Baby, I'm Not A Monster..!
Fandom: Naruto
Disclaimer: masashi kishimoto
Pairing: SasuFemNaru
Genre: Romance& hurt/comfort
Rate: T
Warning: AU, OOC abis, typo, abal,tema dipertanyakan, gaje, don't like don't read. No flame please.
Baby, I'm Not A Monster..!
Takdir. Satu kata yang apabila sudah terucap dari bibir anak kecil sekalipun akan terdengar mengerikan jika itu sudah menyangkut hidupmu. Bukan masalah begaimana wujud dari takdir itu sendiri, tetapi lebih pada bagaimana takdir itu terjadi dan cara seperti apa yang Tuhan mainkan padamu. Terkadang kau memang berfikir bahwa takdir berlawanan dengan satu kata yang disebut dengan kebetulan. Tapi sebenarnya itu salah besar, karena sesungguhnya kebetulanlah yang membuat takdir itu terasa nyata. Kebetulan membuat takdir dapat diterima oleh nalar. Singkatnya, takdir berawal dari kebetulan-kebetulan yang tak kau sadari. Kebetulan-kebetulan yang menjadi sesuatu yang kau suka dan terkadang kau benci. Ketika takdir telah memainkan perannya, maka kau tak akan pernah lepas dari pengaruhnya.
Tapi percayalah, jika kau tak yakin akan takdirmu, kau tak harus melakukannya…..
0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0
Sasuke,s pov
Egois. Mungkin itulah satu kata yang tepat untuk menggambarkan seperti apa diriku saat ini. Terkadang aku berfikir bahwa keegoisanku sangat menyebalkan dan memuakkan. Tapi mungkin kau akan berfikir dua kali saat kau tahu yang sebenarnya. Beban hati dan perasaan yang terlanjur mengeras dan menjadi kerak yang tak dapat di musnahkan begitu saja.
Saat kau merasa orang yang kau cintai hampir lepas dari genggamanmu, dunia terasa menciut, bergetar dan pada akhirnya hancur bersama hatimu. Terdengar konyol memang, tapi memang itulah kenyataannya. Sekuat kau coba mengikatnya jika dia tak memberikan kesempatan bagimu untuk terus meraihnya, apa yang dapat kau lakukan? Melepaskannya atau tetap menggenggam tangannya sekalipun ia terus meronta dan meneriakimu gila.
Terkadang perasaanlah yang membuat kita terjerumus dalam keegoisan yang mematikan. Seolah hanya setan dan iblis yang berkuasa atas dirimu. Bukankah begitu?
Karena aku sendiri sudah membuktikannya.
End Sasuke,s pov
0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0
"kau pergi lagi hari ini…?" Tanya Sasuke seraya menutup buku kalkulus setebal lima centi yang sejak babarapa jam lalu ia baca.
"iya, ada beberapa pekerjaan yang harus ku selesaikan….." jawab wanita yang saat ini tangah mendapat tatapan tajam dari Sasuke. Wanita itu terkekeh pelan. "jangan menatapku seperti itu, seolah-olah aku seperti pencuri, Sasuke….."
Sasuke tak mengindahkan, ia tetap menatap tajam ke arah wanita itu. Wanita bernama Uzumaki Naruto yang sudah bertahun-tahun ini menjadi kekasihnya. Wanita cantik bermata layaknya langit musim panas yang memesona Sasuke saat pertama bertemu dengannya di sekolah dasar. Sekolah dasar, eh? Ya, dia telah jatuh cinta pada Naruto sejak sekolah dasar.
Baru-baru ini Naruto dipromosikan untuk naik jabatan menjadi Marketing Manager di perusahaan Sabaku Corp yang merupakan saingan dari Uchiha corp, perusahaan milik Sasuke. Hal itu membuat intensitas pertemuannya dengan Naruto sedikit - ingat, sedikit, karena seorang Uchiha tak pernah mau bertoleransi dan tak pernah menerima penolakan – menjadi berkurang dari biasanya. Bayangkan saja, baru beberapa jam lalu Naruto datang ke apartemennya untuk berkunjung, dan beberapa menit lagi ia akan pergi. Seharusnya ia tahu, Sasuke bukan orang yang punya banyak waktu luang, apalagi ia adalah seorang direktur. Sebenarnya siapa yang salah di sini, eh?
Sejujurnya bukan itu yang membuat Sasuke geram akhir-akhir ini. Tapi muncul desas-desus bahwa sang pemimpin Sabaku Corp-lah – yang diketahui, diyakini dan telah disadari oleh Sasuke memiliki perasaan khusus pada Naruto- yang mempromosikan kenaikan jabatan Naruto di perusahaan property itu. Hal itu membuat kadar ke-egoisan Sasuke meningkat drastis. Apalagi sudah bukan rahasia lagi jika sejak dulu Sabaku no Gaara – direktur Sabaku corp – dan Sasuke merupakan saingan. Jadi, sempurna, kan?
"apa kau harus pergi, hn?"
Naruto terkekeh lagi. Ia berjalan mendekati Sasuke dan duduk di sampingnya. "sejak kapan seorang Uchiha Sasuke jadi manja…hn?" Naruto berkata sambil menahan tawa. Ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Sasuke dan memainkan kancing kemeja Sasuke.
Sasuke memutar bola matanya. Oh, ayolah, Sasuke bukan orang yang manja. Hanya saja dalam beberapa minggu ini, pertemuannya dengan Naruto dapat dihitung jari. Jadi, normal kan kalau lelaki berwajah stoic ini rindu pada teman hatinya?
"ck….sejak bekerja dengan pemuda merah itu kau jadi makin pintar, rubah kecil." Ucap Sasuke sarkatik.
"jangan mulai lagi tuan Uchiha, aku professional dengan Gaara. Kau tahu itu.." Naruto memanyunkan bibirnya dan memukul dada Sasuke pelan.
"dari luar kelihatannya memang begitu…" Sasuke berkata dengan malas.
"akhir-akhir ini kau jadi tuan pencemburu, Sasuke…" ejek Naruto yang seketika ditanggapi dengan deathglare terbaik dari Uchiha.
"aku tidak cemburu…!"
"so..? jealous, right…?"
"nope, in your dream…" jawab Sasuke cepat. Naruto tetap bersandar di dada Sasuke dan kini tangannya melingkar di pinggang pemuda tampan itu.
"oke..oke…" Naruto bangkit dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Sasuke sehingga dahi mereka bersentuhan. " Sasuke love Naruto, just like that…!" Naruto mencium singkat bibir Sasuke sebelum beranjak meninggalkannya.
"rubah kecil idiot…."
"aku pergi dulu ice prince, jaa ne~.."
"hn…"
Sasuke mengacak rambutnya pelan. Sasuke love Naruto. Memang hanya itu yang saat ini ada di hatinya. Mata onyxnya beralih pada sebuah figura yang memajang fotonya bersama Naruto. Ia tersenyum simpul, akankah ia mampu bertahan sampai paman Minato mengijinkannya berdiri di altar bersandingan dengan Naruto? Jawabannya iya.
0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0
Naruto tampak berjalan terburu-buru sembari membawa beberapa laporan yang harus ditandatangani oleh sang direktur, Gaara. Akibat acara bermanja-manja bersama Sasuke tadi, ia agak terlambat. Beberapa menit lagi akan ada meeting untuk pembacaan laporan penjualan produk terbaru perusahaan mereka.
Naruto membuka pintu ruangan direkturnya pelan setelah dipersilakan masuk oleh sang empunya ruangan. Surai kemerahan tampak menyembul dari kursi yang menghadap ke jendela.
"ehm…ini laporan yang anda minta untuk meeting nanti. Tadi saya mencari sekretaris anda, Matsuri-san, saya tidak bertemu dengannya. Dan maaf saya agak terlambat…" ucap Naruto berusaha sesopan mungkin.
"duduklah…" jawab Gaara seraya membalik posisinya. Ia menatap intens Naruto. Mata berwarna emerald pucat itu tak henti-hentinya menatap tajam ke arah safir cerah di hadapannya.
"ha'i…"
"bagaimana posisimu sebagai Marketing Manager, Naruto? Tampaknya sedikit banyak kau mulai ada perubahan…"
Naruto tampak salah tingkah dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "ahah, i-itu, aku sudah mulai bisa menjalaninya dengan baik. Meskipun terkadang masih membutuhkan bantuan dari teman-teman yang lain…"
"kuharap kau menyukai posisimu yang sekarang. Dengan begitu perjalanan karirmu semakin matang…"
'dan kau akan lebih jauh dari Sasuke…' batin Gaara sendu.
"ah….arigatou Gaara-san. Saya merasa beruntung…"
"well, kau bisa tinggalkan laporanmu di sini. Kembalilah bekerja…" perintah Gaara pelan.
"ha'i….saya permisi…" Naruto tampak membungkukkan badannya sejenak sebelum pergi meninggalkan ruangan Gaara.
'tunggulah sebentar, kitsune. Kau akan lepas dari Uchiha sialan itu…'
0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0
Senja sudah mulai menjelang di langit Konoha. Berkas-berkas cahaya jingga mendominasi tiap lekuk cakrawala. Menghasilkan pemandangan yang menyejukkan mata dan menentramkan. Seharusnya saat-saat seperti ini dinikmati bersama sang kekasih. Tapi tidak dengan Sasuke. Ia masih berada di dalam ruangannya mengamati senja di balik jendela kaca. Ruangannya berada di lantai lima sehingga ia dapat dengan leluasa menikmati senja yang tersaji di hadapannya.
Bila dilihat, sepertinya ia sedang mengamati senja, tapi sejujurnya, anggapan itu seratus persen meleset. Pikirannya tak berada di tempat kali ini. Pikirannya sedang menerawang jauh pada sang kekasih pirang yang paling dirindukannya saat ini. Dia benar-benar tak tenang. Apalagi dengan berbagai desas-desua tak mengenakkan itu. Sebagai seorang kekasih wajar kan kalau dia cemburu? Tapi sayangnya ia seorang Uchiha, dia tak boleh menunjukkan emosi vital macam itu.
Tapi Uchiha itu egois kan? Apapun yang sudah dia klaim menjadi miliknya, tak akan berpindah tangan pada siapapun. Apalagi seorang Sasuke Uchiha, dengan keegoisan di atas rata-rata. Sebisa mungkin ia menekan keegoisannya itu. Ia tak mau jadi monster, terlebih bagi sang Uzumaki.
Namun terkadang perasaan egois itu muncul dan perlahan membuncah dengan ganasnya. Perasaan egois itu seolah menjadi bagian yang cukup dominan dalam diri Sasuke. Sekuat ia coba bersikap lembut pada Naruto, tetap saja selalu dicampuri oleh virus entah dari mana yang bernama egois. Toh, Naruto tak pernah marah. Ia tetap menerima keegoisan Sasuke dengan kasih sayang yang melimpah. Beruntung kau Sas, kekasihmu itu seperti malaikat!
Sasuke bergerak gelisah dan sesekali melirik ke arah ponsel yang tergeletak di atas meja berharap ada e-mail Naruto yang masuk. Beberapa menit yang lalu Naruto mengirim e-mail bahwa dia akan pulang terlambat sehingga Sasuke tak perlu menjemput. Jangan berfikir kalau mereka tinggal satu rumah, mereka tinggal di apartemen masing-masing tetapi hampir setiap pulang kantor Sasuke selalu menyempatkan diri menjemput sang kekasih. Itupun sebelum Naruto dipromosikan. Dan sekarang, never!
Perlahan Sasuke meraih ponselnya bermaksud menelfon Naruto. Setelah beberapa saat menimbang kemungkinan akibat yang akan ia timbulkan nantinya.
"moshi-moshi…?" terdengar suara Naruto di seberang sana.
"hn…..kau dimana?" Tanya Sasuke to the point.
"aku di kantor Sasuke~~ ada apa?" jawab Naruto. Terdengar nada jengah di sana.
"pulang jam berapa, biar ku jemput.."
"tak perlu. Aku pulang sendiri. Kau beristirahatlah…."
"hn….kau akan pulang dengan siapa?"
"biar aku naik taksi atau aku minta tou-san menjemput. Kau pasti lelah…"
"hn..baiklah. Berhati-hatilah…"
"iya Sasuke, daisuki da yo…"
"daisuki mo…"
Sasuke menutup telponnya sembari tersenyum kecil. Kekasihnya tak pernah berubah. Ia tak pernah mau merepotkan siapapun apalagi Sasuke. Sasuke segera meraih kunci mobilnya dan bersiap untuk pulang. Ia bersenandung kecil menuju ke arah lift. Ia hendak segera pulang dan beristirahat sebelum niatnya harus tertunda karena perutnya mulai minta diisi. Ia memutuskan untuk mampir ke salah satu food court di seberang jalan yang ia lewati. Baru beberapa langkah ia memasuki tempat makan sederhana itu, matanya membulat. Wajahnya menunjukkan ekspresi tak percaya. Benar, ia memang tak percaya dengan apa yang dilihat. Sungguh, ia berharap yang ia lihat hanya mimpi. Atau paling tidak ia hanya berhalusinasi. Tapi sayangnya semua itu nyata. Benra-benar suatu kenyataan. Naruto, kekasihnya sedang bercanda tawa dengan pemuda berambut merah di hadapannya. Padahal beberapa menit yang lalu ia bilang bahwa ia akan pulang dengan taksi atau di jemput. Bohong, eh? Hanya untuk bersama Gaara pemuda saus sialan itu? Dianggap apa dia? Pemuda itu berani-beraninya membawa Naruto tanpa seizinnya.
Rasanya Sasuke ingin menggantung leher pemuda itu saat itu juga.
To be continue
Moshi-moshi minna san…
Author anyar bernama namikaze lian datang lagi dengan menenteng(?) fic multichip spontan yang gak tau dari mana datengnya tuh ide. Pas lagi bikin fic ini Lian lagi dengerin lagunya Big Bang " Monster ". Jadi pengen bikin fic mendadak. Tenang aja ini baru prolog kok. Hehe….
Wokeh, saya gak minta macem-macem dari readers, saya cuma minta review buat kelanjutan fic gaje ini. Trimakasih bagi readers yang mau baca, makasih banget.
Akhir kata….wassalam…..
review
