Last Chance

Cast: Kim Jongin, Do Kyungsoo dan Wu Yi Fan

Pairing: Kaisoo

Genre: YAOI, Romance, Drama

Rating: T (mungkin)

Warning: OOC, typo, bahasa berantakan, alur yang terlalu cepat, bisa menyebabkan sakit mata dan mual-mual. Waspadalah!

Disclaimer: Maunya sih mereka itu punya saya, tapi fakta yang ada mutlak mengatakan kalau mereka itu punya Tuhan. Tapi cerita ini hasil dari otak saya sendiri. Jangan ditiru apalagi ngaku-ngaku. Kalau mau buat cerita pakai otak masing-masing. Intinya jangan nyakitin perasaan orang lain dengan tindakan yang tidak bertanggung jawab!

Summary: Semua seperti baru untuk namja tampan bernama Kim Jongin. Ia akan kembali berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Kata 'menyerah' sudah tertanam dengan baik di hatinya jika usahanya kembali gagal. Ini—adalah kesempatan terakhir untuknya.

.

.

Sequel A Regret (Please, Come Back to Me) dataaaaaaaaaaaang :D

.

.

Selamat membaca ;)

.

.

.

.

.

Istilah 'lautan manusia' memang cocok untuk menggambarkan suasana di dalam Gimpo Airport. Lalu lalang orang-orang yang berada di dalamnya membuktikan jika mereka memiliki kesibukan masing-masing—yang mengharuskan mereka pergi ke negara lain dengan menggunakan alat transportasi udara.

Kim Jongin—adalah satu diantara banyaknya orang-orang yang berlalu lalang di dalam Gimpo Airport.

Dengan menyeret koper berukuran sedang menggunakan tangan kirinya, namja tampan itu terus saja berjalan untuk menuju kursi tunggu yang memang tersedia di sana. Setelah sampai pada tujuannya, Jongin segera membawa tubuhnya untuk menduduki salah satu kursi tersebut dan melepaskan kacamata hitam yang sejak tadi dipakainya.

Mata tajamnya ia gunakan untuk melihat ke sekeliling Airport. Menatap wajah orang-orang yang berada di sekitarnya—dan mendengus kesal ketika indera penglihatannya tidak menemukan wajah orang yang tengah ditunggunya.

Untuk membunuh waktu, namja tampan dengan bakat menari itu lebih memilih fokus terhadap ponsel yang tengah digenggamnya. Membuka galeri foto yang ada di ponselnya—dan memandangi beratus-ratus foto yang tersimpan di sana.

Jongin tersenyum simpul.

" Aku merindukanmu," batin Jongin.

.

.

Ryeoby Rin

.

.

.

.

Satu setengah tahun sudah berlalu sejak terakhir kalinya Kim Jongin meminta sosok namja mungil berparas manis yang teridentifikasi bernama Do Kyungsoo untuk kembali padanya—yang berakhir sebuah penolakan. Sehari setelah Jongin melihat Kyungsoo bermesraan bersama namja lain, Jongin segera memutuskan untuk melakukan penerbangan ke negera Jepang.

Bukan tanpa alasan Jongin mengambil keputusan seperti itu. Kekacauan yang terjadi pada dirinya sendiri. Sakit hati yang terus saja menggerogoti hatinya—dan sebuah penyesalan yang terus-menerus menghantuinya menjadi alasan yang kuat mengapa ia lebih memilih untuk meninggalkan negara kelahirannya. Ia berpikir mungkin saja dengan ia pergi jauh, ia akan lebih mudah melupakan sosok namja mungil yang dulu pernah menjadi kekasihnya. Dan itu hanya pikirannya saja.

Karena kenyataannya—hatinya begitu keras untuk tidak melupakan sosok namja mungil berparas manis yang memiliki keunikan di kedua bola matanya.

.

.

Ryeoby Rin

.

.

.

.

Jongin memasukkan ponselnya ke saku celananya setelah puas memandangi foto seseorang yang terdapat di galeri foto ponselnya. Melirik jam tangan yang tersemat di pergelangan tangan kanannya—dan menemukan jam yang sudah menunjukkan pukul 14.45 sore.

Kembali mengedarkan mata tajamnya ke sekeliling Airport dan menemukan seseorang yang tengah berjalan dengan tergesa-gesa ke arahnya. Jongin sedikit mendecih ketika orang yang sejak tadi ditunggunya baru menampakkan batang hidungnya.

Jongin lantas berdiri dengan tangan bersedekap ketika sosok yang ditunggunya sudah berada di hadapannya. Melihat sosok itu dari bawah hingga atas—kemudian menatapnya dengan tajam.

" Kau terlambat Wu Yi Fan!" desis Jongin.

Sosok yang Jongin panggil Wu Yi Fan hanya mampu menunjukkan cengiran lebarnya dengan tangan yang berada di belakang kepalanya.

" Hehehe… Maaf Jongin.." ucap Wu Yi Fan—atau panggil saja Kris.

Jongin memutar kedua bola matanya malas.

" Kau tidak ingin memelukku Hyung?" kali ini suara Jongin terdengar normal.

Kris menunjukkan senyum tampannya kemudian membawa tubuh tinggi dan tegapnya untuk menghantam tubuh tegap milik Jongin—sahabat yang sudah ia anggap seperti dongsaengnya sendiri.

Jongin tersenyum hangat ketika tubuhnya merasakan pelukan dari Kris. Mengangkat kedua tangannya ke udara—dan membalas pelukan sang Hyung.

" Aku merindukanmu Kim Jongin," ucap Kris lembut.

" Aku tahu itu Hyung!" sialnya Jongin membalas ucapan Kris dengan nada bicaranya yang terdengar begitu percaya diri.

Kris bergegas melepaskan pelukannya dari tubuh Jongin ketika telinganya menangkap nada menyebalkan yang terlontar dari bibir tebal sahabatnya itu. Sedikit mendengus, sebelum tangan besarnya ia daratkan ke kepala Jongin. Memukulnya dengan keras.

" Akhh—" Jongin meringis.

Dan Kris tersenyum senang.

" Kupikir setelah setahun lebih kau tinggal di negara orang, kau akan berubah Kim Jongin!" ujar Kris.

" Hey! Aku berubah Hyung. Kau tidak lihat? Bukankah aku semakin tampan?"

Kris membuat ekspresi seolah-olah ingin muntah saat Jongin berujar seperti itu.

" Aku akui kau memang semakin tampan Kim Jongin. Tapi—" Kris menggantungkan ucapannya. Matanya ia gunakan untuk menatap Jongin dari bawah hingga atas. Ya.. Kim Jongin memang sudah berubah.

"—warna kulitmu tidak akan berubah menjadi putih!" lanjut Kris.

" Sialan kau Kris!" geram Jongin.

Kris hanya mampu menahan tawanya saat Jongin berucap dengan nada yang—mungkin—menyeramkan.

" Sudahlah! Sebaiknya segera antarkan aku pulang Hyung, aku lelah.." pinta Jongin. Dan Kris mengangguk.

.

.

Ryeoby Rin

.

.

.

.

Kamar yang sunyi dengan pencahayaan yang temaram adalah suasana yang sangat disukai oleh namja mungil berparas manis yang saat ini tengah terduduk nyaman di tempat tidur king size miliknya. Mata bulatnya ia gunakan untuk memandang fotonya bersama kedua sahabatnya—Park Chanyeol dan Byun Baekhyun.

Salah satu tangan mungilnya ia gunakan untuk mengelus permukaan kaca yang terdapat di bingkai foto tersebut seolah-olah saat ini dirinya tengah mengusap dengan lembut wajah kedua sahabatnya. Kyungsoo tersenyum hangat—namun tak bisa mencegah ketika setetes airmata berhasil lolos dari kedua mata bulatnya.

" Aku merindukan kalian—" lirih Kyungsoo.

" Kapan kalian akan kembali?" dan Kyungsoo sukses terisak dengan memeluk bingkai foto yang terdapat foto dirinya bersama kedua sahabatnya.

Setahun yang lalu Chanyeol dan Baekhyun bilang pada Kyungsoo jika mereka akan tinggal di Amerika untuk sementara waktu. Ketika Kyungsoo bertanya kenapa mereka harus tinggal di Amerika—Chanyeol dengan lancar menjawab jika ia harus menjaga nenek dan kakeknya yang memang tidak tinggal di Korea. Dan alasan kenapa Baekhyun juga ikut—tentu saja karena Chanyeol tidak bisa jauh dari Baekhyun, begitupun sebaliknya. Dan Kyungsoo hanya bisa mengizinkan kedua sahabatnya itu untuk meninggalkan dirinya sendiri di Korea.

Beberapa hari setelah kepergian kedua sahabatnya, Kyungsoo kembali mendapat kabar—mungkin—buruk. Namja tampan dengan tubuh tinggi dan rambut pirangnya—yang ia ketahui bernama Kris—memberitahukan padanya jika Kim Jongin pergi ke Jepang.

Di awal Kyungsoo sempat terkejut dengan kabar yang ia dapat—tapi setelahnya ia kembali berekspresi seperti sebelumnya. Wajah tenang dengan senyuman manis yang senantiasa terulas di bibirnya.

Kyungsoo bertanya hal apa yang membuat Jongin pergi ke Jepang. Dan jawaban yang Kyungsoo dapatkan hanya gelengan kepala yang dilakukan oleh Kris.

Kyungsoo mengerti. Mungkin Kris memang tidak tahu alasannya—atau tidak ingin memberitahu Kyungsoo alasannya.

.

.

Ryeoby Rin

.

.

.

.

Kyungsoo baru saja keluar dari dalam toilet yang berada di Café yang saat ini tengah ia kunjungi. Dengan menundukkan kepalanya (karena Kyungsoo sedang fokus pada ponselnya) Kyungsoo terus saja berjalan santai untuk kembali ke tempat duduknya.

Tidak fokus pada arah jalannya, hingga—

Brukh!

—tubuh mungilnya sukses terhempas ke belakang karena hantaman sesuatu.

Kyungsoo meringis seraya tangannya ia gunakan untuk mengelus bokongnya yang terasa sakit. Membawa kaki mungilnya untuk kembali berdiri dengan baik, lantas membungkukkan tubuhnya. Meminta maaf pada orang yang sudah ia tabrak. Kyungsoo yakin yang menghantam tubuhnya itu tubuh manusia—karena tadi ada sebuah tangan yang sempat untuk menarik salah satu tangannya, sebelum akhirnya ia sukses terjatuh.

Membungkuk sekali lagi dengan mulut yang masih mengeluarkan ucapan "maafkan aku", Kyungsoo segera mengembalikan tubuhnya pada posisi semula. Wajahnya ia gunakan untuk menatap orang yang baru saja ia tabrak—dan mata bulatnya sukses terbelalak dengan sempurna.

" Jo—jongin?" ujar Kyungsoo terbata. Tubuhnya terasa kaku ketika mata bulatnya menemukan orang yang sudah setahun lebih tidak pernah ia lihat lagi kehadirannya.

Jongin sendiri tidak terkejut dengan orang yang berada di hadapannya sekarang. Sejak awal ia tahu jika namja mungil yang sejak tadi berjalan sambil menunduk itu adalah Kyungsoo—orang yang sampai saat ini masih ia cintai.

" Hai Kyung—" Jongin menyapa Kyungsoo dengan ramah. Tangan sebelah kanannya ia gunakan untuk melambai pada Kyungsoo. Tidak lupa, bibir tebalnya terulas sebuah senyum yang sangat tampan.

Dan Kyungsoo harus mengakui jika senyum Jongin sangat indah.

" K—kau sudah kembali Jongin?" lagi—Kyungsoo berucap dengan suara yang terbata. Ia gugup.

Jongin mengangguk.

" Tinggal di negara orang membuatku tidak nyaman. Aku rindu dengan negara kelahiranku," jelas Jongin.

Kyungsoo hanya tersenyum simpul saat sang mantan kekasih menjelaskan alasan apa yang membuatnya kembali ke Korea.

" Kau sendiri Kyung?" tanya Jongin.

" Iya."

" Boleh aku duduk denganmu?" tanya Jongin hati-hati. Ia takut Kyungsoo tidak ingin berdekatan lagi dengannya.

Kyungsoo menatap wajah Jongin cukup lama, kemudian mengalihkan pandangannya untuk melihat tempat duduknya sendiri. Menatap kembali wajah Jongin, lantas mengangguk.

" Boleh saja!" jawab Kyungsoo. Kakinya segera ia langkahkan untuk sampai di tempat duduknya—dan Jongin mengikutinya dari belakang. Mengabaikan tujuan awalnya yang hendak pergi ke toilet.

.

.

Ryeoby Rin

.

.

.

.

Suasana Café yang cukup ramai tidak membantu untuk menghilangkan kecanggungan yang terjadi pada sesosok namja mungil dan sesosok namja tampan yang saat ini tengah duduk di tempat duduk yang sama.

Keheningan seolah lebih baik daripada sebuah niat untuk memulai obrolan yang seharusnya sudah mereka lakukan sejak beberapa menit yang lalu. Yang lebih mungil hanya terdiam dengan fokus mata yang memandang ke arah luar Café. Dan yang lebih tinggi terdiam dengan mata tajamnya yang fokus memandang sosok namja yang saat ini berada di hadapannya.

Menetralkan detak jantung yang sejak tadi berdegup dengan kencang, namja yang lebih tinggi dengan wajah tampannya—Kim Jongin—memutuskan untuk memulai pembicaraan.

" Bagaimana kabarmu Kyung?" Jongin bertanya. Pandangannya tetap ia fokuskan untuk menatap ciptaan Tuhan yang semakin lama terlihat semakin indah—di matanya.

Kyungsoo mengalihkan pandangannya dari luar Café.

" Aku baik," Kyungsoo menjawab. Bibirnya terulas senyum manis.

" Bagaimana dengan kabarmu sendiri Jongin?" kali ini Kyungsoo memutuskan untuk bertanya.

Jongin kembali menunjukkan senyum tampannya.

" Aku sempat sakit—tapi sekarang aku sudah jauh lebih baik," jawab Jongin.

" Kau sudah bekerja?"

" Belum. Tapi aku sempat menjadi pelatih di sebuah sanggar tari yang ada di Jepang,"

Kyungsoo mengangguk.

" Kau sudah bekerja Kyung?" Jongin sudah mulai terbiasa untuk memulai obrolan dengan sosok mungil dan manis yang ada di hadapannya.

" Sudah!" Kyungsoo menjawab dengan nada lembut.

" Kerja apa?"

" Aku mengajar di SM High School—dan aku juga menulis beberapa buku cerita," Kyungsoo menjawab.

Setelahnya keheningan kembali menyapa suasana di sekitar mereka.

Jongin mengedarkan pandangannya untuk melihat ke sekeliling Café. Mata tajamnya menemukan beberapa pasangan kekasih yang sedang makan bersama di Café itu. Namun ada satu pasangan yang membuat Jongin tertarik.

Di sudut pojok Café, Jongin melihat sosok namja mungil—tubuhnya sama seperti Kyungsoo—tengah marah pada kekasihnya. Terbukti ketika kekasihnya sudah menggenggam tangannya dengan erat, namja mungil itu dengan segera melepaskan genggaman kekasihnya dan bersedekap. Lucunya, hal itu terjadi lebih dari tiga kali.

Jongin terkekeh kecil saat melihat pertengkaran kecil yang terjadi diantara pasangan tersebut—dan ingatannya kembali melayang pada sebuah kenangan manis yang pernah ia lakukan dengan Do Kyungsoo.

Merasa tidak nyaman dengan keheningan yang terjadi, Jongin kembali memutuskan untuk memulai obrolan lagi dengan Kyungsoo.

Salah satu tangannya ia bawa ke belakang kepalanya dan mengusak pelan helaian rambutnya yang saat ini berubah warna menjadi Black redness. Menatap Kyungsoo sebentar dan—sial Jongin merasa sangat gugup sekarang.

Menghembuskan napas secara teratur untuk mengurangi kegugupannya, Jongin segera membuka suaranya untuk kembali bertanya dengan Kyungsoo.

" Bagaimana dengan kabar kekasihmu?" Jongin memang bertanya, tapi suaranya terdengar pelan.

" Kau bertanya sesuatu Jongin?" sahut Kyungsoo ketika telinganya mendengar suara Jongin. Kyungsoo mendengarnya hanya seperti sebuah gumaman.

Jongin kembali menghembuskan napasnya. Kali ini lebih keras. Ia jadi kesal dengan dirinya sendiri.

" Bagaimana dengan kabar kekasihmu?" ulang Jongin—dan suaranya lebih keras dari sebelumnya.

Kyungsoo memiringkan kepalanya ke kanan. Mata bulatnya menatap wajah Jongin dengan pandangan tidak mengerti.

" Kekasih? Kekasih siapa maksudmu Jongin?" tanya Kyungsoo bingung.

Jongin mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Kyungsoo. Kyungsoo sedang bercanda ya?

" Tentu saja kekasihmu Kyung," sahut Jongin.

" Kekasihku?" tanya Kyungsoo. Dan Jongin mengangguk.

" Kenapa kau bertanya tentang kekasihku? Memangnya siapa orang yang sudah menjadi kekasihku?" Kyungsoo tidak menjawab pertanyaan Jongin. Tapi ia lebih memilih untuk balik bertanya pada Jongin.

Kyungsoo tidak mengerti dengan pertanyaan yang Jongin ajukan padanya—dan Jongin tidak mengerti dengan pertanyaan yang terlontar dari heart shaped lips milik Kyungsoo. Intinya—mereka sama-sama tidak mengerti dengan pertanyaan yang mereka ajukan.

Dasar aneh!

Jongin menambah kerutan di keningnya sebelum menjawab pertanyaan Kyungsoo. Membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman, lantas membawa mata tajamnya untuk menatap wajah manis yang ada di hadapannya. Menatapnya dengan pandangan sedikit luka yang tersirat di kedua bola matanya.

" Aku pernah melihatmu dicium oleh namja tampan dengan tubuhnya yang tinggi di seberang jalan kampus. Kau pulang bersamanya dengan tangan yang saling bertautan—dan juga sebuah gelak tawa yang telontar dari bibirmu dan juga bibir namja tampan itu. Bukankah namja tampan itu kekasihmu?"

Kyungsoo menaikkan sebelas alisnya. Menatap bingung pada sosok namja tampan di hadapannya yang baru saja berbicara cukup panjang. Bukan masalah jika Jongin bicara panjang lebar dengannya. Tapi kalimat-kalimat yang Jongin ucapkanlah yang jadi permasalahan untuknya.

Kyungsoo sangat yakin jika telinganya itu baik-baik saja.

" Kau melihatnya?" tanya Kyungsoo.

Jongin mengangguk dengan gerakan yang kaku. Tiba-tiba saja hatinya sedikit nyeri saat Kyungsoo bertanya seperti itu padanya. Ternyata benar—Kyungsoo sudah memiliki kekasih.

" Kau menganggap jika namja tampan itu kekasihku?" Kyungsoo kembali bertanya.

Dan respon Jongin pun kembali sama—menganggukkan kepalanya dengan gerakan kaku.

" Yaaa—kupikir namja tampan itu memang cocok untuk menjadi kekasihku," ucap Kyungsoo dengan tenang.

" Benar! Kalian terlihat sangat serasi," sahut Jongin.

Kyungsoo hanya mampu menahan tawanya ketika sang mantan kekasih mengatakan hal yang menurutnya sangat konyol.

" Aku memang ingin menjadi kekasihnya—tapi namja tampan itu bukan kekasihku!" sahut Kyungsoo.

Dan Jongin sukses terbelalak saat sebaris kalimat yang terlontar dari bibir Kyungsoo memasuki indera pendengarannya. Jantungnya berdegup kencang.

Benarkah apa yang baru saja Kyungsoo ucapkan?

" Bagaimana mungkin namja tampan itu bukan kekasihmu sementara ia menciummu Kyung? Terlebih ia hampir saja mencium bibirmu jika kau tidak menahannya,"

Kyungsoo tersenyum.

" Apa jika ada seseorang yang menciumku, itu berarti orang tersebut kekasihku Jongin?"

" Aku berpikir seperti itu. Karena menurutku, tidak ada orang yang mau dicium oleh orang lain jika orang itu tidak memiliki hubungan khusus dengan orang yang diciumnya,"

Kyungsoo mengangguk.

" Aku mengerti apa maksudmu. Tapi aku tidak mungkin berpacaran dengan Hyung-ku sendiri Kim Jongin!"

Jongin diam seketika dengan mata tajamnya yang terbelalak. Ia amat sangat terkejut dengan sebuah pengakuan yang baru saja Kyungsoo lontarkan.

" N—namja tampan itu…. H—hyungmu Kyung?" masih dengan ekspresi terkejutnya Jongin bertanya. Dan sialnya nada bicaranya tidak sesuai dengan keinginannya.

" Namanya Ahn Jaehyun! Ia Hyung angkatku. Ia tinggal di Kanada sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke Korea. Saat itu ia baru tiba di Korea dan segera memutuskan untuk menjemputku di kampus. Saat ia ingin mencium bibirku, itu memang kebiasaannya. Ia hanya bercanda untuk hal yang satu itu. Dan ia paling suka mencium keningku—" entah kenapa Kyungsoo merasa harus menjelaskan hal yang satu ini pada mantan kekasihnya.

"—lagipula ia juga sudah punya kekasih dan sekarang ia sudah menikah Jongin," lanjut Kyungsoo.

Jongin merasa ada sebuah batu besar yang terlepas dari hati dan pikirannya—yang membuat hati dan pikirannya terasa lebih ringan. Jongin merasa sangat lega ketika tahu namja tampan itu bukanlah kekasih Kyungsoo.

Senyuman tulus langsung terkembang di bibir tebalnya. Tapi itu hanya berlangsung selama beberapa detik, karena setelahnya Jongin kembali berekspresi sama seperti sebelumnya.

Satu hal lagi yang mengganjal di hati dan pikiran seorang Kim Jongin.

" Jika namja tampan itu bukan kekasihmu…. L—lalu siapa seseorang yang saat ini tengah mengisi relung hatimu Kyung?" Jongin bertanya dengan nada yang terdengar ragu.

Kyungsoo membawa mata bulatnya untuk menatap wajah Jongin sebentar, sebelum mengalihkan padangannya ke arah luar Café.

" Belum ada siapapun!" jawab Kyungsoo.

Semoga masih ada kesempatan—ini doa Jongin.

.

.

Ryeoby Rin

.

.

.

.

Cahaya terang sudah tidak lagi terlihat sejak beberapa menit yang lalu. Warna gelap pekat yang menghiasi langit menandakan jika sang malam telah datang. Bulan tidak memberikan cahayanya dengan baik—dan sang bintang terlihat enggan untuk membantu sang bulan menerangi langit malam itu.

Cuaca yang entah kenapa terasa lebih dingin malam itu membuat sosok namja mungil berparas manis ini melangkahkan kaki mungilnya dengan cepat. Tidak ada waktu untuk memperlambat langkahnya jika tubuhnya tidak ingin terus-menerus terkena udara yang jujur saja sangat tidak ia sukai.

Kyungsoo membenci udara dingin.

Menghela napas lega ketika dirinya sudah berada tepat di depan gerbang rumahnya. Bergegas membuka gerbang rumah itu dan segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam.

Suasana sepi yang tersaji di depan matanya memang sudah menjadi pemandangan yang biasa Kyungsoo lihat. Ia hanya tinggal dengan kedua orangtuanya. Tidak ada hal lain yang dapat membuat keadaan rumahnya jauh lebih ramai.

Kyungsoo yang lebih suka terhadap ketenangan—dan kedua orangtua yang juga terkadang sibuk pada pekerjaan masing-masing adalah faktor utama kenapa rumahnya selalu dalam keadaan sunyi.

Menghembuskan napas pelan, Kyungsoo segera melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

.

.

.

Kyungsoo sudah dalam keadaan segar ketika dirinya terduduk di tempat tidur dengan kepala yang menyandar pada sandaran tempat tidurnya. Kakinya ia luruskan dengan tangan yang memijat-mijat pelan kedua kaki mungilnya.

Entah kenapa Kyungsoo merasa begitu lelah hari ini.

Masih dengan tangan yang memijat-mijat kakinya, Kyungsoo membawa pikirannya untuk kembali mengingat kejadian tadi siang yang ia alami. Ketika dirinya bertemu kembali dengan sang mantan kekasih.

Jujur, Kyungsoo sangat terkejut saat tahu jika Kim Jongin sudah kembali ke Korea. Bukan hanya kemunculan Jongin yang membuat Kyungsoo terkejut—tapi perubahan pada fisik Jongin pun sukses membuat Kyungsoo terpaku.

Terakhir kali Kyungsoo melihat kondisi Jongin, Jongin masih seperti mayat hidup! Ingat?

Tapi tadi siang sosok tampan Kim Jongin sudah berubah seperti beberapa tahun lalu ketika namja tampan itu masih berstatus sebagai kekasihnya. Tubuhnya tidak lagi kurus, tubuh Jongin yang sekarang jauh lebih berisi—bahkan otot-otot tangannya tercetak dengan jelas. Lalu wajahnya. Wajahnya semakin tampan, karena bulu-bulu halus yang tumbuh di sekitar dagu dan rahangnya sudah hilang tak berbekas. Wajahnya juga semakin halus.

Bibir tebalnya yang pucat dan mengering—sekarang sudah berubah menjadi sedikit kemerahan dan terlihat lebih sehat. Matanya yang dulu terlihat menyeramkan, sekarang sudah berubah seperti sebelumnya—tajam namun mempesona. Rambutnya pun tak luput dari perubahan yang Jongin lakukan. Rambut panjangnya sudah ia potong sedemikian rupa—dengan warna rambut yang juga berubah. Black redness.

Kyungsoo tidak tahu harus menggambarkan seperti apalagi sosok Jongin yang sekarang. Kyungsoo hanya tahu satu—

Kim Jongin sudah berubah—bahkan sangat berubah.

Kembali membawa fokus pikirannya ke alam nyata, Kyungsoo mengedarkan pandangannya untuk melihat ke sekeliling kamarnya dan tersenyum ketika melihat sebuah boneka yang terletak dengan manis di meja belajarnya. Sebuah boneka berukuran kecil dengan bantal berbentuk LOVE yang juga kecil yang terletak di tengah-tengah boneka tersebut.

Kyungsoo kembali tersenyum saat mengingat bagaimana lucunya ketika ia menerima boneka itu.

Mengalihkan pandangan dari boneka itu, Kyungsoo lantas membawa mata bulatnya untuk melihat sesuatu yang terdapat di atas meja nakasnya. Tangan mungilnya ia gunakan untuk meraih sebuah benda berbentuk persegi yang terdapat potret dua sosok namja dengan ukuran tubuh yang jauh berbeda.

Lagi—Kyungsoo tersenyum.

" Empat tahun lebih ya?" Kyungsoo bergumam.

" Aku senang kau sudah bisa memperbaiki hidupmu dengan baik. Kau terlihat semakin tampan!" Kyungsoo membawa tangan mungilnya untuk mengelus permukaan kaca yang terdapat wajah seseorang di dalamnya.

" Seharusnya tidak seperti ini. Tapi—"

.

.

.

.

.

.

.

"—bagaimana jika aku mengakui aku masih mencintaimu?"

Tepat setelah bibirnya mengucapkan sebuah kejujuran—yang ditujukan untuk dirinya sendiri atau mungkin untuk sosok namja yang berada di dalam potret tersebut—Kyungsoo lantas membawa benda berbentuk persegi itu ke dalam dekapannya. Memeluknya dengan erat seolah namja tampan yang ada di dalam potret itulah yang tengah ia peluk.

.

.

.

To be Continue…

.

.

.

Hai hai hai ^^ aku dataaaaaaaaang :D

Ituh apa yah? *tunjukatas

Aku gak tau untuk kali ini aku nulis apaan*tutupmuka

Aku yakin ff-ku kali ini ngaco, ide ceritanya ngaco, isi ceritanya ngaco, alurnya ngaco dan yang ngetik pun ngaco*pundung

Mohon maafkan kesalahanku inih*dramatis

Tapi walopun begituh aku berharap jika kalian suka dan inih gak mengecewakan*berdoyangbanyak

Perkiraanku inih akan jadi twoshot, jadi untuk chap selanjutnya harap sabar yah :*

Terakhir—

Yang berkenan dan ikhlas..

Bisa memberikan reviewnya untukku?

Kritik dan saran diterima dengan lapang dada dan tangan terbuka :*

.

.

Terimakasiiiiiiiiiiiih ^^