Cast : H. Hinata, N. Shikamaru, U. Sasuke, H. Sakura, U. Naruto, Y. Ino
Genre : slice of life, romance, school life
Rate. : T
A pink- five
Original story by junieliu27
Hinata menoleh kedepan, dilihatnya sekumpulan orang yang tadi berkumpul sudah bubar semua. Lalu ditolehkan kepalanya kebelakang, terlihat bangku taman permanen yang kosong disana. Tanpa melihat kebelakang, hinata cepat-cepat mendudukan pantatnya ke bangku tersebut
"nona..aku dulu yang disini !"
"su..suara ? Apa bangku ini berbicara ?"
Hinata meremas bajunya ketakutan. Dengan perlahan hinata menolehkan kepalanya kebelakang
"kyaaaaaaa !!!"
chapter 2
"kyaaaaaa !!!"
"nona !! Hentikan !"
"aaaaaa..!!"
Teriakan hinata malah makin jadi. Tanpa berpikir panjang pemuda yang diduduki oleh hinata membekap mulut gadia didepannya.
"Sssstt ! Apa aku sebegitu mengerikan huh ?"
"mmm..mm !"
Pertanyaan dari pemuda itu hanya dijawab gumaman tak jelas karena bekapan dari orang yang didudukinya.
"kalau tidak mau diam, mau kucium ?"
Hinata membalas dengan gelengan cepat. Dengan inisiatif menghentikan kejadian barusan, lelaki itu melepas bekapan tagannya atas hinata. Hinata buru-buru berdiri memperhatikan lelaki yang masih duduk di bangku taman permanen yang terbuat dari semen itu. Perawakannya terlihat gagah, dengan garis wajah yang tidak begitu kaku. Tampan. Batin hinata. Hinata menelusuri penglihatannya ke mata lelaki itu. Bola matanya hitam jernih. Penampilannya terlihat berusaha rapi tetapi masih 'acak-acakan' dibagian rambut, karena rambutnya yang dikuncir satu kebelakang malah terkesan seperti 'bad boy'.
Ctak !
"apa yang kau lihat ?"
"aww ! Ck, ittai !"
Sentilan di dahi hinata spontan membuat dirinya bangkit dari imaji nyatanya. Dengan cepat jari-jari lentik mengusap dahinya yang merah berharap bisa mengurangi rasa sakit.
"ku kira bangku ini berbicara"
"baka, mana ada yang seperti itu ! Seenaknya saja duduk dipangkuan orang"
Lagi. Kepala bermahkota indigo itu di pukul oleh lelaki didepannya. Hinata hanya bisa membuka mulutnya. Tak berani membalas.
"aku pergi dulu, lain kali kau harus minta maaf padaku, ok ?" masih tidak ada balasan hingga lelaki itu beranjak pergi dari tempat duduknya.
"hinata !"
Tepukan dibahu hinata membuat ia sadar atas eksistensi kehadiran orang baru didekatnya
"eh, sasuke senpai !"
Cepat-cepat ia pasang senyum semanis mungkin.
"sibuk ?"
"tidak"
"ayo ikut aku. Aku akan memperkenalkan tempat-tempat yang ada disini. Aku tau kau masih mengidap penyakit lupa jalan"
Hinata POV
Aku langkahkan kakiku pelan-pelan, agar aku tidak mendahului orang yang ada didepanku ini, jantungku seperti sedang melompat-lompat seraya berkata 'doki doki' saking gugupnya aku, padahal aku hanya mengekor dibelakangnya saja. Ku pegang dahiku lalu ku pegang pipiku, terasa hangat. Aku menundukan kepalaku malu.
"aduh" sasuke berhenti mendadak, otomatis aku yang sedang berjalan tertunduk menabrak punggungnya.
Seketika ku angkat kepalaku, kulihat punggung yang berada didepanku. Punggung itu seperti bersayap bagiku. Aku mendapatkan diriku sangat mendamba sosok didepanku. Sasuke membalikan badannya seraya tersenyum
"hinata, kenapa kau berjalan dibelakang ?"
Ia menarik lenganku agar aku bisa sejajar berjalan denganya. Kami mulai berjalan bersama, menapaki tangga untuk sampai kelantai dua. Sasuke melepas pegangannya.
"nah,hinata disini ada beberapa laboratorium"
"ini laboratorium fisiologi tumbuhan, ruangan disebelahnya lagi adalah laboratorium kultur jaringan. Kau bisa baca tulisan yang tertera di pintu"
Aku mengangguk mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh sasuke. Ku baca satu persatu tulisan yang ada di pintu.
'Lab.ekologi'
'Lab. Teknologi benih'
'Lab. Bioteknologi'
'Lab. Botani'
Aku dan sasuke melanjutkan ekspedisi kami ke lantai tiga dan lantai empat. Setelah selesai kami pun turun.
"oy, hinata,Cepat sedikit ! Kau lamban ya ternyata"
Aku buru-buru menyusul sasuke yang sudah berada di bawah. Sebisa mungkin aku berlari melewati tangga. Tinggal dua anak tangga lagi. Tiba-tiba kaki ku tak sengaja tersandung. Kebiasaanku dari kecil yang susah hilang. Ceroboh. aku memejamkan mataku berharap mendarat tanpa rasa sakit
"hinata..!!"
Aku mendengar teriakan dari sasuke.
BAM !
Tubuhku pun jatuh. Tapi aku tidak merasakan rasa sakit. Apakah ini surga. Batinku.
Sasuke menangkap tubuhku, menahan massa tubuh ku dengan tubuhnya.
Kurasakan lengan sasuke berada di pinggangku. Aku membuka mataku perlahan. Kudapati onyx yang beradu dengan mata bulanku. Aku mencoba menjelajahi keindahan bola matanya, mencoba hanyut dalam keindahan. Hidung mancungnya. Bibirnya. Ku tenggelamkan wajahku diperpotongan lehernya mencoba menyesap aroma maskulin.
"kau aman, hinata"
Suara serak bernada khawatir berbisik di telingaku. Mencoba menarik kesadaranku yang sempat terhisap oleh keindahan makhluk Tuhan yang berada dibawah tubuhku. Usapan dirambutku membuat aku terlena lagi, tapi aku memutuskan menjauhkan diriku dari sasuke. Mengambil posisi duduk sembari menunggu sasuke bangkit
"s-sa-sakit ?"
Sasuke mengusap punggungnya
"lumayan, kau berat juga ya. Tidak berubah. Masih ceroboh seperti dulu"
Tangan sasuke beralih mengusap kepalaku. Aku pun hanya menunduk
"terimakasih, sasuke senpai"
"kau ini, panggil aku seperti biasa"
"uciha-san ?"
"bukan yang itu !"
"sasuke-san ?"
Hanya helaan nafas kasar sebagai jawaban atas pertaanyaanku
"sa-sasuke-kun ?"
"Anak pintar"
Aku lagi-lagi terdiam. Tak sadar saat kaca mataku tak lagi bertengger ditempatnya. Ia mengambil kacamataku yang tak jauh dari tempat kami jatuh. Disematkannya kacamata itu agar terbingkai di wajahku. Aku menunduk dalam menyembunyikan senyum meronaku.
Modern farmer
Pukul 13.00
Hinata berjalan ke gedung yang ada dibelakang. Berharap dirinya dapat menemukan kantin karena perutnya sudah meronta harus diisi. Matanya tak henti mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Pandangannya menangkap kantin dengan konsep outdoor. Hinata bergegas dengan berlali kecil menuju salah satu stand yang menjual makanan.
"aku pesan ramen satu. Tolong antar kesana ya"
Hinata menunjuk tempat yang akan didudukinya lalu ia menuju ke meja yang kosong. Kantin berkonsep outdoor ini disebelah timurnya terdapat lahan sedikit menjorok kebawah, bisa hinata tebak itu adalah kolam buatan. Beda dengan lahan yang hinata pijak sekarang, tempatnya sekarang malah terasa seperti bukit. Di sebelah baratnya berjajar tiang planter yang diatasnya ditanami bouganvile dari pangkal pintu masuk sampai ujung dekat rumah kaca. Rumah kaca itu berisi banyak bunga. Di bagian selatan dekat rumah kaca ada gazebo. Tempat yang pas untuk menikmati pemandangan. Sebegai border, tanaman pucuk merah mengelilingi kantin.
"pesanan anda nona"
"terima kasih"
Setelah makanannya datang hinata berdoa terlebih dahulu. Ia tak akan melupakan itu karena ibunya selalu mengajarkan cara untuk bersyukur. Ibunya bilang, diri kita sendirilah yang membuat kita miskin. Kalau saja kita merasa cukup, pasti tidak ada yang namanya merasa miskin. Perkataan ibunya itu selalu hinata ingat-ingat.
"ittadakimasu !"
Hinata mulai menyumpit ramen lalu dengan pelan ia meniup-niup ramen yang masih panas
"hufftt..hufft..aa"
"hey !"
Baru saja hinata membuka mulutnya hendak memasukkan ramen tetapi urung karena seseorang menepuk bahunya. Hinata melirik orang tersebut dengan sudut matanya.
"sendirian ?"
Lelaki itu duduk didepan hinata. Hinata melepaskan sumpitan ramen yang berada ditangannya untuk sekedar memperhatikan pria didepannya.
"ya kau bisa lihat sendirikan ?"
Hinata kembali berusaha fokus dengan makanannya, mencoba memakan ramen dengan tenang.
"siapa namamu ?"
Diam.
"h-hey, siapa namamu. Kau tuli ?"
Hinata menghiraukan lelaki didepannya dan tetap makan
"aku rasa kita berada dalam jurusan yang sama"
Tidak ada jawaban dari hinata. Ia cepat-cepat menghabiskan ramennya.
Srekk
Hinaya menggeser bangkunya untuk memudahkan dirinya beranjak dari tempat. Hinata berjalan meninggalkan tempatnya tadi untuk membayar ramennya.
"he ? Tidak sopan sekali" ujar lelaki berkuncir satu yang sedari tadi di hiraukan oleh hinata
"aku ambil satu ramen dan roti melon, ini uangnya"
Hinata memberikan uang kepada penjual ramen tadi. Setelah membayar, hinata akan kembali ke jurusan. Hinata membalikan badannya ditengah kerumunan mahasiswa. Berusaha menerobos kerumunan antrian. Akhirnya setelah beberapa saat hinata berhasil menerobos kerumunan.
Brakk
Tanpa sadar tubuhnya limbung karena senggolan dari arah lain. Membuatnya jatuh terduduk.
"aduh, roti melonku !"
Hinata bergegas menyelamatkan roti melonnya, tapi sayang ia kalah cepat dengan pijakan kaki seseorang.
"huwaaaa"
Hinata meratapi roti melonnya yang sudah tak berbentuk
"eh!"
Wanita yang menginjak roti melon hinata berjongkok berusaha membangunkan tubuh hinata
"maaf, maaf aku tidak tau kalau roti melonmu terinjak"
Gadis itu merogoh kantung jaketnya lalu memberi ganti atas roti melon hinata yang terinjak olehnya
"ini sebagai ganti, aku hanya punya yakisoba. Tidak apa kan ?"
Hinata mengambil yakisoba yang disodorkan gadis itu
"tidak apa-apa, arigatou !"
Hinata membalas dengan tundukan kepala.
"Haruno sakura. Panggil saja sakura"
"Hyuuga hinata. Panggil hinata. Senang bertemu denganmu"
"eh, kau bukannya gadis yang ditegur tadi ya ? Ngg oleh sasuke senpai"
Sakura bertanya dengan sedikit pelan, takut salah. pipinya terlihat merona saat menyebut nama sasuke.
Hinata mengangguk cepat.
"iya, itu aku"
"ah, berarti kita satu kelas. Ayo ikut aku. Aku akan memperkenalkanmu dengan temanku yang lain"
Tangannya ditarik oleh sakura menuju ke gedung jurusan. Hinata hanya menurut saja, mungkin ini bagus untuk perkembangan sosialnya
"ino, naruto ! Pesanan kalian"
Sakura memberikan kantung plastik berisi makanan ke mereka berdua. Oh, hinata kenal salah satu dari mereka. Uzumaki naruto. Orang dengan rambut pirang yang berkenalan dengannya di lapangan tadi pagi. Yang rambut pirang satunya hinata tidak tau siapa itu.
"ino, naruto. Ini hyuuga hinata"
"oh, yamanaka ino. Yoroshiku !"
Ino tersenyum manis kepada hinata.
"aku ingat denganmu, tenang saja hyuuga-san"
Setelah perkenalan singkat itu mereka duduk bersama untuk mengakrabkan diri. Mereka mengobrol bersama sampai lupa waktu. Tak terasa waktu menunjukan pukul 14.45. Waktu yang cukup untuk menjadikan seseorang menjadi teman baik
"he.. tak terasa sekali sudah jam segini. Ayo bergegas ke lahan belakang. 15 menit lagi kan akan ada pelatihanan awal"
Ino bersuara menginterupsi kegiatan mengobrol mereka.
"tenang, aku tau kok tempatnya"
Naruto tersenyum lebar, terlihat sekali kalau Ia adalah orang yang ceria. Sepertinya hinata mulai menyukai teman barunya ini
-At Agro Center -
Tidak membutuhkan waktu lama, hanya 10 menit perjalanan mereka untuk dapat sampai ke agro center. Di jalan tadi, mereka melewati kandang milik mahasiswa peternakan. Ada beberapa binatang disana. Ada sapi, ayam bahkan babi. Mereka melihat beberapa benda yang yang dipagari dengan pagar kawat. Setelah membaca tanda yang dipasang didekat pintu masuk mereka mengetahui bahwa tempat itu adalah stasiun klimatologi. Stasiun klimatologi adalah laboratorium terbuka yang berfungsi untuk membantu memperkirakan cuaca.
Pritttttt
Tiupan peluit terdengar dari arah agro center yang terletak disebelah stasiun klimatologi. Kami berlari setelah mendengar peluit yang ditiup sebagai kode untuk berkumpul. Berbaris didepan rumah kaca.
"baiklah dengarkan dengan baik. Disini kalian akan diajarkan bagaimana caranya untuk menanam padi."
"haaaa ?"
"pasti seru ! Aku jadi tidak sabar"
"huhh berkebun dibawah terik matahari"
Entah seberapa sering hinata terkejut hari ini. Menanam padi dibawah terik matahari belum lagi tanah yang berlumpur, licin. Hinata memgekspresikan rasa terkejutnya dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"tidak apa-apa. Pasti menyenangkan kok !"
Naruto menepuk-nepuk lembut kepala hinata guna menenangkannya.
"iya, aku akan berusaha !"
"sekarang silahkan kalian ganti baju dengan baju lapangan yang sudah disediakan"
"sebelum menanam padi,kita harus menyiapkan lahan dulu. Lahan untuk padi harus berlumpur. Tidak boleh kering atau terlalu basah. Mengerti ?"
"hai' !"
"berhubung lahannya sudah dibajak dan diberi pupuk seminggu yang lalu, jadi sekarang ambil bibitnya di tempat persemaian"
Setelah dapat intruksi dari kakak tingkat kami menuju tempat persemaian padi.
"kau harus mengambilnya perlahan, seperti mencabut rumput. Usahakan pegang bagian bawah dekat akar agar mudah dan tidak rusak"
Naruto memberitau bagaimana caranya kepada hinata. Hinata memperhatikan lalu mencoba mencabutnya. Ia letakan bibit padi yang sudah dicabut di ember yang sudah disediakan.
"sepertinya kau banyak tau"
"ayah naruto itu petani berdasi di desanya. Jadi wajar saja"
Ino datang tiba-tiba
"ayo hinata, kita terjun !!"
Ino menarik lengan hinata lalu membawa ember berisi bibit. Ino melangkahkan kakinya ke sepetak lahan yang tidak luas karena kegiatan ini hanya pelatihan maka tidak diperlukan lahan yang luas. Menurunkan kaki putihnya pelan-pelan ke medan yang berlumpur
"hinata ! Pegang aku uhhh aku takut tapi ini menyenangkan ahaha"
Hinata memegang tangan ino menahan agar ino tidak terpeleset
"sakura ! Bantu aku aku takut jatuh !!!!"
Sakura yang sudah terjun duluan menghampiri ino untuk membantu ino. Lalu perlahan hinata turun
"ini sangat licin, hihihi tekstur tanahnya licin !" hinata merasakan euphoria dalam dirinya, yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Ia merasa senang, bebas.
"uaaaa !!"
"hinata, hati-hati kalau jatuh bagaimana ? Kau mau mandi lumpur ? "
Naruto yang mengekor dibelakang hinata memegangi baju hinata agar hinata tak terjatuh
"kami ke ujung sana ya hinata ! Karena penanamannya dua arah supaya cepat. Kau disini saja bersama naruto"
Ino menarik tangan sakura, mereka berpegangan satu sama lain agar tidak terpeleset.
"kalau kalian sudah siap diposisi masing-masing. Tanam bibit dengan menekan ibu jari. Tanam dengan berjalan mundur ! Kami akan tinggalkan kalian sebentar. Selesaikan dengan benar !"
Kami mulai menanam bibit, berjalan mundur dengan perlahan. Bagian ku dan naruto dari utara ke selatan sedangkan bagian sakura dan ino dari selatan ke utara. Kami akan bertemu ditengah-tengah
"kau berhutang maaf denganku !"
"eh, kau lagi ?"
Hinata melirik ke samping ternyata lelaki berkuncir satu yang mengajaknya bicara
Pukk
"ewh siapa yang melempar ini ?"
Hinata memegang rambutnya. Ternyata gumpalan lumpur yang dilempar oleh orang di sampingnya mengenai rambutnya.
"ingin bermain-main eh !"
Hinata membuat gumpalan lumpur lalu ia arahkan gumpalan tersebut ke arah orang yang melempar. Lelaki berkuncir satu itu heran melihat kelakuan hinata dengan kiba, teman yang baru dikenalnya beberapa waktu lalu. Bermain lempar-lemparan lumpur. Yang lain pun tidak mau kalah. Mereka ikut menyerang satu sama lain. Hinata berusaha mempertahankan keseimbangan tubuhnya di medan yang licin, kakinya dilangkahkan kebelakang demi menghindari lemparan lumpur dari kiba dan yang lainnya. Semakin kebelakang tanahnya semakin licin.
"aaaaaa wajahku !!!!"
Wajah hinata penuh sudah dengan lumpur, tapi masih saja banyak gumpalan lumpur yang mengarah kepadanya. Ia memundurkan kakinya tanpa bisa menjaga keseimbangan badannya lagi
"hinata awas !!!"
BRUKKK
Hinata lagi-lagi terjatuh berbaring diatas tubuh lelaki berkuncir satu. Sungguh malang nasib lelaki dibawahnya, terjatuh bermandikan lumpur pula. Yang lainnya hanya tercengang melihat adegan barusan
"aduh.. bangun !!"
Lelaki itu menggerutu
Hinata cepat-cepat bangun dan berdiri, ia melongo melihat lelaki yang tadi berada dibawahnya penuh dengan lumpur. Wajahnya terlihat sangat kesal
"ha, merepotkan. Aku akan membersihkan diri"
Lelaki itu beranjak dari tempatnya untuk segera menuju ke sumber air. Hinata mengikutinya dari belakang karena merasa bersalah. Lelaki itu berjongkok mengambil selang lalu menyalakan kran. Hinata duduk dibatu berhadapan dengannya.
"maaf, sini aku bantu membersihkan !"
Hinata menyerobot selang yang airnya keluar lalu segera melepas ikatan rambut lelaki itu. Hinata mengalirkan air dari selang ke atas kepala lelaki itu, membasuh dengan lembut rambut panjang itu. Lelaki itu hanya memperhatikan wajah serius sang hyuuga saat membersihkan kepalanya. Ia mengabsen setiap keindahan yang dimiliki hinata, mata bulannya, hidung kecil, bibir tipisnya. Wajahnya manis dengan balutan kacamata sederhana.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja"
Hinata meletakan selang ke bawah, mematikan karan. Tugasnya sudah selesai.
"tidak apa, walaupun aku sedikit kesal kau ku maafkan. Terima kasih. Sini ku bersihkan wajahmu"
"ta..tapi"
Hinata merona.
Lelaki itu tanpa sadar berucap seperti itu, tangannya ia gerakan untuk melepas kaca mata hinata. menyalakan kran dengan air yang kecil. Ia siram kepala gadis itu dengan lembut, membasuh wajah hinata dengan telapak tangannya. Pipi gembul hinata diusap oleh ibu jarinya. Jantung hinata berdetak cepat. Mata mereka bertemu. Tanpa berkedip. Saling mendekatkan wajah satu sama lain. Makin lama makin dekat dan bertahan dengan hidung mereka yang bersentuhan
Satu detik
Dua detik
TBC
NB :
Karakter sasuke disini aku bikin ooc, sasuke gak terlalu dingin tapi juga gak terlalu ramah sama orang. Kecuali hinata. Karena apa ? Tunggu di next chapter :D
Kritik dan saran dibutuhkan
