Black Shinigami


Ichigo: YAY~~! Fic Baru~~! *fire background*

Rin: Mudah-mudahan enggak aneh-aneh…

Miku: Ho'oh, aku dapat firasat buruk tentang fic nya si author…. Hi~

Ichigo: Ya sudah deh, Disclaimer!


Disclaimer : Vocaloid bukan milik saya, melainkan milik Mbah Yamaha dan Om Crypton

Rate : T

Genre : Spiritual, Fantasy, Drama, Romance (ke depannya)

Caution : typo, agak gaje, OOC

DON'T LIKE DON'T READ!


Chapter 1 : I am a Shinigami


Kematian. Perasaan putus asa, takut, sedih, benci dan dendam. Semua bercampur aduk ketika manusia menghadapi kematian.

Bagiku, kematian adalah hal yang biasa dimataku. Walau bagi banyak orang, kematian adalah hal yang paling ditakuti.

Tapi aku, tidak takut sama sekali. Karena itulah tugasku, mengambil nyawa manusia.

Ya, aku adalah seorang Shinigami. Tugasku mengambil dan mengantar nyawa manusia ke dunia atas.

Tidak ada seorang manusia pun yang tahu, bahwa Shinigami banyak tinggal di Bumi. Menunggu waktu untuk mencabut nyawa manusia.

Dan sambil menunggu, kami akan berbaur dengan manusia, untuk memantau mereka.

Hingga waktunya telah tiba, kami, para Shinigami, akan menjalankan tugas kami.


Rin POV


"Kagene-san silahkan jawab pertanyaan nomor 2." Ucap Meiko-sensei padaku. Dan dengan mudah, aku menjawab soal dengan mudah dan cepat.

"Bagus sekali Kagene-san, seperti biasa kau memang pandai." Puji Meiko-sensei padaku.

"Terima kasih, Sensei." Ucapku dengan sopan.

TENG TENG

"Baiklah anak-anak, karena sudah bel, kalian boleh pulang." Ucap Meiko-sensei sembari menggenggam botol sakenya dan berjalan keluar kelas.

Kelaspun menjadi ribut. Banyak yang langsung berhamburan untuk pulang. Ada juga yang masih mengobrol. Tiba-tiba, seorang gadis berambut twintail dengan warna teal berjalan ke arahku.

"Rin-chan, mau pulang sama-sama?" tanyanya dengan ceria.

"Tentu saja, Miku-chan" jawabku pada Miku, sahabatku. Dia dan aku sudah bersahabat sejak aku pertama kali masuk SMA.

Kami pun pulang bersama. Dan kadang diselingi dengan canda gurau.

Namun kali ini, terasa ada aura aneh dari Miku. Ini pertanda.

.

.

.


-skip-

"Terima kasih, Rin-chan" ucapnya dengan lembut padaku, lalu segera masuk ke dalam rumahnya.

Kini tinggal aku sendiri, dan aku pun segera berjalan menuju apartemenku.

Apa kalian perlu perkenalan? Oh, baiklah, namaku Kagene Rin, kelas XI dan bersekolah di Voca High School. Aku tinggal sendiri di sebuah apartemen yang lumayan bagus. Dan, oh ya, satu hal lagi, aku adalah seorang Shinigami.

Tidak ada yang pernah mengetahui identitas asliku, kecuali ketika mereka akan kucabut nyawanya.

Setelah kubuka pintu apartemenku aku segera masuk dan segera menyalakan laptopku.

Belum ada e-mail masuk.

Sambil menunggu, aku langsung mandi dan mengganti pakaianku.

Tidak terasa, hari sudah berganti menjadi malam.

Kulihat kembali laptop milikku. Ada sebuah e-mail.

Dari Ketua ya? Lalu kubuka e-mail tersebut.

Targetku selanjutnya, Hatsune Miku. Hmp, seperti dugaanku.

Dengan membaca e-mail dari ketua, aku pun mengambil kalungku. Lalu mengucapkan mantra.

Seketika itu juga, pakaianku langsung berubah menjadi serba hitam.

Sebuah pakaian dengan banyak renda dan pita, bertemakan gothic Lolita. Sebuah atasan berwarna hitam, pita merah dan renda putih, dengan lengan pendek yang menggembung dan sarung tangan pendek berwarna hitam. Lalu sebuah rok balon selutut berwarna hitam dengan renda putih dan pita-pita kecil berwarna merah darah di sekelilingnya.

Ditambah sepasang sepatu yang mirip dengan sepatu balet berwarna hitam dengan pita hitam di belakangnya. Dan sebuah topi hitam kecil, berenda putih dan berpita merah di rambut honeyblonde milikku. Membuat penampilanku semakin manis. Walapun Shinigami, tapi fashion harus diutamakan.

Aku tidak mau berpenampilan seperti Shinigami di zaman dulu, hanya memakai kain hitam yang jelek dan kumal. Atas permintaanku pada ketua, aku boleh mamakai baju manis nan gothic ini saat bertugas.

Tidak lupa, sepasang sayap yang mirip dengan sayap malaikat yang melekat di punggungku. Jika sayap malaikat berwarna putih, maka kami, para Shinigami memiliki sayap berwarna hitam. Dan sebuah sabit hitam besar dengan sentuhan merah darah yang memiliki pita hitam besar di tongkat kuningnya, agar senada dengan pakaianku.

Dengan begini, aku siap melaksanakan tugasku. Sebagai seorang Shinigami.

Lalu aku pun meloncat dari jendela dan segera terbang melayang dengan indahnya menuju rumah Miku, sahabatku.

Ketika aku terbang, tidak ada siapapun yang dapat melihatku. Hanya orang mati alias hantu atau yang akan mati saja yang dapat melihat Shinigami.

.

.

.


Ah, akhirnya aku sampai di rumah Miku. Kulihat dia sedang tiduran di kasur sambil memluk bantal Negi raksasanya.

Aku pun masuk ke dalam kamarnya, dan tentu saja dia sangat kaget dengan kehadiranku yang tidak di undang di kamarnya.

"KYAA! RIN-CHAN! APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMARKU! DAN PAKAIAN SERTA SABIT BESAR ITU!" teriaknya dengan histeris padaku. Aku pun hanya tersenyum sinis padanya. Dia pun hanya mematung di kasurnya karena ketakutan.

"Hehe, aku datang untuk mengambil nyawamu lho~ Miku-chan~!" ucapku dengan santainya dan tersenyum manis pada Miku. Tetap saja, dia masih ketakutan, dan wajahnya jadi sangat pucat karena melihatku.

"Aa-Apa maksudmu Rin-chan! Jangan bercanda!" teriaknya lagi padaku. Dan aku hanya tersenyum sambil berkata-

"Aku tidak bercanda Miku, kau akan mati. Dan aku sebagai seorang Shinigami yang imut, akan mengambil nyawamu, jadi bersiaplah~" ucapku dengan nada riang nan dingin pada Miku.

"Aku tidak menger-"

"Satu, Dua, dan Tiga!"

Setelah itu langsung kuayunkan sabit besar milikku ke jantung Miku.

"Kyaa~ Tepat sasaran~" ucapku dengan girangnya.

Seketika, darah berserakan di mana-mana. Bahkan sekarang, kasurnya yang putih telah berubah warna. Menjadi warna kesukaanku setelah hitam, merah darah.

Ya, kini dia sudah mati. Kututup kedua matanya yang tadi terbuka. Dan kini saatnya untuk mengambil nyawanya dan membawanya ke dunia atas, tempat dia akan di hakimi. Akan masuk Surga atau Neraka.

Mengambil dan membawa 'sebuah' nyawa, sangatlah mudah bagiku yang telah professional ini. Seperti memegang sebuah bulu. Hehe, jadi nyombongin diri~

Semakin berat sebuah nyawa, semakin banyak pula dosanya. Dan juga sebaliknya. Kuakui, nyawa seorang Hatsune Miku itu lumayan ringan. Sehingga aku tidak perlu menggunakan tenaga ekstra untuk membawanya.

Kini saatnya bagiku untuk pergi, dan membiarkan jasad Miku tertidur dengan pulas disini.

Dan satu lagi, ketika aku pergi, semua darah dan bekas tusukan sabitku pada Miku akan menghilang. Dan akan terlihat seperti dia mati tanpa penyebab. Simpel bukan?

Aku penasaran dengan reaksi adik kembarnya Mikuo, ketika melihat kakak tersayangnya telah tidak bernyawa. Jadi ingin cepat-cepat melihat besok nih. Apakah akan ada airmata yang melimpah dari teman kerabat Miku? Aku atau kita lihat saja besok.

Dan aku pun melayang lagi menuju apartemenku, seketika aku memijakkan kaki, semua atribut Shinigami ku langsung menghilang dan masuk ke dalam kalungku. Dan dengan indahnya, aku segera meloncat ke tempat tidur dan menanti hari esok, yang akan penuh dengan airmata.


-ke esokan harinya-

"Hwaaaa~~~ Miku-chaaaan~~~ Huuu….~~~" isak semua teman Miku, bahkan musuhnya saja menitikkan airmata. Dan tentu saja pacarnya, Shion Kaito. Dia begitu merasa kehilangan atas meninggalnya Miku yang dianggapnya begitu cepat.

Sungguh pagi yang indah, diiringi dengan harmoni kesedihan yang indah pula. Pagi ini benar-benar membuatku sangat bersemangat!

Berterima kasihlah berkat kematian Miku, hari ini sekolah dipulangkan lebih awal. Pulang sekolah beli jeruk ah~

Aku sama sekali tidak merasa sedih akan kepergian Miku, meskipun dia adalah sahabatku. Kau tahu kenapa? Karena aku adalah seorang Shinigami yang mengambil nyawanya dengan tanganku sendiri, dan satu lagi, kami tidak punya perasaan belas kasihan pada target kami. Dan kami juga tidak akan bertambah usia. Sehingga aku akan terus menjadi seorang gadis remaja yang cantik nan imut. Oh senangnya~

O, ya. Kami para Shinigami hanya menangani kematian di bagian tertentu saja, contohnya aku, aku menangani Negara Jepang. Dan semakin banyak target kami, semakin tinggi pula tingkatan kami sebagai Shinigami yang professional.

.

.

.

Di pemakaman Miku, semua orang mengenakan pakaian serba hitam. Dan juga aku. Hitam adalah warna kesukaanku. Aku mengikuti pemakaman ini agar tidak ada kecurigaan, ya, walaupun agak terpaksa juga.

Kulihat banyak air mata yang mengalir dari setiap mata orang-orang yang ada disana. Kecuali aku, hei, aku seorang Shinigami, ingat?

Dengan tatapan kosong, kulihat nisan milik Miku. Ketika semua orang sudah mulai pulang, kini tinggallah Kaito, pacar Miku dan adik kembar Miku, Mikuo.

Air mata mereka tidak kunjung berhenti, walaupun sebelumnya mereka sudah menangis dengan sangat keras dan histeris. Tapi tak apa, aku suka dengan adegan ini.

Ya sudah, dari pada jeruk di supermarket yang sedang diskon 50% keburu habis, mendingan aku segera pergi dari tempat yang indah ini.

.

.

.


-skip time-

"Hwaa~ Jeruk obral memang lezat~" ucapku sambil memakan jeruk yang sudah kubeli dengan potongan harga di supermarket.

Sambil terus melihat ke arah laptopku, aku terus memakan jeruk-jerukku yang kubeli hamper 2 kilo banyaknya.

Natto~ Natto~ (lagu Never)

Ah, akhirnya datang juga.

Aku langsung merasa sangat bersemangat ketika melihat sebuah e-mail masuk ke laptopku.

Ah, aku belum bilang ya. Karena sekarang zaman modern, pembagian tugas di berikan lewat e-mail ke laptop setiap Shinigami masing-masing. Atau ada juga yang lewat hp, bagi Shinigami yang kurang mampu. Tapi, keren kan? Pembagian tugasnya lewat e-mail~.

Dan pembagian tugas ini tidak sembarangan diberikan, karena tugas ini di berikan langsung oleh malaikat atas perantara Tuhan (ingat ini fiksi!) kepada ketua asosiasi para Shinigami. Lalu tugas itu diberikan pada kami, para Shinigami sesuai daerahnya masing-masing.

.

.

Are? Mataku agak terbelalak ketika melihat e-mail dari ketua, sepertinya tugasku kali ini bukan untuk mengambil nyawa seseorang melainkan membantunya untuk menyelesaikan tugas yang belum selesai di dunia nyata. Tepatnya bagi seorang hantu yang belum tenang.

Dan alisku terangkat ketika melihat nama si hantu ini. Hatsune Miku.

Dia ada urusan apa sih? Merepotkan saja. Sigh. Tapi tak apa, justru kejadian yang jarang seperti ini malah akan membuatku semakin professional.

Hmmm… Lokasinya, kamarnya sendiri? Baguslah, dengan begini aku tidak perlu repot-repot mencarinya.

Dan dengan indahnya, aku melompat ke luar jendela dan terbang di udara. Tentu saja dengan pakaian Shinigami milikku yang imut. Namun kali ini kutinggalkan sabitku, sabit hanya digunakan untuk membunu-, maksudku mengambil nyawa saja.

Karena tugasku hanya untuk membantunya, makanya kutinggalkan.

.

.

.


Belum 5 menit aku terbang, aku sudah sampai di kamar Miku. Dan di sana Miku sudah menungguku, dengan wujud hantu tentunya.

Saat melihat kehadiranku, pada awalnya dia kelihatan kaget dan takut. Namun lama-lama sepertinya dia sudah terbiasa denganku.

"Jadi, apa masalahmu Miku?" tanyaku to-the-point padanya.

"Rin apa benar itu kau? Kau seorang Shinigami? Dan aku sudah mati? Dan sekarang aku jadi hantu gentayangan?" tanyanya tanpa jeda sedikitpun. Padahal sudah mati, tapi sifat cerewetnya masih ada.

"Semua jawabannya iya Miku, ini aku. Aku adalah Shinigami yang mengambil nyawamu. Kau sudah mati dan sekarang kau menjadi hantu yang… ew, gentayangan." Jawabku dengan lantang pada Miku. "Kutanya sekali lagi, apa masalah yang belum kau selesaikan?"

"Umm… sebenarnya… begini…." Dan Miku pun membisikkan masalahnya padaku.

"Oh jadi begitu… itu sih gampang~ Kita lakukan saja besok pagi, besok libur kan?"

Dan setelah mengatakan itu, kuajak Miku ke apartemenku untuk tinggal sementara. Hantu juga butuh tidur kecantikan kan? Apalagi aku, Shinigami cantik, imut nan Lolita ini.


~~To be Continued~~


Ichigo: Yak! Segitu dulu~~

Miku: Woi Author! Apa maksud elo ngejadiin aku hantu gentayangan hah!

Rin: Kamu cocok kok~

Miku: Itu pujian atau hinaan? *deathglare*

Rin: Kuanggap pujian…

Ichigo: Hehe~ Sudah sudah… Nah readers! Mohon ritual REVIEW, FOLLOW dan FAVORITE NYA~~

All: SeeU next chapter! .

SeeU: Eh? Aku dipanggil?

All: Bukan!

SeeU: *sweatdrop*


.

.

.

KEEP OR DELETE?

.

.

.