"If Tomorrow Never Comes"
Characters: Sasuke U. & Sakura H.
rate: M
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Kita adalah sepasang kekasih yang paling bahagia. Memiliki banyak rencana untuk masa depan. Rencana yang akhirnya dihempaskan oleh takdir yang kejam. Ini kisahku yang jatuh bangun untuk mencoba membuka ingatanmu.
Enjoy
.
.
Chapter I
Japan. October, 11th - 2012
Haruno Sakura. Gadis manis berambut merah muda itu kembali pada aktifitasnya yang padat, apa lagi kalau bukan pergi ke kampus hanya untuk menyerahkan maketnya pada dosen menyebalkan yang umurnya bahkan sudah hampir pensiun. Ayolah, bahkan ia baru saja tidur jam empat pagi tadi untuk menyelesaikan maket rumah sederhananya.
"Dimana kunci mobilku?" Ia mendecak kesal saat melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Demi Kami-sama, maket sialan itu harus ada di meja dosennya pukul delapan nanti.
"Aarrgh! Aku bisa gila!." Ia berlari menuruni tangga dan menemukan kunci mobilnya di atas kulkas apartemennya. Ia segera berlari menuju pintu keluar, menempelkan IdCard untuk mengunci pintunya dan segera berlari menuju lift sembari membawa maket rumah dengan kedua tangannya.
Setelah turun ke basement untuk menghampiri Honda Accord putih susu kesayangannya, ia meletakkan maket rumahnya pada kursi belakang. Memastikan semuanya aman, gadis itu langsung langsung masuk ke mobil dan membawanya pergi menuju kampusnya.
Sakura baru saja selesai memarkirkan mobilnya dan mengeluarkan maketnya, ia baru saja siap untuk pergi kalau saja tidak ada suara seorang perempuan yang memanggilnya.
"Sakura, kau kah itu?"
Pancaran emerald itu terasa hidup kembali saat melihat sosok gadis cantik berambut pirang panjang yang baru saja keluar dari Cooper merahnya.
"Ino?" Suara Sakura terdengar begitu bersemangat.
"Senang melihatmu kembali seperti ini, Sakura. Kami mengkhawatirkanmu." Ucap Ino sembari tersenyum.
"Gomen ne, aku membuat kalian khawatir. Aku janji mulai saat ini aku akan lebih tegar." Jawab Sakura sembari tersenyum, senyum yang sempat mati dan kembali hidup.
"Ah, lihat! Maketmu bagus sekali. Berapa gelas kopi yang kau butuhkan untuk menyelesaikan ini hm?" Tanya Ino dengan wajah mengintrogasi.
"Kau pasti akan marah jika mengetahuinya." Jawab Sakura sambil tertawa kecil dan akhirnya memutuskan untuk berjalan bersama Ino.
Yamanaka Ino adalah seorang gadis cantik yang berasal dari keluarga kaya. Ia memiliki toko bunga yang terkenal dan cabangnyapun sudah ada dimana-mana. Ia teman satu kampus Sakura, hanya saja ia mengambil jurusan Management. Tidak sombong, ceria, cantik, sudah menjadi sifatnya yang disukai banyak laki-laki. Keberuntungannya semakin menjadi saat bertemu Shimura Sai, pelukis ternama yang akan go international tahun baru nanti.
"Huuft..." Sakura meletakkan maketnya tepat pada jam delapan seperti permintaan dosennya. Ia tersenyum puas melihat hasil kerjanya sendiri.
"Sarang lebah." Ucapnya sembari menatap maket rumahnya. Ya, ia memakai konsep sarang lebah di dalam rumah rancangannya.
"Semoga hasilnya akan baik," doanya. Ia melirik jam lagi dan kembali tersenyum, "Aku akan mengunjungi Sasuke-kun."
Uchiha Hospital, Japan. October, 11th - 2012
Krieeet...
Suara decitan pintu itu menggema di dalam sebuah ruangan VIP rumah sakit milik keluarga Uchiha ini. Langkah kaki yang dilapisi wedgess itu beradu pada lantai marmer yang dingin, bau obat-obatan menguar menusuk hidung, bunyi-bunyi alat medis masuk melalui indera pendengarannya.
"Sasuke-kun." Suara parau Sakura kembali terdengar, suara asli yang ia sembunyikan di depan teman-temannya.
Gadis cantik itu duduk di samping seorang pemuda berambut raven yang masih terlelap dalam tidur panjangnya. Sudah masuk dalam satu tahun ia kembali ke tempat ini untuk mengunjungi kekasihnya yang masih dalam kondisi koma. Ia akan selalu kemari saat ada waktu kosong, kemari hanya untuk menanyakan kabar pemuda itu. Akan selalu begitu setiap hari, walau ia tahu kekasihnya itu tidak akan menjawabnya.
"Sasuke-kun, apa kabar? Aku kemari lagi. Tidak bosan kan?" Air matanya kembali turun untuk membasahi pipi saat ia akan memulai percakapan di depan pemuda itu.
"Semalam aku hampir tidak tidur karena mengerjakan maketku. Aku menghabiskan banyak kopi untuk itu." Katanya sembari menghapus air mata yang turun.
"Kau tahu 'kan aku sangat suka kopi? Dan kau selalu melarangku untuk meminumnya. Kau bilang itu tidak baik untuk kesehatanku, tapi nyatanya kau juga menyukai kopi. Bahkan kita bertemu di Starbucks." Sakura kembali tertawa kecil, meski air matanya tidak mau berhenti mengalir.
"Ino bilang maketku bagus, teman-teman mengkhawatirkan keadaanku dan mereka memberiku dukungan untuk tetap menunggumu. Makanya...hiks...hiks..."
Kepala merah mudah itu tertunduk menyentuh kasur, sebelah tangannya menggenggam erat tangan kekasihnya yang dingin tanpa selang infuse. Ia kembali menangis, "...makanya kau harus cepat bangun, Sasuke-kun."
Flashback
Starbucks, Japan. March, 20th -2010
Hujan deras disertai angin memaksa Sakura memutarkan stir mobilnya memasuki sebuah cafe yang sering ia kunjungi. Setelah memarkirkan mobilnya dengan susah payah akibat banyaknya mobil yang parkir, ia segera naik tangga untuk menuju cafe. Bayangan bangku-bangku yang sudah terisi penuh memenuhi pikirannya, dan akhirnya ia akan memesan satu cup kopi dan membawanya ke dalam mobil.
Tring.
Suara lonceng yang berbunyi setiap pintu dibuka itu menandakan kalau ada pengunjung. Ah, Sakura merasa beruntung melihat satu meja kosong di sudut ruangan. Buru-buru ia memesan kopi dan berniat akan menempati meja itu hingga hujan berhenti.
"Americano." Ucap Sakura riang pada petugas cafe.
"Empat puluh ribu yen." Jawab sang petugas sembari memberikan nampan berisi secangkir kopi.
"Aku pesan chococery." Ucapnya lagi sembari menunjuk sebuah roti yang ada di etalase.
"Tambah duabelas ribu yen." Mendengar hal itu, Sakura langsung mengeluarkan kartu debitnya.
"Pakai ini bisa?" Tanya Sakura ragu-ragu.
"Tentu. Silahkan tanda tangan."
Selesai dalam transaksi, gadis itu membawa nampannya dan membalikkan tubuhnya untuk bergerak menuju meja yang masih kosong itu. Matanya terbelalak saat menyadari saat itu juga ada seorang pemuda yang baru saja datang dan meletakkan barang-barangnya di meja kosong tersebut.
"Shit. Memangnya dia pikir dia siapa huh?"
Dengan kesal, Sakura menghampiri pemuda yang baru saja duduk diam dan memainkan smartphonenya. "Permisi, Tuan."
Pemuda itu mendongak dan memperhatikan Sakura. Perhatiannya tertuju pada almamater merah yang dikenakan oleh Sakura. Pemuda itu menatap wajah Sakura, "Hn?"
Sakura menyipitkan matanya tidak suka. "Maaf, Tuan. Ini mejaku, aku lebih dulu sampai dan melihatnya. Saat aku selesai memesan kopiku, kau menempatinya."
"Apa ada peraturan seperti itu ditempat ini?" Tanyanya sambil menyeringai.
Sakura kalah. Ia bukan gadis yang suka mencari ribut, lebih baik ia mengalah dan pergi menuju mobilnya. Tapi baru saja ia membalikkan tubuhnya, siku mulus miliknya serasa disentuh oleh tangan kekar milik seseorang. Ia menoleh dan mendapati tangan kanan pemuda berambut raven itu menahan sikunya, mencegahnya untuk pergi.
"Duduklah." Ucapnya seperti memerintah.
"Tidak, terima kasih. Aku akan turun menuju mobilku."
"Kau Mahasiswi dari Universitas Konohagakuen?" Sela pemuda itu cepat.
Sakura menoleh, "Kau melihat almamaterku, Tuan."
"Angkatan?" Tanya pemuda itu tanpa memperdulikan kata-kata Sakura barusan.
"Aku masih Maba." Jawabnya acuh.
"Oh, Junior."
Mendengar itu, Sakura sedikit bergidik dan buru-buru membalikkan badannya menghadap pada pemuda tadi. "Kau...Senpai...ku?"
Pemuda itu mengulurkan tangannya, "Uchiha Sasuke dari Fakultas Kedokteran. Aku dari angkatan dua ribu sembilan."
Canggung, Sakura mengulurkan sebelah tangannya juga, "Haruno Sakura, dari Fakultas Teknik Arsitektur."
"Duduklah. Jangan membantah senior." Dan Sakura melihat senyum pemuda itu, senyum tulus yang Sakura sendiri tidak tahu kalau pemuda di hadapannya ini adalah pemuda yang sangat jarang tersenyum.
Flashback Ends
Uchiha Hospital, Japan. October, 11th -2012
"Sasuke-kun." Gadis itu kembali memanggil.
Ia menarik napasnya, "Kau tahu apa konsep rancangan rumahku?" Ia tersenyum dan melanjutkan kata-katanya, "Sarang lebah."
"Kau tau kenapa lebah membangun sarangnya dengan heksagonal?" Ia bertanya seolah Sasuke menanggapinya.
"Lebah itu...membangun sarangnya dari titik mana saja membentuk heksagonal, dari sekian banyak bentuk heksagonal itu akan ia letakkan madu-madu simpanan mereka. Mereka membangun sarangnya tanpa kesalahan, percaya atau tidak...lebah-lebah itu akan bertemu di tengah dan menyelesaikan sarang mereka tanpa ada yang salah." Ucap gadis itu sembari mengusap punggung tangan Sasuke.
"Ajaibnya, madu-madu itu tidak akan pernah tumpah. Aku ingin...jika aku menjadi arsitek nanti, aku mau membangun rumah untuk kita yang seperti itu." Ia mengusap air matanya yang kembali jatuh.
"Aku ingin rumah kita kokoh, dan di dalamnya penuh dengan kekompakkan untuk membangun keluarga yang kokoh pula. Menyimpan banyak cerita semanis madu, dan akan terus tersimpan sampai harumnya menjadi suasana yg menghangatkan keluarga kita."
Sakura tersenyum sumringah, "Ih, aku ini bicara apa? Gomen ya, Sasuke-kun."
Iris emeraldnya menatap arloji yang melingkar di tangan kirinya. "Sudah sore, aku harus segera pulang. Cepatlah bangun, Sasuke-kun."
Gadis itu mengecup singkat kening kekasihnya yang terbalut perban berwarna putih. Ia membungkukkan tubuhnya tanda hormat, lalu segera berlalu meninggalkan ruang rawat inap kekasihnya.
Seandainya Sakura tahu, sayup-sayup suara yang ia keluarkan memasuki indera pendengaran kekasihnya. Membawa pemuda bernama Sasuke itu menuju pada cahaya putih yang sudah satu tahun itu ia tuju. Pemuda itu merasa, bahwa pintu keluarnya kini ada di depan mata.
-tbc-
A/N:
Haaaii! Aku Author baru disini, awalnya sempet ragu untuk publish cerita tapi karena dorongan dari temen-temen juga, aku putuskan untuk berkecimpung di dalam dunia fiksi hahaha :D
Aku butuh beberapa masukan dari kalian untuk belajar, ini harus keep atau delete? Rnr jangan lupa ya^^. Arigatou~
