dia dengan tak berperasaannya menjawab pertanyaan Yammy yang mengusulkan untuk membawa Orihime ke hadapan Aizen, karena memiliki kemampuan unik, atau tidak.

"Ya, gadis itu juga sampah..." ucapnya tak peduli.

Yammy tertawa terbahak-bahak, dan dengan pongah... dia menyerang Orihime dan Yasutora dengan sekuat tenaga. Sang Quatro tak pernah habis pikir, kenapa arrancar bodoh berotot dan tak berotak macam Yammy bisa menjadi Espada? Lelaki bodoh itu tak akan pernah menyusun strategi dalam setiap pertarungannya, semua harus selalu berdasarkan insting dan naluri bertahan hidupnya.

Tapi lagi-lagi kembali pada prinsip hidupnya, 'Semua yang kulakukan, hanya untuk Tuan Aizen'. Sehingga mau tak mau, dia harus menjalankan misi ini berdua dengan Espada paling bodoh di antara jajaran 10 Espada di bawah perintah Aizen. Misi mereka saat itu, bisa dikatakan berhasil. Meskipun Yammy pulang dalam keadaan tangan putus, tapi Ulquiorra bisa menilai besar kekuatan yang dimiliki oleh Ichigo saat itu.

Setibanya di kastil Las Noches, Ulquiorra melaporkan semua kegiatannya di dunia manusia pada Aizen. Ia mengambil mata kirinya, dan menghancurkannya menjadi serpihan.

"Silakan Anda lihat," ujarnya dingin.

Semua yang ada di ruangan itu dapat melihat apa saja yang Ulquiorra dan Yammy lakukan di dunia manusia melalui kumparan debu itu. Aizen tersenyum simpul dan menganggukkan kepalanya tanda ia menyetujui isi laporan Ulquiorra. Semua yang ada di ruangan itu pun setuju dengan apa yang dilaporkan oleh Ulquiorra, kecuali satu orang.

"Kau tidak membunuhnya?" suara orang yang bertanya pada Ulquiorra itu terdengar tidak puas dengan apa yang dilakukan oleh Sang Quatro. Ulquiorra berbalik dan mendapati Sexta Espada, Grimmjow Jeagerjaquez tengah memandangnya dengan tatapan tidak suka.

"Tuan Aizen hanya menyuruhku untuk menguji kemampuannya, bukan membunuhnya, Grimmjow..." tukas Ulquiorra dengan suara datarnya yang biasa.

Terdengar suara Grimmjow yang berdecih dan mengatakan kalau seandainya ia yang ditugaskan ke dunia manusia, dia akan membunuh semua yang ada di hadapannya tanpa ragu. Pendapat yang tidak salah bagi Sexta Espada yang memiliki aspek kematian 'kehancuran', tetapi tindakan yang akan dia ambil selanjutnya benar-benar salah. Kenapa? Karena Aizen sama sekali tidak menyuruh Grimmjow dan para fraccionnya untuk datang ke dunia manusia dan melakukan pertarungan di sana.


Hasilnya dapat ditebak kalau Grimmjow kalah dalam pertempuran itu. Tidak, bukannya kalah, tetapi dipaksa untuk mundur dari pertarungan oleh Kaname Tousen. Dan Grimmjow, meskipun ia tidak puas dengan keputusan Aizen untuk membawanya pulang secara paksa oleh Kaname... ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk menentang penciptanya itu.

Bahkan di hadapan semua Espada yang hadir saat itu, Kaname memotong tangan Grimmjow dan menghancurkannya hingga tidak tersisa dengan Haien. Grimmjow menatap penuh dendam dan kebencian pada Kaname. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap salah satu anak buah kesayangan Aizen itu, sehingga yang bisa ia lakukan hanya mengumpat dan mencaci Kaname yang telah membuatnya cacat. Serta mengutuk-ngutuk Aizen yang telah menunjuk seorang arrancar—yang bahkan kekuatannya lebih rendah daripada dirinya—Luppi Antenor, sebagai pengganti dirinya yang menduduki peringkat enam.

'Sungguh mengesalkan...' begitulah kira-kira yang dipikirkan oleh pemuda berambut biru langit itu.

Sambil menghentak-hentakkan kakinya karena kesal, Grimmjow segera berlalu dari ruang pertemuan itu. Meninggalkan rekan-rekannya sesama Espada yang masih berkumpul dengan santainya, seolah tak terjadi apa-apa di sana. Menatap penuh amarah pada arrancar sombong penggantinya, yang sebenarnya secara kekuatan lebih rendah daripada dirinya.

"Ulquiorra," panggil Aizen pada Ulquiorra yang berada tak jauh dari dirinya. "Jemput gadis itu ke mari. Jangan sampai terlihat seperti penculikan. Buatlah agar dia datang ke sini atas kemauannya sendiri," jelas Aizen panjang lebar.

"Baik, Tuan Aizen," Ulquiorra memberikan penghormatan ala butler pada Tuannya itu, dan membungkuk sekali lagi.

Merasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan, Aizen menyuruh Quatro Espada itu untuk kembali ke kamarnya. Ulquiorra memberikan penghormatan sekali lagi pada Aizen, dan meningalkan ruangan itu dengan langkahnya yang anggun. Sementara itu, Aizen tersenyum penuh arti sepeninggal Ulquiorra. Nampaknya ia memiliki rencana tersendiri pada apa yang akan dilakukan oleh Ulquiorra nanti.


Ulquiorra telah berada di depan targetnya, seorang gadis bernama Orihime Inoue. Saat itu, Espada berwajah stoic itu telah melukai dua orang shinigami yang ditugaskan untuk mengawal Orihime agar selamat melewati senkaimon.

Orihime segera bertindak. Ia segera mengerahkan kedua peri penyembuhnya untuk menyembuhkan kedua shinigami itu. Melihat kemampuan yang ditunjukkan Orihime, pemuda arrancar setinggi 169 cm itu merasa terkesan dan berkata padanya kalau saat ini Aizen telah memerintahkan pada beberapa arrancar dan Espada untuk menyerang teman-temannya.

"Tergantung pada pilihanmu, Onna. Jika kau memilih ikut denganku ke Hueco Mundo, dan mengabdi pada Tuan Aizen... maka tema-temanmu akan kulepaskan. Jika tidak, mereka semua akan kulukai," kata Ulquiorra tanpa ekspresi.

Orihime terlihat bingung dengan pilihan yang diberikan Ulquiorra. Tentu saja, karena apapun yang ia pilih... dua-duanya sama-sama merugikannya. Melihat Orihime terdiam, Ulquiorra memberikan pancingan terakhirnya. Menegaskan kalau ucapannya bukanlah sekedar main-main saja.

"Kau mengerti, Onna? Ini bukanlah negosiasi. Ini perintah."

Orihime akhirnya merubah mimik wajahnya. Dan ia menetapkan hatinya untuk memilih satu dari dua pilihan yang diajukan oleh Ulquiorra. Quatro Espada bermata emerald itu menghela nafas, dan dengan langkah yang anggun dan memukau itu ia mendekati gadis lembut bermata abu-abu itu.

"Ini terakhir kalinya aku berkata padamu..." ucapnya seraya menatap lekat-lekat gadis berambut senja yang ada di hadapannya. "Ikutlah denganku, Onna."


Orihime kini berada di dalam garganta bersama dengan pemuda dingin berwajah stoic itu, setelah sebelumnya ia menemui Ichigo dan menyampaikan salam perpisahan pada pemuda berambut orange itu. Tentu saja Orihime telah diwanti-wanti oleh Ulquiorra untuk mengenakan gelang khusus yang memiliki kekuatan bernama reimaku, selama gadis itu berada di dunia manusia.

"Kuberi waktu selama 12 jam. Dan selama itu, kau bebas melakukan apa saja. Kau boleh memberi salam perpisahan pada temanmu, tapi yang harus kau ingat adalah... hanya satu orang dan dia tak boleh mengetahui bahwa kau tengah memberikan salam perpisahan padanya. Jika kau melanggar, maka kau akan tahu akibatnya," begitulah pesan yang diberikan oleh Ulquiorra ketika Orihime kembali ke dunia manusia. Sebelum akhirnya Ulquiorra datang menjemputnya, dan membawanya ke dalam lubang gelap dan dingin ini.

Ulquiorra nampaknya memperhatikan setiap langkah yang dibuat Orihime saat berjalan di belakangnya. Memperingatinya agar berhati-hati agar gadis itu tidak terjatuh ke dalam kegelapan yang pekat itu. Orihime hanya menganggukkan kepalanya pelan. Ia tak sanggup untuk mengeluarkan suara sedikit pun, bukan karena takut. Tapi, enggan. Enggan membuka suara, karena tahu setiap perkataannya akan dibantai habis oleh pemuda arrancar berkulit pucat itu. Gadis berambut senja itu menempelkan tubuhnya erat dengan punggung Ulquiorra, memastikan kalau dirinya tak akan terjatuh dalam kegelapan pekat garganta itu.

Setelah melalui perjalanan panjang dalam sunyi itu, akhirnya mereka berdua tiba di Hueco Mundo. Tempat yang selalu diliputi malam abadi dengan bulan sabit putih sebagai penghias langit, tanpa ada taburan bintang di sana. Ulquiorra melangkahkan kakinya—beriringan dengan Orihime di belakangnya—dan tiba di depan kastil besar di tengah-tengah padang pasir putih luas yang di sekitarnya hanya terdapat pohon-pohon kuarsa dan pilar-pilar karang.

Kedua makhluk berbeda ras itu memasuki kastil Las Noches, menyusuri lorong-lorong panjang dikelilingi dinding-dinding putih di sekitarnya yang bagaikan labirin rumit itu, hingga akhirnya mereka berdua tiba di sebuah ruangan dengan pintu besar di depannya. Ulquiorra membuka pintu itu, berjalan menghampiri laki-laki yang duduk di singgasana putih di ujung ruangan itu, dan memberi penghormatan.

"Saya kembali dengan membawa Orihime Inoue, Tuan Aizen," ucapnya pelan dalam tundukan hormatnya.

"Terima kasih, Ulquiorra," kata Aizen dengan senyum tipikal di wajahnya. Mata cokelatnya berkilat aneh saat menatap ke arah Orihime yang berdiri tegang di belakang Ulquiorra. Senyum manisnya kembali terpampang di wajah lembutnya. "Selamat datang di kota kami, Las Noches. Orihime Inoue, benar?" tanya Aizen memastikan.

"I, iya, Tuan Aizen..." jawab Orihime. Ada nada gemetar dalam suaranya.

"Tak perlu gemetar seperti itu, Orihime-chan! Karena mulai sekarang... kau adalah bagian dari kami," tukas Aizen lembut. Namun tekanan reiatsunya meningkat tajam, membuat Orihime semakin berkeringat dingin dibuatnya.

Setelah Orihime terlihat agak tenang, Aizen memerintahkan pada gadis berambut senja itu untuk menyembuhkan lengan Grimmjow. Orihime menurutinya dan ia memanggil Ayame dan Shun'o.

"Soten Kisshun, aku menolaknya!"

Dan Aizen nampak puas setelah melihat hasil pekerjaan Orihime yang menakjubkan itu.


Ulquiorra mengajak Orihime untuk berkeliling di dalam lorong-lorong menyesatkan di dalam Las Noches, dan menunjukkan sebuah kamar dengan pintu besi yang kokoh di depannya. Pemuda arrancar pemilik Murcielago itu membuka pintu itu perlahan, dan mempersilakan pada Orihime yang berdiri di belakangnya untuk masuk ke dalam kamar itu.

"Mulai saat ini, ruangan ini adalah kamarmu," kata Ulquiorra.

Ia membiarkan Orihime mengedarkan permata kelabunya di ruangan itu dan memberi penilaian atas kamar itu. Kamar yang tidak terlalu besar, tapi terlihat sangat luas dengan perabotan standar. Di dalam ruangan itu hanya terdapat satu buah sofa empuk berwarna putih tulang dengan meja kecil berbentuk bulat di sebelahnya, sebuah karpet putih yang menghampar di bawah sofa, dan jendela berteralis besi yang menampakkan pemandangan luar. Pemandangan malam yang tak akan pernah berubah. Dan dari jendela itu, Orihime bsa melihat dengan jelas bulan sabit putih pucat khas Hueco Mundo.

"Tetaplah di sini dan tenanglah. Kau tak perlu khawatir," ujar Ulquiorra ketika mata emeraldnya bertemu dengan permata abu-abu milik Orihime.

Gadis pemilik Shun-Shun Rikka itu menganggukkan kepalanya pelan, dan membalikkan tubuhnya. Kini tubuh gadis itu berdiri sejajar dengan jendela berteralis besi itu. Ketika Ulquiorra hendak beranjak keluar, pemuda arrancar nomor empat itu kembali bersuara.

"Kuharap kau tidak berkeliaran di kastil ini, Onna. Karena kau bisa tersesat di dalamnya," Ulquiorra membalikkan tubuhnya, membuka pintu, dan melanjutkan ucapannya. "Kau tentu tahu, kalau lorong-lorong di kastil ini bagaikan labirin rumit yang bisa menyesatkanmu."

Setelah menutup pintu kamar itu dan menguncinya, Ulquiorra meninggalkan kamar Orihime. Membiarkan gadis itu menatap ke arah langit malam Las Noches. Mungkin juga sekalian untuk menenangkan gadis itu, agar ia terbiasa dengan suasana di kastil putih itu.


Ulquiorra datang dengan membawa sehelai gaun berwarna putih di tangannya pada keesokkan harinya. Lelaki setinggi 169 cm berwajah stoic itu membuka pintu kamar Orihime dengan membawa sarapan untuk gadis itu.

"Onna, kubawakan makanan untukmu," kata Ulquiorra pelan seraya menunjuk ke arah kereta makan yang dibawakan oleh arrancar pelayan.

Orihime membalikkan badannya, menatap dengan tidak bersemangat ke arah Ulquiorra, dan menjawab lirih. "Aku tidak lapar."

"Aku tidak bertanya kau lapar atau tidak, yang jelas kau harus selalu siap bila Tuan Aizen membutuhkanmu. Jadi sekarang makanlah!" tukas Ulquiorra tak peduli setelah menyuruh arrancar pelayan yang ada di sampingnya keluar.

"Aku tidak lapar," lagi-lagi jawaban yang sama keluar dari mulut gadis lembut itu.

"Aku katakan ini perintah. Jika aku harus menyuruhmu untuk makan sekali lagi, maka aku akan memerasnya dan menelankan paksa ke dalam kerongkonganmu!" ujar Ulquiorra dingin, tanpa meninggalkan nada datar sedikit pun dalam suaranya.

Akhirnya dengan enggan, Orihime memakan sarapannya. Ulquiorra meletakkan gaun putih yang sedari tadi dipegangnya di sofa tempat Orihime duduk. Mata emerald yang dingin itu menatap lurus ke arah Orihime.

"Setelah selesai makan, gantilah pakaianmu dengan gaun itu. Dengan demikian, kau benar-benar telah menjadi bagian dari kami," ucap Ulquiorra datar.

"Baik," jawab Orihime patuh.

Ulquiorra membalikkan badannya, bermaksud untuk meninggalkan ruangan itu selagi Orihime berganti baju. Namun ia teringat akan sesuatu hal penting yang harus disampaikannya pada saat itu juga.

"Satu lagi, Onna," ujar Ulquiorra tanpa membalikkan tubuh rampingnya. Orihime yang baru saja selesai mengenakan pakaian barunya, mendengarkannya dengan penuh minat. "Teman-temanmu telah memasuki Hueco Mundo..." Ulquiorra menghentikan perkataannya sejenak. Permata emeraldnya menatap penuh minat pada ekspresi yang ditunjukkan oleh Orihime saat itu. "Mereka datang ke mari untuk menolongmu."

Tak ada jawaban dari gadis berambut orange kecoklatan itu. Hanya kesunyian panjang yang menyeruak di antara mereka. Ulquiorra berbalik dan menatap Orihime lekat-lekat. "Kau tidak senang? Padahal mereka berusaha mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkanmu..." Ulquiorra menambahkan dengan tenangnya, meski sebenarnya ia heran kenapa gadis itu tidak terlihat senang teman-temannya datang untuk menolongnya.

Lagi-lagi hanya diam yang menjadi jawaban Orihime. Ulquiorra akhirnya menghela nafas panjang, dan membalikkan tubuhnya. "Terserah kau lah. Yang jelas, siapa pun yang berani memasuki kastil ini tanpa seizin Tuan Aizen, jangan harap bisa keluar dengan selamat. Tidak terkecuali teman-temanmu," ujar Ulquiorra tanpa emosi. Ia membuka pintu besi itu, menutupnya, da menguncinya dari luar.

Entah seperti apa ekspresi Orihime saat itu, yang jelas... saat itu dia terlihat sangat bingung dan juga terluka. Terluka batin karena tidak ingin ada yang terluka akibat pilihannya sendiri.


Ichigo dan kawan-kawan telah gagal menyusup ke kastil Aizen. Mereka kini dibawa pulang secara paksa oleh Byakuya dan Mayuri. Orihime kembali merenung di dalam kamarnya, menatap ke arah bulan sabit putih yang menggantung di langit yang ada di luar kamarnya melalui kisi-kisi jendelanya.

Namun ada yang nampak berbeda dari kebiasaan Orihime kali ini. Tangan kanannya nampak sedang memainkan sesuatu. Asyik sekali kelihatannya, sampai ia tak sadar pintu kamarnya dibuka dan lelaki arrancar yang selalu mengunjunginya itu masuk ke dalam kamarnya.

"Onna, makan malammu," ucap Ulquiorra pelan.

"Huwaaahh! Ah, Ulquiorra! Kenapa kau membuatku kaget?" tanya Orihime dengan nada tidak suka dengan kehadiran Ulquiorra yang terkesan tiba-tiba.

Ulquiorra mengerutkan alis. "Aku sudah mengetuk pintu beberapa kali, Onna. Tapi tak ada jawaban, makanya aku langsung masuk," ucap Ulquiorra memberikan alasan. Mata emeraldnya tanpa sengaja menangkap sesuatu yang aneh pada Orihime, terutama pada sesuatu yang dipegang oleh Orihime. "Apa yang kau pegang itu, Onna?" tanya Ulquiorra seraya menunjuk ke arah benda yang dipegang oleh Orihime.

Orihime tersentak kaget. Ia lupa menyimpan benda yang sedari tadi dimainkannya ke balik sofa, tapi untuk menyimpannya sekarang pun percuma... karena Ulquiorra telah melihatnya dengan jelas. Akhirnya mau tak mau, Orihime terpaksa menunjukkannya pada arrancar bermata emerald indah yang berwajah stoic itu. "Etoo, ini snow dome. Hadiah ulang tahun dari kakakku ketika aku berumur 8 tahun," ujar Orihime pelan.

Ulquiorra mengerutkan alis lagi, nampak keheranan sekaligus tertarik. "Snow dome?" ulangnya penasaran.

"Iya, ini miniatur rumah atau pemandangan apapun dalam kubah kaca. Bila kau goyang-goyangkan kubah ini, maka titik-titik salju dalam snow dome ini akan turun perlahan-lahan. Bagus, kan?" jelas Orihime dengan lugas dan lancar. Nada riangnya kembali, seolah ketakutan dan kesedihannya beberapa saat yang lalu menguap tanpa bekas.

Ulquiorra nampak terpana dengan ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Orihime saat ini padanya. Tadinya ia ingin mengatakan, kalau benda yang sedang dipegang oleh Orihime itu tak lebih dari sampah. Tapi, ia mengurungkan niatnya itu. Karena ia tahu kalau ia sampai mengucapkan itu, maka kegembiraan Orihime akan lenyap seketika, dan kembali larut dalam kesedihannya.

"Ulquiorra?" panggilan halus Orihime membuat Ulquiorra merandek dan refleks menatap ke arah permata kelabu Orihime.

"Apa, Onna?" tanya Ulquiorra. Ia heran kenapa wanita yang ada di hadapannya itu kini menatapnya lekat-lekat? Dan senyum itu... ah, mendadak Ulquiorra merasakan sensasi aneh pada lubang hollownya. Tak pernah ia merasakan itu sebelumnya. Mungkin terlalu banyak bergaul dengan wanita itu telah membuat dirinya berubah sedikit.

"Kapan ulang tahunmu?" Orihime menjawab pertanyaan Ulquiorra dengan pertanyaan lagi.

Ulquiorra terhenyak. Pertanyaan macam apa itu? Ia tak pernah memikirkan kapan ia dilahirkan, atau kapan ia diciptakan di dunia ataupun di Hueco Mundo. Yang ia pikirkan selalu mematuhi apapun yang Aizen intruksikan padanya. Selain itu? Ia menganggapnya sebagai 'sampah', tentu.

"Bicara apa kau, Onna? Aku tidak pernah ingat kapan ulang tahunku!" jawab Ulquiorra dingin.

"Kau pasti pernah merayakannya, kan? Tak mungkin kau lupa kapan ulang tahunmu," tukas Orihime, masih dengan senyum lembut di bibirnya.

Ulquiorra membuang nafas cepat. Dia membalikkan tubuhnya, dan berujar sebelum meninggalkan ruangan itu. "Perbincangan tidak berguna," Ulquiorra menghentikan langkahnya sejenak sebelum menoleh ke arah Orihime dan berkata. "Sebaiknya kau habiskan saja makan malammu, Onna. Satu jam lagi aku akan datang mengambil piringmu."

Setelah berkata demikian, Ulquiorra melenggang keluar dari kamar putih itu. Sementara itu, Orihime hanya melanjutkan makanannya sambil tersenyum-senyum penuh arti. Ia tahu sekali kalau Ulquiorra barusan menampakkan ekspresi tak suka. Yah, setidaknya lelaki arrancar itu tak lagi terlihat seperti robot yang tak memiliki perasaan dan ekspresi.


Ulquiorra menutup pintu kamarnya cepat-cepat. Sensasi aneh kembali merayap di lubang hollownya. Apa ini? Tak pernah ia merasakan yang seperti ini. Sensasi yang merayap di lubang hollownya rasanya... Hangat. Tak pernah sebelumnya ia merasakan yang seperti itu.

Ulquiorra menarik nafas dalam-dalam. 'Tenang, Ulquiorra Schiffer. Kau tidak boleh berpikiran macam-macam ataupun terpengaruh dengan omongan gadis itu! Kau harus tetap pada prinsipmu, tetap bergerak sesuai perintah Tuan Aizen,' Ulquiorra berusaha menasihati dirinya sendiri. Mengingatkan kalau dirinya ada untuk Orihime atas perintas Aizen, dan ia tak boleh memilik perasaan khusus pada tawanannya itu.

Dan Ulquiorra, diam-diam melirik ke jendela di sudut kamarnya. Menatap langit malam yang tak pernah berubah. Harus Ulquiorra akui, kalau ia begitu ingin melihat serpihan salju turun di Hueco Mundo ini. Tapi itu tidaklah mungkin, karena yang ada di tempat itu hanyalah badai pasir. Dan suasana di sana tak akan pernah berubah. Musim pun tak akan pernah berganti. Tak ada musim panas di sana, juga... tak akan ada musim dingin di tempatnya tinggal saat ini.

Kenapa salju? Karena salju bermakna sesuatu yang hancur. Musnah. Mengubur segala macam mimpi, dan juga perasaan. Salju diibaratkan seperti dirinya. Kosong. Dingin. Lembut, namun mematikan. Ia begitu mengagumi salju, dan tak pernah ingat kapan terakhir kali ia melihatnya di dunia fana. Dan kini ia hanya bisa terpekur di kamarnya yang sepi itu, berusaha mengenyahkan berbagai macam pikiran-pikiran aneh yang mulai merasukinya. Sayangnya, ia tidak berhasil. Ia begitu ingin melihat salju sekali lagi. Tapi, bagaimana?

Ia teringat kembali pada snow dome yang dimainkan oleh Orihime beberapa saat yang lalu. Haruskah ia meminjamnya pada gadis itu? 'Oh, yang benar saja! Gadis itu akan menertawakanku habis-habisan sebelum aku berhasil meminjamnya! Ini pasti gara-gara gadis itu bertanya tentang tanggal ulang tahunku!' pikiran logis Ulquiorra berteriak membisikinya.

Ulquiorra menarik nafas dalam-dalam. Mencoba untuk menenangkan dirinya. Teringat akan janjinya untuk kembali mengambil piring di kamar Orihime sejam kemudian. Dirinya merasa lebih tenang ketika melangkahkan kakinya menuju kamar gadis lembut berambut orange itu.


Tak biasa-biasanya Aizen memanggil Orihime secara khusus pagi itu. Pikiran itulah yang hinggap di kepala Orihime saat Ulquiorra bertandang ke kamarnya pagi tu dan menyuruhnya untuk bersiap.

Tapi, terlintas ide bagus di kepala Orihime. Bukankah ia bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya pada Aizen tentang ulang tahun Quatro Espada itu? Sepanjang perjalanan menuju pemilik kastil Las Noches itu, Orihime tersenyum-senyum sendiri. Tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Ulquiorra, jika ia tahu tanggal ulang tahunnya.

"Onna, kita sudah sampai di ruangan pribadi Tuan Aizen," suara datar Ulquiorra membuyarkan lamunan indah Orihime.

"Oh, i, iya!" jawab Orihime gugup. Dia segera mengikuti Ulquiorra masuk ke dalam ruangan oval itu.

"Tuan Aizen, saya membawa Orihime Inoue ke mari," ucap Ulquiorra seraya membungkuk hormat dan meletakkan satu tangan di dadanya.

"Terima kasih, Ulquiorra. Kau bisa meningalkan kami berdua, sekarang..." ujar Aizen tetap dengan senyum manis terpampang di wajahnya.

Setelah menghaturkan hormat pada junjungannya itu, Quatro Espada itu segera berlalu dari tempat itu. Mata coklat Aizen kini terarah pada Orihime yang sedang berdiri di hadapannya.

"Jadi," Aizen memulai percakapan. "Apakah kau merasa betah tinggal di Las Noches ini sekarang, Orihime?" tanyanya lembut. Suara itu begitu halus dan terdengar cukup... elegan. Ya, dia terlihat seperti seorang yang perlente dan sopan dengan gerak-gerik yang begitu anggun dan sopan. Tak ada sedikit pun potongan sangar layaknya penjahat yang melekat di tubuh pria berambut coklat itu.

"Iya, saya merasa betah di sini, Tuan Aizen..." jawab Orihime mantap.

"Kulihat kau sangat bahagia hari ini, apakah ada sesuatu yang membuatmu senang?" tanya Aizen lagi.

Orihime menjelaskan semuanya. Betapa ia senang berada di kastil suram itu, betapa ia senang melihat penjaganya tak lagi hanya menampakkan ekspresi datar di hadapannya, dan betapa senangnya ia seandainya ia tahu tanggal ulang tahun Ulquiorra.

Aizen paham dengan keinginan Orihime. "Jadi, apa yang kau inginkan setelah tahu ulang tahunnya Espadaku yang satu itu?" tanya Aizen lagi. Kali ini raut wajahnya terlihat sedikit penasaran.

"Saya ingin memberikan sesuatu padanya, Tuan Aizen. Dan saya harap, Anda mau mengabulkan permintaan saya itu," jawab Orihime penuh harap.

Aizen tersenyum lagi. Dia menyebutkan sebuah tanggal, dan Orihime mengingatnya dengan baik. Dan Orihime meminta izin pada Aizen untuk pergi ke dunia manusia pada saat itu. Aizen langsung menyetujuinya.

Shinigami berambut coklat ini kemudian memanggil Gin dan membisikkan sesuatu di telinganya. Gin menganggukkan kepalanya tanda paham.

"Ayo, Orihime-chan," ajak Gin seraya mengulurkan tangan kurusnya pada Orihime.

Orihime agak ragu dengan ajakan Gin, namun ia memutuskan untuk menurut. Nampaknya baik Orihime dan Aizen memiliki rencana tersendiri pada arrancar nomor empat itu.


Hari ini, Ulquiorra benar-benar tak habis pikir. Kenapa dia harus ke dunia manusia saat ini? Dan lagi, kenapa harus bersama Orihime? Ingin rasanya ia menolak ketika Orihime mengajaknya ke dunia manusia yang dinilainya penuh dengan sampah itu, tapi mengingat yang menyuruhnya adalah Aizen... ia tak bisa berkata apa-apa untuk menolak.

Garganta terbuka di dunia manusia. Ulquiorra keluar dari lubang hitam itu pertama kali, dan terpana dengan apa yang ada di hadapannya saat ini. Salju, tapi kenapa ia dibawa ke sini? Mata emeraldnya segera di arahkan kepada pemilik iris abu-abu yang berdiri di belakanganya, Orihime Inoue.

"Onna, jelaskan padaku... apa yang membuatmu membawaku ke sini hari ini?" tanya Ulquiorra penasaran. Meski poker face masing terpasang di wajahnya, tetap saja Orihime dapat merasakan adanya keheranan pada diri Quatro Espada itu.

"Hari ini kan hari ulang tahunmu, Ulquiorra! Tanggal satu Desember, kan? Dan aku ingin mengajakmu untuk bergembira. Bukankah kau sangat menyukai salju?" jawab Orihime dengan senyum manis terpampang di bibirnya yang ranum.

NYUT! Otak Ulquiorra terasa macet seketika. Orihime, tahu tanggal ulang tahunnya? Tapi, darimana... Ah, sudahlah! Itu tidak penting.

Ulquiorra menjulurkan tangan pucatnya, menadahkan salju yang turun dengan derasnya pagi itu dengan kedua tangannya. Lembut. Masih sama seperti salju yang pernah ia pegang saat ia masih jadi manusia dulu. Entah berapa banyak mimpi yang ia lupakan setelah menjadi hollow, dan juga entah sudah berapa lama dirinya kosong. Dan kini... semua sensasi yang pernah ia rasakan dulu seolah kembali lagi.

Orihime tersenyum kecil melihat ekspresi lembut Sang Quatro Espada, dan dia melemparkan sebutir bola salju yang sudah disiapkannya ketika tiba di tempat itu pada pemuda stoic itu.

"Hentikan! Apa yang kau lakukan, Onna?" tanya Ulquiorra tak mengerti, dia berusaha menghindar dari serangan bola salju itu sebisanya. Meski terkadang ada beberapa bola salju yang nyasar ke kepalanya.

"Perang salju! Ayo, Ulquiorra juga main!" jawab Orihime riang.

"Hentikan! Kita ke sini bukan untuk melakukan hal-hal seperti ini!" tukas Ulquiorra tak suka. Gelombang reiatsunya sedikit menaik, nampaknya ia agak marah dengan sikap Orihime saat ini.

Melihat Ulquiorra yang nampaknya sedang marah, Orihime menghentikan aksinya. Ia menghampiri pemuda itu dan menatap lekat-lekat ke arah iris hijau zamrud Ulquiorra. "Kau tidak suka?" tanya Orihime dengan wajah sendu.

"Aku bukanya tak suka," Ulquiorra memalingkan wajahnya. "Aku hanya tak ingin melakukan apa yang tak ingin kulakukan. Aku ingin kembali ke Las Noches. Menjalankan semua yang diperintahkan oleh Tuan Aizen. Karena, hidupku kupersembahkan hanya untuk ambisi Tuan Aizen," ucap Ulquiorra datar.

Orihime mengernyitkan alis. Tak mengerti dengan jalan pikiran pemuda arrancar di hadapannya itu. "Apakah kau tidak pernah merasakan kegembiraan sedikit pun di hari ulang tahunmu?" tanya Orihime heran.

Ulquiorra hanya terdiam. Jujur, ia tak pernah merayakan ulang tahunnya sama sekali. Wajarlah, jika ia tak mengerti tentang 'pentingnya hari tersebut bagi yang merayakan ultah'. Melihat Ulquiorra terdiam, Orihime langsung menarik tangan pemuda itu.

"Ayo!" ajak Orihime.

"Kita mau ke mana?" tanya Ulquiorra polos.

"Ke mana saja! Kita akan bersenang-senang hari ini!" jawab Orihime riang.

"Kenapa kau melakukan semua ini untukku? Bukankah itu semua tak ada artinya bagimu? Tapi kena—"

"Karena aku ingin melihat Ulquiorra tersenyum," ujar Orihime memangkas perkataan Ulquiorra. Mata hijau zamrud Ulquiorra membulat sempurna, tak mengerti dengan maksud Orihime. Orihime lalu menambahkan, tetap dengan ekspresi riang di wajahnya. "Jika kita sedang berulang tahun, maka kita akan bergembira karena usia kita bertambah. Meski sebenarnya itu menandakan semakin berkurangnya masa hidup kita di dunia. Tapi, pada saat ulang tahun... kita bisa mengajukan permohonan. Yaahh, aku pernah memohon sesuatu, kok! Dan pada kenyataanya, permohonanku terkabul!"

"Kau memohon apa?" tanya Ulquiorra.

"Rahasia," jawab Orihime pendek sambil mengedipkan matanya jenaka.

Ulquiorra menghela nafas. 'Perempuan ini...' batinnya jengkel.

Orihime tersenyum manis, ia menarik tangan Ulquiorra. Ulquiorra... yang tadinya merasa terganggu oleh ulah Orihime, kini terlihat mulai menyukainya. Ia bersyukur telah dibawa ke dunia manusia saat ini oleh Orihime. Dan Ulquiorra memohon dalam hati.

'Semoga aku bisa tetap bersama Orihime selamanya, walau maut menjemputku sekalipun. Aku ingin tetap bersamanya...'

Dan hari itu... menjadi hari yang terindah bagi Ulquiorra Schiffer. Hari di mana dia merayakan ulang tahunnya bersama wanita yang paling ia sayangi.

FIN

Omake :

Tak jauh dari tempat itu, Gin bersama dengan Aizen sibuk mengintai semua kegiatan yang dilakukan oleh Ulquiorra dan Orihime.

"Ara? Tak kusangka Espada yang biasanya diam seperti anak kucing itu bisa memasang ekspresi seperti anak kecil," Gin berkomentar.

Aizen mendesah pelan. "Nampaknya, peristiwa langka ini patut kita jadikan film dan kita sebarkan ke seluruh penjuru Las Noches. Pasti akan lebih menyenangkan."

Gin menyambutnya dengan senyum misterius. "Aku setuju dengan pendapatmu, Aizen-taichou."

Tanpa mereka berempat sadari... sebenarnya semua Espada tengah menonton mereka saat itu di tempat yang agak jauh dari tempat Aizen-Gin dan Ulquiorra-Orihime. Dan mereka semua tergelak-gelak setan melihat Ulquiorra yang biasanya memasang poker face kini menjadi super cute seperti anak kucing. Dan juga menertawakan rencana Aizen yang terlihat seperti... tukang ngintil yang super kere sampai berniat memvideokan adegan romantis UlquiHime.

**To Be Continued**

Anne : Fyuuhh, akhirnya saya bisa publish nie cerita juga. (nyeka keringat di dahi) Maafkan saya kalau agak gaje dan sulit dimengerti. Saya sudah berusaha keras untuk membuat ceritanya se-canon mungkin. Saya harap para readers suka dengan cerita ini. (ngebungkuk hormat) Hehehe, saya membuat fic ini sambil mendengar lagu Linkin Park yang judulnya My December, lho! Imajinasi langsung lancar kayak air deh!

Toushirou : (stress kuadrat) Your Black Wings belum selesai, The Cursed Soul baru dimulai, sekarang kamu publish fic baru lagiiiii?

Anne : Kenapa? Nggak boleh, un? (Deidara mode : on)

Toushirou : (sigh hard) Hhhh, bukannya nggak boleh sih. Tapi, kan kasihan para penggemar yang menunggu update fic-fic mu itu.

Anne : (sigh) Iya, juga sih.

Grimmjow : (tampang BT) Oi, Anne! Gue nggak terima! Kenapa si Emospada yang pertama dimunculin di fic ini?

Anne : (sigh) Mau bagaimana lagi? Kan Ulquiorra yang ulang tahunnya paling awal di bulan Desember.

Grimmjow : (berdecak kesal)

Byakuya : Ok, readers. Terima kasih sudah mau mampir ke fic milik Anne-san yang nggak seberapa ini. Maafkan author bila ada kesalahan dalam pembuatan fic ini. Aku harap kalian semua mau memberi masukan pada author kita tercinta kita (?). Jadi tolong berikan REVIEW sebanyak-banyaknya untuk menyemangati author.

Anne : Maafkan saya dan karya saya yang abal bin gaje ini ya, Readers. Saya ingin tahu apa fic yang ini harus dilanjutkan atau tidak. So, please review if don't mind. Review anda adalah jawaban bagi saya.

Toushirou : Baiklah para Readers! Terima kasih anda semua sudah mau membaca fic ini. Tapi saya tetap menyarankan anda untuk ... REVIEW dan TEKAN TOMBOL BIRU DI BAWAH DENGAN SEMANGAT!