This is my first fanfiction. Mudah-mudahan kalian suka, tapi, aku masih menantikan review kalian jadi aku bisa dapet feedback. Beritahu kesan-kesan kalian tentang cerita ini ya…
SURPRISE NEWS?!
A one bright morning in Konoha, Hyuuga's residence…
GBURAK!
"Nee-chaaan!! Mbok ya liat-liat gituh kalo jalan!" Hanabi menjerit ketika Hinata yang sedang terburu-buru berlari menabrak dirinya.
"Aduh, gomen, ya… lagi buru-buru ni… nee-chan udah telat ke sekolah. Maaf ya, Hanabi," Hinata minta maaf dan langsung melesat ke pintu depan tanpa banyak ba-bi-bu lagi.
Nee-chan itu kebiasaan deh. Bangunnya susah. Jadi tiap pagi telat ke sekolah. Hanabi gak akan jadi kayak gitu kalo udah masuk SMA… batin Hanabi sambil ngeloyor pergi.
Back to Hinata, dia masih pontang-panting ngejar waktu. Di depan gerbang rumah, ayahnya dan kakak sepupunya Neji tampak sedang berbicara. Neji memang sudah biasa berangkat bersama dengan Hinata.
"Ah, ini dia anaknya baru muncul sekarang. Hinata kau telat sekali," Ayahnya memarahi.
"Gomen, Tou-san…" lirih Hinata. Neji hanya menatapnya datar. "Ya sudah, ayo kita berangkat Neji-nii-san?"
Neji mengangguk. Sebelum pergi, ayahnya sempat bercakap-cakap sebentar pada Neji. "Jadi itu benar? Kamu tidak salah dengar kan? Kuharap itu bukan sekedar omong kosong."
Neji mengangguk kecil dan berkata yakin, "Benar Oji-sama. Beliau sendiri yang mengatakannya padaku. Oji-sama tenang saja."
Ayahnya tersenyum puas kemudian berkata, "Nah, belajar yang benar ya. Terutama kamu, Hinata."
--
Di perjalanan ke sekolah…
"Hei, Neji-nii-san,"
"Ya?"
"Yang tadi nii-san omongkan dengan ayah itu apa sih? Aku boleh tahu, ndak?" tanya Hinata sambil berjalan di samping Neji.
Neji tidak langsung menjawab. Ia tetap berjalan sambil menatap lurus ke depan. Kemudian dia berkata, "Hari ini juga akan tahu."
"Eh? Tahu apa?"
Neji tersenyum jahil. "Aaaada deh! Biar tahu sendiri saja." Kemudian dia berlari untuk menghindari pukulan maut Hinata.
--
SMU Konoha. Tempat yang tepat bagi para shinobi yang sedang haus-hausnya menuntut ilmu ninja. Semua calon shinobi memulai dari sini. Dibangun oleh Hokage kedua dan telah meluluskan banyak ninja hebat. Termasuk di dalamnya tiga Sannin legendaris. Si mesum Jiraiya, nenek galak Tsunade dan si psycho Orochimaru .
Tapi setelah masuk SMU Konoha ini tidak boleh santai. Berbagai pelajaran sulit telah menanti. Pelajaran medis untuk menjadi ninja pengobatan, teori-teori mengenai stratregi menyamar untuk menjadi ninja mata-mata, cara-cara menggunakan berbagai ninjutsu, dan banyak lagi. SMU ini dikepalai oleh, tentu saja, Hokage-sama itu sendiri. Tapi ternyata Hokagenya lagi mumet tujuh keliling.
--
Bel masuk sudah berbunyi cempreng. Hinata duduk di bangkunya sambil membaca buku "Teori Penyamaran Tingkat Menengah". Tapi dia sulit untuk berkonsentrasi. Gimana enggak? Kelasnya ribut sekali. Karena Kakashi-sensei belum datang jadilah semuanya masih heboh. Tiba-tiba Hinata iri dengan Neji yang masuk kelas percepatan(di Konoha juga ada akselnya lowh…). Kelas percepatan itu semua muridnya tenang dan adem ayem. Kondusif sekali untuk belajar.
Gak seperti kelasnya ini. Liat saja, sekarang anak laki-lakinya sedang asyik bermain bola di dalam kelas(don't try this at class. It's noisy!). Dan sisanya yang tidak main bola sedang berteriak-teriak menyemangati para pemain "amatir" itu.
"Ambil bolanya, Kiba!"
"Ah, awas Lee!"
"Eeeh, awas, belakang!"
"Yeeeeiiii!!"
"Chouji! Ngalangin nih!"
Berisiknya…
"Hina-chan," panggil seseorang. Ternyata Sakura dan Ino.
"Hai?"
"Berisik sekali ya mereka itu?" Kata Ino kesal sambil duduk di depan Hinata.
"Norak lagi main bolanya. Gak jago saja sok," tambah Sakura sambil manyun.
Hinata hanya tersenyum menyetujui. Kedua temannya ini ternyata sehati dengannya. Ketiga anak perempuan itu kemudian memulai ritual yang biasanya(Cuma ngegossip kok, jangan mikir yang engga-engga). Sampai akhirnya sampai pada topic khas anak perempuan kalo ngegossip, cowok gebetan.
"Sai memberitahukan hal bagus padaku kemarin! Berkat nilainya dalam ninjutsu lukisan, dia dapet rekomendasi jadi jounin," puji Ino menggebu-gebu.
"Senangnya… Sasuke terlalu sibuk di aksel sih… kami hanya sempat berkencan seminggu sekali bahkan bisa dua minggu sekali baru jalan bareng…" Sakura menghela nafasnya.
"Sakura, kamu itu harus mendukung pacarmu! Sasuke itu rentan kena stress kalo di aksel. Ngerti?"
"Nah, Hinata, Kamu sendiri?" tiba-tiba Ino dan Sakura menyerang Hinata.
"E-eh? A-apanya?"
"Gimana sama narutooo??"
"Ummmh… aku…"
Belum sempat Hinata menjawab, Kakashi-sensei sudah masuk. "Heeeiii!! Ayo cepat duduk di tempat kalian masing-masing atau aku akan memberikan "Derita 1000 Tahun" andalanku!"
Semua murid yang masih ingin bokongnya tanpa cacat langsung melesat dan duduk di bangkunya masing-masing.
"Maaf, ya, sensei terlambat datang. Tadi Hokage-sama memanggil para guru untuk rapat. Dan ternyata lama juga berlangsungnya," Kata Kakashi-sensei sambil menyiapkan absen kelas. Kelas langsung heboh.
Tidak biasanya Hokage-sama memanggil para guru. Ini biasanya berarti masalah yang gawat dan mengancam Konoha. Kakashi-sensei yang sudah sadar gelagat para muridnya yang panik langsung berusaha menenangkan,
"Hei, tenang… hanya rapat biasa tentang ujian untuk Kelas Tingkat Akhir saja kok… kalian tidak usah panik dan heboh begitu."
Semua tenang. Memang sebentar lagi akan ada ujian terakhir bagi para senpai mereka di Kelas Tingkat Akhir. Tapi masih ada beberapa yang belum teryakinkan biarpun mereka hanya diam saja.
Kakashi-sensei tahu itu. Tapi yang sebenarnya hanya akan diketahui oleh dua orang muridnya saja. Dan itu nanti setelah selesai sekolah.
"Nah, sekarang buka bab 4 tentang Penyamaran dengan Median Air…"
--
Bel pulang telah berbunyi. Semua pelajaran telah selesai. Murid-murid berhamburan pergi keluar. Hinata pun begitu. Tapi dilihatnya dengan ekor matanya, Kurenai-sensei menghampiri Naruto dan mengatakan sesuatu. Naruto terlihat kaget sekali, tapi kemudian pergi keluar kelas dengan langkah gontai sambil melirik Hinata sekali. Ada apa ya?
Kemudian Kurenai-sensei mendekatinya. Lho, lho? Ada apa ya? Kok aku juga disamperin?
"Hinata, kamu dipanggil oleh Hokage-sama," kata Kurenai-sensei.
"Eh? Saya telah berbuat salah ya sensei?"
"Tidak kok. Hokage-sama ingin membicarakan sesuatu denganmu dan Naruto."
"Naruto-kun juga?"
Kurenai-sensei mengangguk dan pergi. Hinata juga langsung keluar kelas menuju ruangan Hokage. Tapi masalahnya, dia gak tahu dimana ruangannya karena dia belum pernah ke sana.
"Lewat sini, bareng denganku saja," Kata sebuah suara mengejutkan. Ternyata Naruto. Anak itu langsung berjalan cepat ke ruangan Hokage. Apa dia tadi nungguin aku ya?
Hinata langsung buru-buru mengikutinya takut ketinggalan jejak. Biarpun, jelas, Hinata sedikit menjaga jarak di samping Naruto karena gugup.
Hinata tidak banyak bicara, takut salah ngomong saking tegangnya. Tiba-tiba dapat kesempatan berjalan berdua saja dengan orang yang dikagumi, bagaimana tidak tegang?
Hinata memperhatikan orang disebelahnya. Seperti biasanya, rambut Naruto selalu tampak seperti tidak pernah disisir. Tapi Hinata menyukainya. Wah, sepertinya Naruto-kun tambah tinggi ya?, pikir Hinata.
"Hei," panggil Naruto tiba-tiba. Hinata yang terkejut langsung memalingkan wajah, takut ketahuan kalo tadi dia ngeliatin Naruto.
"I-iya, kenapa Naruto-kun?"
"Akhir-akhir ini aku buat masalah lagi tidak sih? Kok tiba-tiba nenek tua itu memanggilku ya?"
"A-aku pikir, Naruto-kun beberapa minggu ini tidak ribut dan bolos pelajaran lagi kok. Jadi aku juga sama tidak tahunya dengan Naruto-kun…"
"Hmm, kupikir juga begitu. Nah kamu, Hinata? Kenapa tiba-tiba dipanggil si Tsunade?"
"A-aku juga kurang begitu tahu, Naruto-kun. Nanti juga kita akan tahu kan di ruangan Hokage?"
"Ah iya, kamu benar"
--
Ternyata, di ruangan Hokage, tidak hanya ada sang Hokage-sama saja, tapi juga Neji. Kejutan besar bagi Hinata.
"Ah, datang juga kalian berdua. Kemarilah. Ada yang ingin kubicarakan dengan kalian," Kata Tsunade-sama.
"Hei, nenek tua, sebenarnya ada apa sih?" Naruto langsung tembak tepat sasaran.
"Kalau gak ingat kamu ini kyuubi, sudah kubunuh kau karena kelancanganmu itu. Aku punya tugas untuk kalian berdua. Tetangga kita, Sunagakure, sedang butuh bantuan. Mereka kecurian benda pusaka yang amat penting. Mutiara Matahari. Kazekage bahkan ikut terluka parah juga karena mempertahankan mutiara itu dari pencuri.
Mereka meminta bantuan kita untuk mencari mutiara itu. Kupikir shinobi klan Hyuuga akan sangat handal dalam hal ini—alasannya bisa kau ketahui sesampainya di Sunagakure nanti."
"Lalu? Kenapa tidak Neji dan Hinata saja? Mereka sama-sama dari klan Hyuuga?"
"Dengarkan dulu! Aku memang mempertimbangkan seperti itu. Tapi Neji tidak bisa ikut karena akan ada ujian Kelas Tingkat Akhir berhubung dia ini aksel. Maka aku akan mengirim kamu dan Hinata saja."
Hinata kaget bukan main. Dia mendapat tugas langsung dari Hokage-sama! Pergi bersama Naruto-kun pula! Dia melirik Neji sesaat. Neji mengangguk pelan. Jadi ini yang dimaksudkan olehnya tadi pagi! Lututnya terasa lemas sekali setelah mendengar berita ini.
"Hei, nenek tua! Kenapa juga aku harus ikut? Bukannya seharusnya mengirim tim 7 saja untuk kasus cari-mencari seperti ini?" lagi-lagi Naruto ngomong seenak udel.
"Mauku juga begitu. Untuk apa aku kirim bocah tengil yang kalau tidur saja masih ngiler? Ini karena perintah langsung dari Kazekage sendiri yang menginginkan kamu datang tahu?"
Tsunade-sama bangkit dari duduknya dan berkata tegas, "Dan karena hanya ada kalian yang luang untuk tugas ini, ya jadi kukirim kalian dan Kakashi saja untuk ke sana."
"Eh? Memangnya teman-teman yang lain bagaimana? Masa iya mereka sibuk semua?" Hinata akhirnya angkat bicara.
"Klan Nara sudah kuberi tugas penting jauh-jauh hari. Sekarang mereka tidak bisa. Klan Aburame juga sedang melakukan acara berburu serangga tahunan mereka. Klan Akamichi dan Inuzuka pun sama, mereka sudah punya acara lain di agenda mereka. Sementara yang kupercaya dan qualified untuk tugas sepenting ini hanya kalian. Kurasa alasan itu cukup kan?"
Hinata mengangguk. Dia sudah diberi kepercayaan sebesar ini di pundaknya. Tak akan dia sia-siakan.
"Naruto, kamu keberatan?" tanya Neji.
"Tidak juga. Aku juga ingin bertemu dengan Gaara. Katanya dia terluka, sekalian ingin jenguk dia juga soalnya. Jadi," Naruto menoleh ke Hinata. "Mohon bantuannya, ya!" sambil tersenyum lebar dia berkata seperti itu ke Hinata.
Hinata hanya merasakan panas di wajahnya tanpa bisa mengatakan apapun. Dia berusaha keras untuk bilang "sama-sama" tapi yang keluar hanya, "He-eh".
"Nah, sudah beres semuanya kan? Baiklah, Uzumaki Naruto dan Hyuuga Hinata, aku beri kalian waktu maksimal 10 hari untuk menyelesaikan masalah ini. Besok kalian akan berangkat di sertai dengan Kakashi. Instruksi selanjutnya akan kalian terima di Sunagakure. Jelas? Baiklah, Bubar!"
