Kim's Brother
Cast : Kim Jongin
Oh Sehun (gender switch)
Kim Jonghun, Kim Jongmin (as children)
Genre : Drama, Family
Oneshoot
...
:: Terinspirasi dari fanart KaiHun lagi gendong 2 bocah yang berbeda warna kulit(?) jadilah FF aneh ini.
-Kenapa gak lanjutin MY GIRL aja?
+Laptop saya rusak, terpaksa harus di install ulang, trus datanya pada ilang T^T Jadi, sabar aja buat yang nunggu lanjutannya hehe.
.
.
.
.
"Umma!" kaki kecil itu berlarian menghampiri seorang wanita yang baru saja membuka pintu mobilnya. Ia tersenyum sembari merentangkan kedua tangannya menyambut sang buah hati.
"Jongmin, mana kakakmu?" wanita itu mengelus pipi tan anaknya yang sedikit lengket, membuat sang ibu mengernyitkan dahinya heran.
Anak bernama Jongmin itu mengedarkan pandangannya, lalu tangan kecil itu menunjuk seorang anak seusianya yang tengah sibuk memakai sepatu di dekat pohon. Wanita itu tersenyum, rasa khawatir yang sempat melanda tadi kini menghilang.
"Umma!" teriak bocah yang baru saja selesai dari kegiatan –memakai sepatunya. Sama seperti sang adik, ia berlari menghampiri wanita yang mereka panggil umma itu dengan gembira.
"Bagaimana hari pertama kalian di sekolah? Menyenangkan?" si ibu bertanya sembari mengelus rambut kedua anaknya yang terlihat mirip itu. Ya, mereka kembar. Wajah keduanya sangat mirip, yang membedakan hanya warna kulit.
Jongmin, si bocah berkulit tan itu merenggut memeluk sang ibu. Air matanya menetes membuat wanita itu berjongkok mensejajarkan tubuhnya. Ia menghapus air mata Jongmin, "Kenapa kau menangis?"
"Hiks... mereka jahat, umma.." Jongmin terisak. Wanita itu mengernyitkan dahinya heran. Siapa yang dimaksud Jongmin dengan 'mereka'?
"Mereka? Kenapa adikmu menangis, Jonghun?" kini ia melirik anaknya yang berkulit pale seperti dirinya. Sama seperti sang adik, Jonghun pun menunjukan raut sedihnya sambil menatap sang ibu.
"Anak-anak itu mengejek kami. Mereka bilang, Jonghun bukan adikku, karena warna kulitnya hitam, berbeda denganku." Jonghun kini menangis, ia memeluk sang ibu sama seperti Jongmin.
Mendengar penjelasan yang cukup kekanakan –karena memang mereka masih anak-anak- wanita itu menghela napasnya, ia mengelus punggung si kembar agar menghentikan tangisnya. Melihat anak sendiri menangis memang memilukan hatinya.
"Mereka hanya bercanda, mungkin mereka tidak tau kalau Jongmin adalah adikmu. Kalian anak umma tidak boleh menangis. Anak pintar tidak suka menangis." Kedua anak itu menatap sang ibu yang tengah tersenyum. Jika sudah dibujuk seperti itu, tangisan mereka langsung reda. Ajaib.
Jonghun menyeka air matanya kasar, "Aku anak pintar."
"Aku juga." Seru Jongmin membuat sang ibu terkekeh melihat tingkah si kembar. Ia mengelus rambut keduanya sebelum kemudian membawa mereka masuk kedalam mobil.
"Sehuna!" seru seorang wanita sambil menghampiri mobil mereka. Yang dipanggil pun mengurungkan niatnya untuk segera menaiki mobil setelah mendudukan kedua anaknya dikursi belakang.
Ia melirik wanita didepannya sebelum akhirnya berpelukan, "Baekhyun-ah!"
"Kau semakin kurus saja, Sehuna." Goda Baekhyun saat memperhatikan wanita berkulit pale itu dari atas sampai bawah.
Sehun tersenyum, "Kau tahu, kan, mengurus anak itu tidaklah mudah. Apalagi kembar."
Dahi Baekhyun berkerut, "Kembar? Maksudmu, anakmu kembar?"
Sehun mengangguk, ia terlihat bingung dengan pertanyaan teman lamanya itu.
"Apa anakmu yang bernama Jonghun dan Jongmin?" wanita bertubuh sintal itu menggenggam kedua tangan Sehun.
"K-kenapa kau tahu?"
Baekhun terkekeh sebelum kemudian menjawab, "Mereka berdua muridku. Pantas saja mereka mirip sekali denganmu."
"Muridmu? Kau?"
Seakan tahu maksud pertanyaan Sehun, Baekhyun hanya mengangguk sambil tersenyum, "Benar. Baru seminggu ini aku mengajar anak-anak. Kau tahu sendiri, 'kan, kalau aku sangat suka dengan anak-anak."
"Baguslah, aku bisa menitipkan anak-anakku padamu." Sehun terkekeh yang dibalas Baekhyun dengan anggukan.
"Umma! Ayo pulang!" teriak Jonghun terdengar kesal sambil mengeluarkan kepalanya di celah jendela mobil membuat Baekhyun tertawa melihatnya.
"Iya, kita akan pulang sekarang!" sahut Sehun.
"Mereka lucu sekali, lain waktu aku akan mengunjungi rumahmu." Ujar Baekhyun masih dengan senyumannya.
"Ya, kau memang harus. Baiklah, aku pulang dulu."
Sehun menghampiri mobilnya, namun geraknya terhenti ketika mendengar godaan Baekhyun, "Jongin hebat juga."
Dan hanya dibalas Sehun dengan gelengan kepala, juga pipi merona tentunya.
.
.
.
Suara denting piring yang beradu dengan sendok malam itu pun terdengar begitu nyaring. Si kembar tengah sibuk menikmati makan malamnya bersama orang tua mereka, Jongin dan Sehun.
Sehun sesekali menyeka makanan yang menempel di bibir Jongmin, maklum saja mereka baru menginjak usia 3 tahun. Yah, sebagai seorang ibu memang harus ekstra sabar dalam menghadapi situasi seperti ini.
"Jonghun-ah, bagaimana sekolahmu?" tanya sang ayah –Jongin- setelah menelan nasi yang tadi ia kunyah.
Yang dipanggil langsung melongo, menatap sang ayah dengan polos, "Sekolah? Sekolah itu apa?"
Jongin mendengus, ia lupa bahwa anaknya yang satu ini memang memiliki sifat 'pelupa' seperti sang ibu.
"Itu milikku!" Jonghun merebut daging ayam dari genggaman Jongmin. Namun Jongmin tak menyerahkannya begitu saja, ia mempertahankan makanan kesukaannya itu dari cengkraman Jonghun.
"Tidak, ini milikku!"
Melihat pemandangan darurat seperti itu, Sehun segera beranjak dan mencoba memisahkan keduanya, "Jonghun, lepaskan tanganmu, nak..."
"Shirreo! Ini milikku, umma!"
Terdengar geraman dari keduanya membuat sang ayah ikut beranjak dan membujuk Jonghun yang masih berusaha merebut daging ayam itu.
"Jonghun-ah, lepaskan dulu. Nanti kita masak lagi dagingnya." Bujuk Jongin.
"Umma... sakit..." isak Jongmin saat merasakan cakaran dari tangan Jonghun. Mungkin, itulah satu-satunya cara agar Jongmin bisa menyerahkan daging ayam itu.
"Jonghun! Umma bilang lepaskan!" bentak Sehun membuat si kembar terdiam. Jonghun menatap Sehun takut-takut. Sudut bibirnya melengkung ke bawah, ia menangis.
"Appa... umma jahat!" Jonghun segera memeluk Jongin yang sedari tadi berdiri disampingnya. Ia memeluk leher sang appa sambil meredam tangisan kencangnya.
Sehun terkejut melihatnya, ia tak bermaksud untuk bertindak kasar. Sungguh.
"Um-umma tidak bermak-"
"Sudahlah, biar aku yang mengurus Jonghun. Kau obati saja luka Jongmin." Potong Jongin sembari mengelus punggung Jonghun sebelum kemudian pergi ke kamar si kembar.
Jongmin berdiri diatas kursinya, ia menyodorkan kedua tangan kecil itu ke hadapan Sehun, "Umma... sakit..."
Sehun menggendong Jongmin ke dapur untuk membersihkan tangan si kecil dari minyak daging ayam yang sempat menjadi penyebab kericuhan tadi.
"Kita obati dulu lukamu, setelah itu kau tidur, arraseo?"
Jongmin hanya mengangguk. Ia memang anak penurut, berbeda dengan kakaknya, Jonghun.
.
.
.
"Kenapa belum tidur, hm?" Jongin memeluk Sehun dari samping. Jam di kamar mereka sudah menunjukan pukul 10 malam, tapi Sehun masih terjaga.
Sehun menggigit bibirnya sebelum menatap Jongin, "Aku merasa bersalah pada Jonghun. Aku sudah membuatnya menangis."
"Jadi hanya karena itu? Akh! Kenapa kau mencubitku?" Jongin meringis setelah mendapat serangan diperutnya. Sehun tentu saja mendengus kesal mendapat jawaban dari suaminya itu.
"Kau tidak akan merasakan betapa khawatirnya seorang ibu melihat anaknya menangis, apalagi ia menangis karena ibunya."
Jongin terkekeh, Sehun selalu seperti ini jika sudah menyangkut hal 'anak dan ibu'. Tangan kekar itu pun kembali memeluk tubuh kurus Sehun dengan erat, "Kau tidak perlu khawatir. Jonghun sudah memaafkanmu. Lagipula dia itu kan pelupa, mungkin besok pagi dia tidak akan ingat dengan kejadian tadi."
Sehun menatap Jongin, yang barusan dikatakannya memang ada benarnya. Ia pun hampir lupa kalau Jonghun itu pelupa.
"Sekarang tidurlah, kau harus membangunkanku besok pagi." Goda Jongin membuat Sehun kembali mendengus.
"Baiklah, tukang tidur. Good night."
Terdengar kecupan singkat dari keduanya untuk menutup percakapan malam itu.
.
.
.
Gimana? Absurd? Aneh? Mau kritik? Saran?
REVIEW JUSEYO ^^
