Disclaimer :
Naruto hanya milik Kishimoto Masashi-sama tentunya :D
Rinai Hujan by Hikarisyifaa :) Rated: T
Setting : AU
Warning : sedikit OOC, typo dan segala warning lainnya jadi satu hihi #plak
Saya orang baru nih di dunia ff, jadi mohon bantuannya yaa minnasan :)
So langsung aja, This is it . . . .
Rinai Hujan
PIP... PIP... PIP...
Suara Electrocardiograf seakan menjadi nyanyian sunyi di salah satu ruang inap rumah sakit yang lengang itu. Garis – garis zig – zag yang terus bergerak dan berubah perlahan, serta angka – angka membingungkan yang tertera di monitornya menandakan bahwa masih ada secercah kehidupan yang terus coba di pertahankan gadis berambut pirang yang terbaring lemah disampingnya. Hujan gerimis yang sangat disukai bahkan dipuja oleh gadis itu turun membasahi jendela. Seakan memberi semangat gadis itu untuk tetap bertahan. Namun gadis itu tetap bergeming dalam tidurnya. Tak menghiraukan apapun. Bahkan tak menghiraukan sahabatnya yang sedari tadi terus berada di sampingnya. Menggenggam erat tangannya sedang air mata terus meleleh di pipi. Bibirnya terus melantunkan doa. Mungkin hanya itu yang bisa ia lakukan.
Sakura terus menatap wajah sahabatnya itu dengan mata nanar. Dadanya sesak dipenuhi rasa sesal yang mungkin seumur hidup akan terus menghantuinya. Hanya tangis dan ucapan maaf yang ia harapkan bisa mengurangi sedikit rasa sesal yang menyesakan ini. Rasa sesal yang takkan pernah bisa ditebusnya.
Hujan …. Satu – satunya yang sangat disukai Ino. Saat hujan tiba, Ino pasti akan tertawa gembira sambil berlari – lari di halaman membiarkan seluruh tubuhnya basah, kenang Sakura berjalan perlahan menuju jendela. Menatap air hujan yang turun membasahi jendela. Ia jadi teringat kembali kenangannya bersama Ino di tengah hujan. Bercanda tawa gembira. Saat semuanya terasa indah.
.
.
.
.
. . . DRESSHHH . . .
Saat itu hujan memang turun membasahi bumi Konoha High School. Beberapa siswa yang masih ada di halaman sekolah berlarian di koridor untuk berteduh. Namun ada satu siswa yang malah berlari menyongsong hujan. Ia merentangkan tangannya sambil berputar – putar dan tertawa riang. Membiarkan seluruh tubuhnya diterpa hujan.
"Hwaa . . ! Yyeee ! " teriak Ino sambil tertawa – tawa dan berputar – putar di tengah hujan.
"Hey, Ino! Ngapain kau disana? Ini lagi hujan tau! Lihat! Kau jadi basah kuyup tuh! Nanti sakit lho! Hey, Ino! " teriak Sakura yang sedang berteduh di koridor.
"Sakura-chan ?!" kata Ino sambil melambai – lambaikan tangan. Mata zamrudnya berbinar – binar melihat sahabatnya. "Ayo kesini! Mumpung lagi hujan nich! "
"Nah, itu tahu lagi hujan! Kenapa tetep berdiri disana ?!"
Ino hanya terkekeh menanggapi sahabatnya yang teriak – teriak khawatir. Ia lalu berlari menghampiri Sakura dan menarik tangannya. Membawanya ke tengah hujan.
"Ino! Apa yang kau lakukan?!" tuntut Sakura kaget. Satu tangannya diletakannya diatas kepala. Berusaha melindunginya dari hujan.
" Hehehe …. Kau ini marah – marah melulu! Nanti cepet tua lho!"
" Enak aja cepet tua! Lagian siapa yang marah – marah?! Aku gak marah! Aku hanya_ "
"Ssstt!" potong Ino meletakkan telunjuknya ke bibir Sakura. Mengisyaratkan agar Sakura diam. " Coba deh kau pejamkan mata! Sebentaaaaar saja ! Kau pasti berubah pikiran!" kata Ino tersenyum mengedipkan sebelah matanya.
Awalnya Sakura sangsi. Apa kiranya yang akan dilakukan sahabatnya yang kadang suka aneh –aneh itu. Namun melihat tatapan memohon yang tersirat di mata Ino, ia pun menurut. Dan saat menutup mata ia terpana. Ada sensasi aneh seakan – akan begitu ia menutup mata, air hujan tidak hanya membasahi tubuhnya, tetapi juga bagian terdalam dirinya. Relung – relung jiwanya. Hingga seakan ia mendengar suara Ino dari tempat yang sangat jauh.
" . . . Kau pasti sudah merasakannya juga kan ? Hujan …. adalah sesuatu yang sangat menakjubkan. Ia yang memberi kehidupan …. menyejukan dunia …. Tanpa hujan, lingkaran kehidupan yang begitu kompleks ini akan terputus …." kata Ino lebih kepada dirinya sendiri. Ia memejamkan matanya. Ikut merasakan sensasi khas saat hujan jatuh ke kepalaya, tangannya, dan tubuhnya.
"Hujan …. begitu multi makna. Ia selalu bisa menyampaikan isi hati. Saat kita sedih, ia menjelma menjadi airmata …. Saat kita senang, rintiknya bagaikan mars penyemangat …. Saat kita marah, dialah yang meredakan amarah kita …. Hujan adalah sesuatu yang sangat menakjubkan, bukan ?" kata Ino membuka mata. Ia menatap berseri – seri Sakura yang juga telah membuka mata.
"Jadi itu alasannya kau sangat menyukai hujan ?" tanya Sakura.
"Ya. Aku saaaaangat menyukai hujan! Jadi, aku paling nggak suka kalau musim panas tiba. Karena hujan nggak pernah turun. Pokoknya hujan adalah hidup dan matiku. Kata kaasan, waktu aku lahir hujan sedang turun meski saat itu sedang musim panas. Dan aku harap saat aku mati nanti hujan juga akan mengiringi ruhku ke alam sana," kata Ino sedikit menerawang.
"Ahhh! Sudah – sudah! Jangan ngomongin soal mati – mati! Tabu tau! Mending kita hujan – hujanan lagi! " kata Sakura.
Ino tercengang mendengarnya. Menatap Sakura tak percaya. Mengira ia pasti salah dengar.
"Apa ?! Apa kau bilang tadi Sakura-chan ?" tanya Ino.
"Hemm…. Kukira sekali – kali hujan – hujanan juga gak apa – apa,"
"Aahh Sakuraaa ! " Kata Ino memeluk Sakura," kau memang sahabatku yang paling baik ! Yeeee…. ! "
Mereka pun tertawa – tawa. Berputar – putar dengan tangan terlentang. Tanpa beban pikiran. Hanya ada riang dan tawa. Tanpa tahu tangis yang akan memenuhi mata mereka … nanti ….
.
.
.
PIP.. PIP...PIP...
Suara Electrocardiograf masih saja berdengung menyesakkan jiwa. Setidaknya itu yang dirasakan Sakura. Sakit rasanya melihat Ino terbaring tanpa daya. Dibantu oleh alat – alat dan selang – selang aneh hanya untuk tetap bernafas. Ino-nya yang selalu ceria. Ino-nya yang selalu lincah dan tersenyum berbinar – binar padanya. Kini hanya terbaring lemah tak bergerak. Mengandalkan alat – alat kedokteran itu hanya untuk sekedar bertahan hidup. Menopangkan nyawanya pada benda – benda mati itu untuk jiwanya yang hidup. Rasanya masih terbayang jelas dalam benaknya ketika Ino dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan di otak. Adegan itu masih terlintas jelas berkelebat di kepalanya. Seperti baru saja terjadi.
"INO ! INO ! BANGUN INO ! APA KAU TAK MENDENGARKU ?! AKU MENYURUHMU BANGUN INO ! " teriak Sakura histeris. Dia setengah berlari mengikuti Ino yang terbaring tak sadarkan diri dibawa oleh para perawat dan dokter ke ruang Gawat Darurat. Sedang otousan dan okaasan Ino, yang juga setengah berlari, hanya tertunduk pasrah sambil menitikkan air mata. Mengucapkan kata – kata penenang untuk sahabat putri semata wayangnya. Setelah sampai di depan pintu ruang UGD, seorang perawat menahan Sakura dan kedua orang tua Ino.
"Maaf, sebaiknya Anda tunggu diluar. Percayakan saja pada tim dokter. Kami akan berusaha semaksimal mungkin. Permisi! " kata salah seorang perawat sambil menutup pintu UGD. Lampu di atas pinti UGD pun berubah menyala merah.
"TIDAK ! AKU MAU BERSAMA INO ! INO ! BANGUN INO !" teriak Sakura bertambah histeris. Meronta – ronta berusaha lepas dari pegangan ayah dan ibu Ino.
"Sudahlah, Sakura ! Sabar ya, Nak ! Kita disini hanya bisa menunggu dan berdoa…. Kita sama – sama berdoa untuk Ino…." kata ibu Ino bercucuran air mata.
" . . . Ino-chan gomen . . .hontou ni gomen … Ino-chan …" lirih Sakura terduduk lemas di lantai rumah sakit.
.
.
.
Tik . . . Tik . . .Tik . . .
Hujan yang semakin lebat kini sudah semakin reda. Hanya meninggalkan rinai gerimis syahdu. Sakura menarik nafas dalam – dalam. Menenangkan diri. Mencoba menyimpan kembali kenangan pahit itu di dasar hatinya. Itulah sekali – kalinya ia tak dapat mengontrol diri. Biasanya ia begitu tegar. Begitu kuat. Namun saat itu, ia benar – benar tak tahu caranya menenangkan diri. Seakan bagian dirinya yang biasanya membuatnya tegar dan kuat telah hilang.
CEKLEK !
Pintu kamar pasien terbuka. Sakura menengadah melihat seseorang yang baru saja datang. Meski raut wajah sendunya tak bisa lagi bertambah pucat. Namun secara tak kentara rasa sesal yang tersirat di wajah Sakura semakin terlihat jelas.
" Sakura . . . " sapa seseorang itu. Mata onyxnya menatap emerald Sakura.
" . . . Sasuke-kun . . . "
.
.
.
"Ino, mau bertemu siapa sih sebenarnya? Kenapa harus buru – buru seperti ini? Jangan tarik tanganku kenceng – kenceng donk ! " tuntut Sakura sebal karena begitu bel istirahat berbunyi sahabatnya itu langsung menarik tangannya dan mengajaknya berlari – lari menuju kantin.
"Rahasia. Pokoknya ikut aja, " kata Ino pendek sok misterius.
"SASUKE-KUN!" teriak Ino begitu sampai di depan kantin. Sakura harus setengah menunduk menahan malu dan nyengir meminta maaf kepada orang – orang yang menoleh heran.
"Ino baka, apa yang kau lakukan ?! Jangan teriak – teriak di depan umum ! Orang – orang pada ngeliatin nih !" bisik Sakura putus asa. Nihil. Protesnya tak digubris sama sekali oleh Ino yang malah melambai – lambaikan tangannya ke seseorang.
Ah, kadang Sakura lupa betapa sahabatnya itu bisa kelewat malu - maluin. Ia hanya bisa merutuk kesal dalam hati.
Sementara itu diseberang kantin, seseorang duduk sendirian di salah satu bangku ditemani jus tomat dan sebuah buku yang sedang dibacanya khidmad. Awalnya sih nampak damai tak terganggu hiruk pikuk kantin. Hanya awalnya. Karena kini ia telah menoleh ke sumber suara yang kedengaran terlalu nyaring memanggil namanya.
"Ino ! " kata seseorang itu dengan binar tak kentara dan senyum tipis di wajah stoicnya. Ino setengah berlari meninggalkan Sakura dan menghampiri cowok bermata onyx dan berambut raven itu dan segera memeluknya. Lagi – lagi senyum tipis menghiasi cowok itu tapi hanya sesaat sebelum kembali berwajah datar dan sedikit angkuh meski tatapannya kini berubah sedikit lembut.
"Ya,ya, aku tahu Ino. Kau sangat merindukanku yang tampan ini,"
Ino yang sweatdrop mendengar tutur kata sahabat masa kecilnya yang kadang memang kelewat PD tingkat dewa. Ia melepaskan pelukannya dan memukul pelan lengan pemuda itu.
"Tcih, ternyata kau tetap sombong seperti biasanya ya,"
Pemuda itu hanya mengangkat bahu acuh.
"Sebenarnya aku mau memberimu kejutan bahwa aku sudah pindah ke Konoha. Tak kusangka kau sudah menemukanku duluan," kata pemuda itu.
"Kau terlalu meragukan kemampuan detektif Ino Yamanaka kalau begitu. Aku punya intel hebat tau,"ujar Ino dengan tatapan jenaka.
"Ah, pasti baka aniki itu yang memberitahumu. Tch!"
"Hahaha… Tentu saja. Itachiniichan_"
"Ehem!" dehem Sakura memberi tahu kehadirannya karena tampaknya Ino dan Sasuke lupa bahwa tidak hanya ada mereka berdua disana.
"Kau ini Ino! Mentang – mentang ada temen lama temen baru dilupakan, " kata Sakura sambil mengerucutkan bibirnya.
" Hehe…. gomen, gomen! Oh ya Sasuke-kun, perkenalkan ini sahabat terbaikku. Dialah yang menggantikan kedudukanmu setelah kau pergi," kata Ino.
"Sasuke Uchiha," kata Sasuke mengulurkan tangannya.
"Sakura Haruno . . . " kata Sakura menyambut uluran tangan Sasuke. Mencoba mengabaikan desir – desir aneh yang mengusik hatinya saat ia menyentuh tangan Sasuke.
.
.
.
CEKLEK !
Pintu rumah sakit terbuka untuk yang kedua kalinya. Membuyarkan semua keheningan yang sedari tadi menyanding Sasuke dan Sakura.
"Eh, ada nak Sasuke juga ternyata! Sudah lama, Nak ?" tanya ibu Ino, yang baru saja datang. Ia masih dapat merekahkan senyum di bibirnya meski wajahnya tampak sayu. Matanya sembap karena terlalu banyak menangis dalam doa.
"Nggak kok, Yamanaka-san! Aku baru saja datang ! Sakura-chan yang dari tadi disini hingga seluruh tubuhnya ditumbuhi lumut dan jamur tuh," canda Sasuke tetap dengan wajah Stoicnya. Meski bila dilihat seksama matanya berkilat jenaka,
"Enak saja !" kata Sakura mengerucutkan bibirnya ngambek.
"Hahaha …. Tapi menurut obasan Sasuke ada benernya juga, Sakura. Kau hanya pulang untuk pergi ke sekolah. Kau juga perlu istirahat Sakura, "
" Tidak. Sakura tidak apa – apa kok, Obasan. Sakura tak keberatan. Sakura ingin menunggu disini sampai Ino sembuh …. Karena ini semua salah Sakura . . Andai saja waktu itu_ " kata Sakura tercekat di tengah jalan. Ia pun menghela nafas.
.
.
.
"INO-CHAN ! " teriak Sakura kegirangan, langsung menyeruak ke kamar Ino seenaknya. Melompat naik ke tempat tidur Ino.
"Oh, kau Sakura," kuap Ino," ada apa kau kesini ? Kangen padaku ?"
" Iya, Ino-chan ! Aku kangen kamu !" kata Sakura langsung memeluk Ino. Lebih dari apapun inilah yang membuat Ino tersadar dari keadaan trans. Sahabatnya itu selama ini belum pernah memanggilnya dengan suffix chan sambil memeluk berteriak kegirangan seperti ini.
"Hemm... apa yang terjadi selama seminggu aku ke Suna ? Sepertinya ada yang mencurigakan,"
"Aku lagi seneeeeeng banget Ino-chan ! "
"Kau lagi suka sama seseorang ya ? " terka Ino tepat.
"Eh, kok kamu tau ? aku kan belum cerita apa – apa,"
"Aku kan sahabatmu, Sakura. Lagipula mungkin karena aku juga sedang merasakan hal yang sama... " kata Ino sedikit menerawang. Beranjak turun menuju jendela. Memandang langit pagi yang gelap. Mendung.
"Jadi kau sudah menemukan 'Sang Rinai Hujan' mu itu ? " tanya Sakura.
Ino berbalik menatap Sakura. Tersenyum.
"Wahhh, kabar bagus! Ayo, Ino beritahu donk siapa dia! "
"Ehm…. gimana ya ? Kau duluan donk beritahu siapa cowok beruntung itu? "
"Ahhh, kau ini ! Aku kan yang tanya duluan ! " kata Sakura.
"Ck, sudahlah! Jangan mengalihkan pembicaraan! Tak penting siapa yang tanya duluan," kata Ino mengibaskan tangannya," Ayolah, katakan siapa cowok yang berhasil menaklukan Sakura Haruno ?"
"Hahaha …. Baiklah, orang itu …. adalah …." Sakura sengaja melambat – lambatkan kalimatnya sambil tersenyum – senyum jenaka. Menikmati kilat penasaran di mata Ino sahabatnya.
"Sasuke-kun!"
DRESSHH . . .
Tak sanggup. Langit tak sanggup menahannya lagi. Hujan deras turun mengguyur bumi. Seperti ingin menggantikan air mata yang enggan untuk turun. Meski senyuman masih tertinggal di bibir Ino. Namun pelangi itu telah muncul di bola matanya.
"Aku seneng banget Ino! Seneng banget! Waktu kemarin di pantai, Sasuke bilang suka padaku!" kata Sakura tertawa bahagia tetap memeluk Ino.
"Trus siapa si 'Rinai Hujan'- mu itu?" tanya Sakura setelah puas memeluk Ino.
"Dia …ehem…." Ino berdehem pelan berharap suaranya tak parau saat berbicara, "Dia bukan siapa – siapa kok! Dia hanyalah 'Rinai Hujan'-ku, Selamat ya sobat! Aku turut bahagia!"
Dengan penuh sayang, Ino memeluk Sakura yang tersenyum bahagia. Sakura tak pernah tahu bahwa di bahunya Ino menangis. Air matanya tak mau berhenti. Deras. Seperti hujan saat ini.
.
.
.
To be continued….
So, bagaimana minna ? ^^
Karya debut perdana di ff nih . Gomen kalo ceritanya sedikit pasaran hihihi.. Sebenarnya mau bikin chara Hinata karena saya sukaa sekali pair SasuXHina. Tapi karena disini ditekankan juga tentang persahabatan, menurut saya Sakura Ino yang paling tepat :) Lagian saya takut OOC banget nanti chara Hinata-nya. Hinata terlalu kalem sih ! Huh !
Hinata : Ah, Go,gomene Author-san ...
Author : Ah Hi,hinata ... Ka,kau disini ...
Hinata : Hiks, aku tak pantas jadi peran utama hiks...
Author : Ah.. bukan... maksudku ... #garuk garuk kepala bingung
Sasuke : Baka Author !
Author : Ahh Sasuke-kun jangan memebenciku ! . #plak #hasyah sudah lupakan !
Arigatou Gozaimasita, minnasan ! ^.^/
Mind to Review ? ^^
