Rina: Yahooo~ Rina datang lagi dengan fic baru! Seperti biasa pemeran utama na adalah Rin dan Len!

Rin+Len: Awal mula dari neraka baru…

Rina: Apa kalian mengatakan sesuatu? ^_^ *senyum dark*

Rin: Tidak bukan apa-apa kok author…

Len: Iya, bukan masalah yang penting…

Rui: Ara~ aku dengar author akan memunculkanku di sini ya?

Rin+Len: SIAPA KAU!

Rina: Hi Rui, kau sehat-sehat saja? Darimana kau tahu tentang hal itu?

Rui: Mel-chan pulang ke rumah dengan baju penuh darah buatan, sambil mengutuk-ngutuk nama author Rina, lalu dia bilang aku juga akan jadi bahan eksperimennya di cerita yang akan dia buat, jadi… ...

Rina: Rui, jika kau pulang, beritahu anak itu bahwa jatah apel hariannya aku potong

Rin+Len: (Pembicaraan author dengan OC yang tidak kita mengerti…)

Rina: Nah, karena itu, Rin dan Len cepat baca disclaimer-nya!

Rin+Len: Asal kita dapet peran bagus lho!

Rina: Beres, nah, sekarang dibaca!


Disclaimer: Author Rina tidak akan pernah punya Vocaloid maupun lagu-lagunya, pemiliknya adalah yang mau beli, tetapi cerita dan Akane Rui/Akarui Kura adalah milik Author Rina. Tak suka tak usah baca, dan tak perlu main api kecuali ingin digiles ma Roadroller.


Rui: Baiklah para pembaca yang terhormat, silahkan baca fic ini ya! ^^

Rina: Terkadang kau ini terlalu baik Rui…

Rin+Len: Sudah lupakan author dan OC-nya itu, semuanya ayo membaca!


Normal POV


Hari itu salju turun pada malam musim dingin, seorang laki-laki dengan rambut honey blond yang diikat kebelakang dengan gaya ponytail, berlari cepat menuju ke sebuah taman. Dimana seorang gadis yang mirip dengannya telah menunggunya.

Gadis itu menunggu anak laki-laki itu dengan sabar disamping lampu penerangan taman, dia memiliki rambut berwarna honey blond, dengan panjang rambutnya yang hanya hingga sebahu, dan menggunakan pita besar di kepalanya sebagai tanda tangan, saat seorang anak laki-laki menyapanya, orang yang sejak tadi ditunggunya.

"Rin, maaf membuatmu menunggu lama!" ucap anak laki-laki itu, dengan nafas terengah-engah, bisa dilihat udara berwarna putih yang keluar dari dalam mulutnya.

"Jangan khawatir Len, aku belum menunggu terlalu lama," ucap gadis yang diketahui bernama Rin itu. Dia segera berjalan menuju ke arah anak laki-laki, yang diketahui bernama Len itu, dan melempar senyum terbaiknya.

"Tapi meskipun begitu, aku minta maaf, lalu kenapa kau memanggilku kemari Rin?" tanya Len kepada Rin yang tersenyum kearahnya. Senyumnya membuat wajahnya menjadi memerah, iya, mereka telah berpacaran selama 1 tahun lamanya, sejak musim Semi. Meskipun mereka masih duduk di bangku kelas 6 SD.

Rin menarik nafas dalam-dalam, lalu segera menempalkan bibirnya yang lembut ke bibir Len yang tepat berada di depan bibirnya. Len merasa sedikit kaget, ini bukan pertama kalinya mereka berciuman, tapi rasanya ada yang aneh dengan ciuman mereka kali ini.

Setelah ciuman mereka berakhir, Rin mengucapkan beberapa kata, kepada Len. Kata-kata yang sangat berpengaruh terhadap hati Len saat itu.

"Selamat tinggal Len…" ucap Rin saat itu, sebelum dia berbalik dan berjalan meninggalkan Len.

Len yang shock mendengar perkataan Rin, hanya berdiri disana, memandangi bayangan Rin yang mulai menghilang dari depannya. Lalu digantikan oleh salju yang turun dengan lembut.

Tanpa ia sadari, genangan air mata terbentuk di pelupuk mata Len dan mengalir melalui pipinya dan menetes ke tanah yang ditutupi salju.

"Rin…" gumam Len. Lututnya terjatuh ke tanah yang bersalju, sehingga kini dia setengah berdiri.

Air mata semakin deras mengalir dari kedua mata Len, lalu dia memeluk dirinya sendiri, karena mulai merasa kedinginan, sementara salju malam musim dingin terus turun dengan lembut. Hati Len merasa sangat sakit. Dia terus berpikir kenapa Rin memutuskan hubungan yang mereka bina selama setahun ini? Kenapa Rin meninggalkannya?

Ingatan tentang musim-musim yang berlalu saat mereka masih bersama, melewati pandangan Len. Masih segar di ingatannya saat musim semi kelas 6 SD, dia menembak Rin di bawah pohon Sakura yang tumbuh di belakang sekolahnya, dan betapa Rin menangis karena bahagia saat dirinya "menembaknya", karena Rin sudah lama menyimpan perasaan pada Len.

Lalu saat-saat mereka bermain di padang bunga matahari pada musim panas. Dimana mereka menyisihkan waktu diluar pengawasan orang dewasa, hanya untuk berdua saja, tempat dimana Len mengambil first kiss dari Rin. Lalu saat mereka melihat kembang api bersama pada sebuah festival dan melakukan ciuman yang manis saat kembang api terbesar berada di langit.

Lalu pada saat musim gugur, dimana Rin memberi Len sebuah syal rajutan tangan dengan warna kuning, saat Rin melihatnya yang kedinginan pada musim gugur. Dimana kita akan berjalan-jalan menyusuri taman kota yang kontras dengan warna-warna daun yang mulai berguguran. Lalu dimana Len mengucapkan sumpahnya kepada Rin saat itu.

"Aku tak akan pernah melepaskan tanganmu ini selamanya Rin…" ucap Len saat itu sambil menggandeng tangan Rin, lalu mencium punggung tangannya dengan lembut.

Rin yang mendengarnya hanya bisa bersemu merah sambil tersenyum, senyum terbaik yang bisa dia berikan kepada Len saat itu. Dimana Len menganggap pada saat itu, bahwa jika Rin terus berada disampingnya, maka itu akan cukup baginya.

Lalu pada malam musim dingin, malam ini, Rin mengucapkan selamat tinggal pada Len. Tanpa alasan yang diketahui Len, dan memberinya ciuman perpisahan yang pahit rasanya di bibir Len. Semua kenangan manis yang mereka rangkai, hancur dikarenakan sebuah ciuman itu. Kenapa Rin meninggalkannya? Len tidak tahu akan hal itu.

"Rin… meskipun kita sudah tidak bersama… kumohon… jangan lupakan aku…" gumam Len dalam sepi. Salju masih turun, dan menyamarkan air mata Len dengan salju yang berwarna putih bersih.

"Aku tak akan melupakanmu Rin… karena itulah…" gumam Len. Dia tahu, jauh di lubuk hatinya, dia masih mencintai Rin. Dia tak akan bisa menggantikan Rin selamanya, karena dia merupakan cinta pertamanya, dan itu tidak akan pernah berubah.

Orang-orang yang ada di rumah Len bingung akan perubahan sikap Len yang tiba-tiba, karena dia langsung memasuki kamarnya, tanpa menghiraukan panggilan siapapun disana. Orang tua Len yang melihat perubahan sikap putranya hanya berbisik-bisik.

'Apa mungkin Rin-chan sudah memberitahunya?' pikir mereka.

Lalu pagi pun datang, pagi itu adalah hari biasa dari hari-hari sekolah pada musim dingin. Semua orang berbisik-bisik melihat Len yang datang sendiri ke sekolah dan lebih pagi dari biasanya. Len datang sendirian ke sekolah tanpa Rin! Nah, itu baru gosip yang hangat dikalangan murid-murid sekolahnya.

Len hanya duduk di bangkunya, saat teman-teman satu grupnya, menyapa Len yang dikelilingi aura gelap di pojok kelas. Tempat yang selalu dia gunakan, saat dia merasa pikirannya kacau balau.

"Len, apa kau sudah dengar soal Rin? Lalu dimana Rin? Kalian putus, ya?" tanya teman Len dengan rambut berwarna hijau Teal yang dipotong pendek, salah satu dari murid sekolah itu yang suka datang lebih awal.

"Ada apa dengan Rin? Dan iya Mikuo, kemarin dia memutuskanku," jawab Len kepada Mikuo.

Mikuo dan teman-teman Len yang lain hanya terbelalak melihat sikap Len yang sangat cuek. Itu pertanda bahwa pikirannya benar-benar acak-acakan.

"Kau tidak tahu kabar tentang Rin?" tanya Mikuo lagi dengan tidak percaya.

Len hanya memiringkan kepalanya, tanda bahwa dia tidak mengerti sama sekali. Tapi, Mikuo menutup mulutnya dengan salah satu tangannya, sepertinya berbicara dengan dirinya sendiri, sebelum berkata, "Kudengar… Rin pindah ke luar negeri hari ini," ucap Mikuo dengan suara sepelan mungkin.

Mata Len langsung terbelalak mendengar perkataan Mikuo, dan dia hampir saja mencekik Mikuo hingga kehabisan nafas, saat Mikuo berada dalam posisi yang sedikit deffensive, untuk menghindari amarah Len. Lalu dia berkata, "Rin sempat bilang pada Miku beberapa hari yang lalu, lalu Miku cerita padaku, jadi… kupikir kalian akan hubungan jarak jauh, tapi aku tak tahu kalau Rin memutuskanmu," ucap Mikuo membela diri.

Len hanya menggigit bibir, saat dia bertanya lagi pada Mikuo, "Kapan Rin berangkat?" tanya Len.

Mikuo sedikit terkejut dengan perubahan sikap Len yang tiba-tiba. Dan kemudian berkata pada Len dengan nada yang sedikit kebingungan, "Eeh, seharusnya sekarang Rin sudah akan lepas landas…" jawab Mikuo.

Dan dengan perkataan Mikuo, Len segera berlari keluar kelas, dan tidak mempedulikan sekelilingnya, yang berteriak-teriak karena mereka adalah penggemar beratnya, ataupun guru-guru yang memarahinya karena berlari di lorong. Len tidak memikirkan hal itu untuk sementara waktu, dan hanya berlari menuju ke atap, melanggar peraturan sekolah. Dan Len melihat ke langit, mencari-cari pesawat yang mungkin melintas di atasnya.

Setelah Len menemukan sebuah pesawat, meski dia tidak tahu itu pesawat Rin atau bukan, Len hanya berteriak, "RIN, AKU MASIH AKAN TERUS MENCINTAIMU!" teriak Len keras-keras. Masa bodoh jika ada yang mendengar teriakannya.

Di tempat lain, disaat yang sama, Rin hanya melihat dengan tatapan kosong ke luar jendela. Dia sekarang pindah ke sebuah negara yang diberi nama Amerika, meninggalkan teman-temannya, hanya beberapa yang tahu akan kepindahannya. Dan dia meninggalkan hal yang paling dia cintai di rumah lamanya, Len, pacarnya, kekasihnya, terserah kau ingin berkata apa.

"Len…" Rin bergumam dalam hati, saat air mata mulai menetes dari wajahnya.

Rin lah yang mengakhiri semuanya, dia yang mengakhiri semua hubungannya dengan Len, tapi kenapa dia merasa sangat sedih? Ciuman kemarin, terasa sangat pahit di bibir Rin. Ciuman itu berbeda dengan saat-saat yang lalu, dimana ciuman dengan Len selalu terasa manis.

"Len… aku mencintaimu…dan aku sungguh-sungguh…" gumam Rin.

Orang tua Rin melihat wajah putrinya itu dengan wajah sedih, berpisah dengan Len pasti terasa berat bagi Rin, meski mereka belum tahu bahwa hubungan Rin dan Len sudah lebih dari sebatas teman, tapi mereka menyadari, bahwa cahaya di mata mereka berbeda dibandingkan dulu. Dimana mereka mulai tertarik satu sama lain.

Rin terus menangis dalam diam saat dia berada di pesawat, dan hingga akhirnya dia tertidur karena kelelahan menangis terus.

"Aku tak akan pernah melupakanmu Len… karena itulah…" gumam Rin.


Rina: Dan Chapter 1 se-le-sai! *lompat2 gaje* Aku nyelesaiin chapter ini hanya dalam beberapa jam! Horeeeeeeeeeeeeee!

Rin: Kok begini sih… chapter-chapter depan udah melankolis kayak ndak da kerjaan, dan… HELL kelas 6 SD!

Len: Astaga, masih SD kok sudah pacaran…

Rina: Biarin! Jadi waktu na ntar pas!

Rin: Iya, iya terserah…

Len: Asal bagus, aku ndak da masalah kok!

Rina: Oke2 kalian anak yang baik, bagaimana kalau kalian meminta review dari para pembaca terhormat!

Rin: Baiklah author Rina! Nah, para reader yang baik, tolong di review sehingga cerita ini jalan okay!

Len: Seperti kata author itu, cepat kalian semua review!

Rina: Saya mohon saran buat genre keduanya, karena saya bingung nie masuk cerita yang mana... Sekaligus do'a para pembaca jadi saya bisa mengerjakan ujian masuk SMA pada hari Senin-Kamis besok... do'akan saya berhasil ya!