'Sakura tambah cantik ya... beda banget!'

'Wah, Haruno makin dewasa ya, jadi keinget waktu dia masih kecil,'

'Sakura nambah tinggi deh! Kenapa aku ngerasa pendek banget ya?'

'Rambutmu panjang banget Sakura... nggak dipotong tuh?'

'Sa..Sakura-chan tambah ca..cantik deh...'

'Oooh, Sakura! Jadilah pacarkuu,'

'Eh, eh. Lihat deh. Kakak kelas kita, yang itu tuuh. Cantik banget ya? Namanya Haruno Sakura.'

'Lulus dengan peringkat yang lumayan tinggi, cantik, keren, wuuahh! Perfect banget ya..?'

.

.

'Oi, Teme! Lihat deh, Sakura tambah cantik aja ya? Sejak lulus SMP, kayaknya makin banyak cowok-cowok ngerubungin dia. Kalo dibiarin gini terus, bisa gawat nih! Kayaknya dia butuh pacar secepatnya,'

.

.

Tch. Sepertinya omongan Naruto ada benarnya juga.

I Love You, Sasuke-kun!

Disclaimer: Masashi Kishimoto

valentina14

.

Its time to let you go.

.

"Sakuraaaa!"

Sakura Haruno, orang yang sedari tadi dipanggil-panggil, menoleh. Di hadapannya, sosok sahabatnya, Ino Yamanaka, berdiri menjulang tinggi dengan senyum sumringah.

"Coba tebak, Sakura?" Ino tersenyum lebar. Matanya sampai menyipit di kedua ujungnya karena senyumnya yang terlalu lebar.

"Tebak apa?" tanya Sakura malas-malasan. Ia bergerak mengumpulkan buku-buku tulisnya yang berserakan di meja. Tangannya menggeplak pantat Ino yang seenaknya duduk diatas meja, membuat si pemilik pantat mengaduh kesakitan.

"Kok kau kejam amat sih? Nggak tahu ya, kalo sahabatmu ini lagi senang? Jangan ngancurin suasana dong!" protes Ino mengusap-ngusap pantatnya. Tapi si lawan bicara cuek bebek. Ia masih sibuk membereskan tempat pensilnya, menghiraukan omongan Ino barusan.

"Apaan emang? Cepetan deh, nggak usah bertele-tele ngomongnya," gerutu Sakura.

"Oke, oke! Dasar sahabat yang tidak baik," Ino mencibir. Tapi kemudian senyum lebarnya muncul lagi. "Sai menembakku!"

"Oh." kata Sakura datar. "Kalau begitu kenapa kau tidak mati?"

"Oi, dasar jidat lebar," ia menoyor kepala Sakura. "Kau lagi kenapa sih? Badmood ya? Bicaramu datar semua—jawabnya singkat-singkat lagi. Lama-lama kau seperti Sasuke tahu,"

Tangan Sakura membeku. Ia terdiam, lalu memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas. Ia berusaha untuk melupakan ingatan tentang nama barusan. Ia memandang Ino datar, lalu tersenyum memaksa.

"Nih," kata Sakura, masih dengan senyum gigi yang dipaksakan. "Lihat tuh. Aku nggak badmood. Sekarang aku senyum. Ha-ha. Puas?"

Ino memutar bola matanya. "Terserah deh. By the way, nggak kerasa ya. Sekarang udah pertengahan Maret, ujian masuk SMA, trus wisuda. Kita bakalan terpisah lhoooo,"

"Apa? Kita kan masuk SMA yang sama! Gimana sih, Inoo?"

"Masa sih? Kau kan mau masuk Konoha Academy, sekolah elit yang buat anak-anak super jenius itu kan?"

"Nggak kok. Aku mau masuk Konoha High School aja, kayak kalian-kalian." tukas Sakura.

Ino berkacak pinggang. "Kau kan punya kualitas otak yang memenuhi syarat di Konoha Academy! Nilai-nilaimu tinggi-tinggi, dan kayaknya Anko-sensei sempat ingin merekomendasikanmu kan? Sudahlah, masuk sana saja! Ngapain kau di sekolah biasa kayak Konoha High School, padahal kau bisa mencapai yang lebih tinggi. Cepat daftar untuk ujian masuknya, mumpung masih ada beberapa hari!"

"Tidak. Ini sudah keputusanku. Lagian kan, malas ah, sekolah sama anak-anak jenius yang pasti hanya belajar—belajar—belajar. Bosan tau!" kata Sakura. Ia memicingkan mata curiga. "Kok kau ngedukung banget sih, aku sekolah disana. Kau tidak mau satu sekolah denganku ya? Ha? Ha? Ayo ngakuuu!"

PLAK

"Adaow!" Sakura meringis, mengusap-ngusap kepalanya yang habis dijitak Ino. Sementara Ino sendiri melotot ke Sakura.

"Kau ini—sudah didukung, nggak mau. Maunya apa sih? Huh, padahal aku sebagai sahabat yang baik, hanya ingin menganjurkan agar kau, si manusia jenius tapi bodoh ini tidak terjerumus ke aliran sesat seperti masuk Konoha High School! Kau kan punya kesempatan besar masuk ke sekolah elit itu, kenapa dibuang sia-sia? Dasar, padahal kudengar Sasuke juga masuk sana," dumel Ino. Ia malah berjalan uring-uringan sendiri, membuat Sakura tambah pusing.

Sakura hanya diam. Kalimat terakhir Ino menusuk kepalanya.

'...padahal kudengar Sasuke masuk sana,'

Badannya sontak membeku hanya dengan mendengar namanya. Sakura mendesah pelan.

Tahun terakhirnya di SMP Konoha, sekaligus tahun terakhirnya untuk mengakhiri cinta kekanak-kanakannya terhadap Sasuke Uchiha.

Sejak kecil, dari awal masuk SD, Sakura sudah mempunyai personal interest sendiri terhadap Sasuke. Cowok cool, keren, pintar, dan tampan. Tak heran banyak cewek-cewek yang menggilainya. Sakura selalu berusaha untuk mendekat terhadap Sasuke, walaupun selalu saja ia menjauh. Saat SD pun salamnya tak pernah dibalas, atau sekalipun dibalas hanya dengan "Hn.". Masuk SMP, Sakura girang sekali bisa sekelas lagi dengan Sasuke. Bahkan, sampai masuk kelompok yang sama. Anggota kelompoknya yang lain, Naruto, kerap mengganggu hubungannya dengan Sasuke, walau itu tidak bisa disebut 'hubungan'.

Sampai saat ini, Sakura tidak bisa bilang kalau ia sudah tidak menyukai Sasuke. Dan sampai saat ini pun, Sakura tahu, kalau mereka berdua sudah beranjak dewasa. Perubahan itu membuat semakin banyak cewek-cewek yang langsung berubah menjadi sekelompok fan-girl begitu melihat Sasuke. Sakura juga melihat, bahwa puluhan surat cinta sudah dibuang ke tong sampah.

Lalu, Sakura menyadari.

Kalau selama ini, ia hanya terus berharap dan berharap. Mungkin saja Sasuke sebenarnya terganggu dengan perlakuannya. Dan begitu melihat begitu banyak harapan cewek-cewek lainnya yang gugur, Sakura memutuskan sesuatu.

Ia harus melupakannya, sebelum 'cinta kekanak-kanakannya' ini berubah menjadi sesuatu yang 'lebih'.

Ya, misi Sakura di tahun terakhirnya.

Misi untuk melupakan Sasuke.

::

Awal April, Hari Pertama Masuk Sekolah

"Sakuraaaa!"

Sesosok tubuh yang tergeletak diatas tempat tidur bergerak. Tangan kanannya menarik selimutnya lebih tinggi, sementara tubuhnya berbalik ke kanan, mencari posisi tidur yang lebih nyaman.

"Sakuraaaa!"

NIT—NIT NIT—NIT

"Hmm..." si gadis di tempat tidur berbalik ke kiri. Masih dengan mata tertutup, tangan kirinya menjulur, menabrak meja. Ia seketika meringis kesakitan, sebelum kembali meraba-raba permukaan meja. Tangannya menemukan sebuah benda bundar kaca yang terus mengeluarkan bunyi-bunyi berisik. Ia menekan tombol besar Mickey Mouse di atas jam beker itu. Sekejap kemudian, suara mengganggu itu berhenti. Ia kembali memeluk gulingnya.

"SAKURAAAA!"

"Whuaaaa!"

GEDUBRAK

"Oww..." gerutunya. Matanya masih setengah menutup. Sakura membuka selimutnya, memperlihatkan rambut pinknya yang dipotong pendek. Ia mengucek matanya, selagi mengumpulkan nyawanya yang masih dibawah alam sadar. Sakura menggerumbel sendiri, lalu sedetik kemudian ia berteriak, "IYAAAAA! Aku sudah bangun kok!"

Dari luar terdengar jawaban samar-samar tidak jelas. Sakura bangkit berdiri dengan malas. Ia terhuyung-huyung berjalan ke depan cermin yang ditempel di dinding kamarnya. Dengan pandangan horor, ia menatap keadaannya sekarang ini:

Mata mengantuk.

Lingkaran hitam.

Rambut yang tergantung layu.

Piama kucel.

Wajah bangun tidur.

Tampang cengo'.

"Hiah!" Sakura mengernyit sendiri melihat refleksi dirinya. Belum sempat melakukan apa pun, hpnya sudah berbunyi.

"Its too late, to apologize... its too lateeee. Oh, its too late, to apologize—" suara ringtone dari Timbaland-Apologize terdengar kencang. Sakura bingung sendiri, volume ringtonenya mendadak jadi keras begini. Ia bergegas menyambar hpnya yang ternyata tergeletak di meja samping tempat tidur.

"—ya, halo?"

"Ah, Sakura! Kau dimana? Cepaaat, siap-siap!" suara nyaring Ino memenuhi pendengaran Sakura.

"A—apa sih? Cepat-cepat mau kemana?"

"Hari pertama sekolah, bego!"

"Hari pertama sekolah? Hari pertama sekolah—hari pertama..." Sakura terlonjak. "Astaga, HARI PERTAMA SEKOLAH!"

"Iya, aku tahu kau semangat begitu, tapi nggak usah teriak-teriak juga kan?"

"Bukan begitu! Masalahnya..." Sakura ribut berlari-lari. Ia mengumpulkan seragam sekolahnya dan peralatan mandi dengan sekali jalan. "A-a, sudahlah, kutelepon nanti Ino!" ia berteriak dan melempar hpnya ke tempat tidur. Buru-buru ia ngibrit ke kamar mandi.

Setelah mandi bebek secukupnya, ditambah ngebut memakai seragam, Sakura akhirnya siap. Ia berdiri di depan cermin setinggi badan, melihat pantulan wajahnya, mengecek segala detail yang kurang.

Seragam sekolahnya, yang berwarna putih hitam, melekat pas di badannya. Rok mini setinggi paha ditambah kemeja putih panjang dengan pita berbentuk dasi dan semacam vest berbahan rajutan hangat. Kaus kaki putih kedodoran dan sepatu hitam biasa turut melengkapinya. Ditangannya, gemerincing gelang-gelang lucu dan jam tangan pink membuat penampilannya semakin meriah. Sakura juga menyandang tas ransel merah meriah. Kesimpulannya: hari ini penampilannya sangat pink, ceria, meria, cemerlang.

"SAKURAAAAA, MAU SEKOLAH TIDAK?"

"Iyaaaa!" dan Sakura berlari keluar.

.

.

Konoha High School adalah SMA biasa yang menampung kebanyakan warga desa. Rata-rata semua lulusan SMP masuk kesana. Pilihan lain tentu saja Konoha Academy, atau bersekolah ke kota Tokyo dan lainnya.

Ya, Ino memang benar waktu bilang kalau Sakura mempunyai kualitas otak yang bisa mencapai ke Konoha Academy, sekolah khusus yang elit dan penuh orang-orang pintar. Untuk masuk kesana tidak gampang, tes-tesnya yang sulit ditambah beratnya tugas-tugas disana bisa membuat orang tepar kalau tidak bisa menanggungnya. Butuh orang yang tahan banting untuk bisa bertahan disana. Tapi justru itu yang membuat SMA itu menjadi favorit. Dengan metode belajar itu lulusan Konoha Academy bisa masuk Todai, universitas di Tokyo, atau yang lainnya.

Tapi Sakura lebih memilih Konoha High School. Dengan alasan ia malas mengurusi tugas yang berat-berat, juga karena ia tidak begitu berminat masuk universitas Tokyo, atau manapun. Ia lebih memilih tinggal di desa, yang nyaman.

Yah, mungkin bisa dibilang Sasuke Uchiha salah satu penyebab mengapa Sakura tidak mau masuk Konoha Academy. Bagaimana ia bisa melupakannya kalau terus-terusan berada di lingkungan yang sama? Tapi Sakura tidak sedangkal itu. Alasannya menolak masuk KA bukan itu. Walaupun Sasuke adalah salah satu penyebabnya.

Lagipula, Sakura sudah move on. Ia tidak bisa begini terus-terusan. Dan keputusannya sudah bulat, ia harus melupakan Sasuke.

.

.

"Sakuuu!"

Sakura melambaikan tangan ceria. Naruto balas melambaikan tangannya dengan semangat. Ia berjalan menghampiri Sakura.

"Sakura-chaaaan, lama sekali aku tidak bertemu denganmu!"

"Naruto, kita kan baru bertemu kemarin," Sakura menatapnya sambil mendengus.

"Jahatnyaa, aku sebagai teman kan merindukanmuuu," Naruto bergerak maju, ingin memeluk Sakura dengan wajahnya yang inocent.

"Tidaaaak, pergi jauh-jauh!" canda Sakura sambil menjauh. Ia berlari ke dekat Hinata yang baru muncul.

Naruto mengernyitkan dahinya lucu. Ia menatap Sakura dengan pandangan puppy eyes. "Sakura-chan jahat sekali.. iya kan, Hinata-chan?" tanyanya sambil merangkul Hinata yang kebetulan berada di sampingnya.

Pipi Hinata langsung memerah. Ia menunduk, "E—eh... i-iyaa," gumamnya dengan pipi semerah tomat. Sakura tertawa geli melihat kegugupan Hinata. Ia tahu, sejak SMP Hinata menyukai Naruto, hanya saja si Naruto yang tidak menyadarinya. Sakura menjitak kepala Naruto dengan gaya bercanda.

"Dasar! Tidak baik loh, membiarkan seorang gadis kedinginan, lihat dong pipi Hinata sudah merah," goda Sakura.

Naruto berganti memandang Hinata. Ia memandangnya lekat-lekat dari jarak dekat, membuat Hinata nyaris pingsan saking malunya. "Kau kedinginan Hinata-chan? Kenapa tidak bilang dari tadiii?" ia mengulurkan syal yang meliliti lehernya. "Pakai saja, daripada kau tambah merah!"

Hinata kembali memerah. Dengan malu-malu, ia memakai syal dari Naruto. Udara bulan April memang masih terkena udara dingin, walaupun sebentar lagi musim semi tiba.

"—hei, kira-kira mana si Sasuke ya? Aku juga sudah lama tidak bertemu Teme ituu!" potong Naruto tiba-tiba.

Badan Sakura kembali membeku. Ia berusaha relaks lagi, tapi badannya kembali menegang. Seakan ada magnet khusus yang membuatnya tertarik begitu mendengar namanya. Sakura menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir sebuah imej pemuda berambut raven.

"Dia jadi masuk Konoha Academy kan? Cih, dasar kepinteran orang itu—"

Konoha Academy.

Sasuke memang berhasil masuk ke Konoha Academy dengan peringkat 2. Nilai-nilai gemilangnya bisa membuatnya mendapat beasiswa di sekolah itu, dan kelihatannya, walau belum tentu, ia bisa mendapat beasiswa langsung ke universitas di Tokyo.

Sakura sudah jarang melihatnya. Semenjak wisuda dari SMP, ia hanya menemuinya beberapa kali saja. Kadang ia berada di toko buku, membaca buku pelajaran dan buku-buku bertema berat yang Sakura tak mengerti. Kadang juga ia terlihat sedang minum kopi dengan kakaknya di kafe kecil pinggir jalan. Selebihnya tidak. Ia seperti menghilang begitu saja dari jarak lingkup Sakura. Yah, Sakura kan sudah tidak suka dia.

Ya, kan.

Sakura kembali menghela napas. Dari kejauhan ia sudah melihat Ino, berlari-lari dan melambai-lambai, kelihatannya sedang menuju ke tempatnya. Murid-murid lain juga sudah berdatangan, saling bergerombol dan membentuk grup sendiri. Grup-grup itu perlahan-lahan meninggalkan jalanan depan sekolah, dan segera memasuki gerbang. Sakura juga hendak berjalan bersama Hinata dan Naruto, ketika ia teringat sesuatu.

Posisi sekolahnya, berada di dekat jalan besar. Konoha Academy ada di sudut jalan besar, ke kiri. Berarti kalau mau masuk kesana, harus melewati depan sekolahnya dulu. Dan itu berarti...

Dia.

Rambut raven, mata onyx. Postur tubuh tegap, terbalut seragam biru tua dengan jas khusus. Kemeja putih dengan dasi hitam yang dilonggarkan. Emblem Konoha Academy dijahit di bagian dadanya. Langkah-langkah dingin dan mantap itu. Wajahnya yang tanpa ekspresi, dengan aura cool yang menusuk.

Sasuke Uchiha.

Waktu sedetik terasa begitu lama. Bersamaan dengan badan Sakura yang membeku, mata yang sekilas menampilkan kesedihan, tapi langsung terganti. Bersamaan dengan pandangan mereka yang bertemu, dan wajah Sasuke yang menoleh ke kanan, memandang wajah Sakura. Ke rambutnya.

'Sakura! Kenapa kau potong rambutmu? Bukannya kau sendiri yang bilang kalau Sasuke suka cewek berambut panjang?'

'Aku tidak mau terus berpegang dengan apa yang Sasuke suka, Ino. Aku memotong rambutku—itu tidak ada hubungannya dengan dia.'

.

Sakura menjadi yang pertama untuk memalingkan wajahnya.

..to be continue..


(A/N)

WALAH!

Apa ini... first fic di fandom Naruto kok aneh amet T_T

Yaaa, Val-san emang lg bosennn, jadi akhirnya malah bikin fic tak jelas begini. Bingung sendiri dah -_-

Umm, read n review ya minna-san! Tunjukkan pendapat kalian semua ~(*o*)~

Arigatou! Keep or delete?